Di sebuah desa kecil, ada seorang bocah lelaki berusia sekitar 9 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah. Ia pulang ke rumahnya membawa selembar kertas dari gurunya supaya diberikan kepada ibunya. Lalu ibunya membaca kertas tersebut, “Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.” Spontan sang ibu terhenyak, sangat sedih dan sakit hati membaca surat itu. Namun ia segera membuat tekad yang teguh, menguatkan hatinya untuk hidup dan masa depan anaknya. “Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia”.
Dimana pun, seorang ibu tidak akan pernah menerima anaknya dikatakan bodoh. Sejak saat itu, sang ibu menjadi menjadi guru privat Tommy. Dia bekerja keras mengajar anaknya dengan segala cara. Home Schooling pilihan terbak saat itu. Antara sedih dan kecewa, sang ibu terus termotivasi untuk membuat anaknya pintar. Ketekunan, ketelatenan, ketabahan dan doanya membuat Tommy mulai berubah menjadi anak yang pintar, cerdas dan unggul dari anak yang lain seusianya.
Tommy lalu tumbuh menjadi seorang Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. Anak yang dikatakan bodoh, hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secar fisik agak tuli itu menjadi ilmuwan besar. Pengucilan, hujatan, caci maki akan kebodohan dan ketuliannya bukan menjadi Penghalang untuk terus maju.
Memang tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Thomas Alva Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas namanya.
Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang yang jenius
Jawabannya adalah ibunya. Nancy Mattews, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak pernah menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison di rumah, telah menjadikan putranya orang yang memulihkan kepercayaan diri Tommy, dan hal itu mungkin sangat berat baginya. Tetapi ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti berjalan, hidup harus dihadapi, diperjuangkan
Cerpen Karangan: Ersa Noviana Facebook: https://www.facebook.com/noviYeours7