Rudi, Syifa dan Aila merupakan kakak beradik. Mereka tinggal di kampung dekat pantai. Jarak antara rumahnya dengan laut hanya sekitar satu kilometer. Dari arah dapur, Rudi menghampiri Syifa yang tengah asyik menonton berita, Ia membawa kue dan jus jeruk dan meletakkannya di atas meja. “Kasihan, masyarakat disana terpaksa mengungsi karena banjir”. Kata Syifa sambil mencicipi kue yang terletak di atas meja. “Daerah itu rawan banjir, selain banjir karena hujan kampung itu juga sering dilanda banjir karena air laut pasang”. Aila menjelaskan seakan ia paham, berita tersebut. Rudi yang baru masuk dalam pembicaraan Syifa dan Aila, langsung ingat peristiwa saat pulang sekolah tadi. Ia ingat saat masyarakat membuang sampah di tepi pantai hingga sampah itu bertumpuk dan menggangggu keindahan panorama pantai. Dan akhir-akhir ini ia perhatikan baik turis lokal maupun turis mancanegara makin berkurang, mungkin karena daerah ini tidak ada daya pikatnya lagi dan kotor. Lama-lama kampung ini bisa banjir dan tidak dikunjungi oleh wisatawan. Di tengah-tengah pikirannya yang sedang melayang, tiba-tiba ibunya mengetuk pintu. Syifa langsung berdiri dari tikar dan membukakan pintu. Ibu tampak membawa sayur mayur “Kalian tadi dipanggil ayah untuk pergi memancing” tutur ibu “ya, bu” jawab mereka tiga serempak.
Mereka pun berdiri, dan berpamitan pada ibu mereka. ketika mereka berjalan menuju perahu, Rudi mengutarakan niat baiknya kepada Syifa dan Aila, ia menunjukkan tumpukan sampah di tepi pantai, dan memberi tahu bahwa tumpukan itu merusak lingkungan. Rudi mengusulkan kepada adiknya untuk memungut sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Namun pendapat Rudi, dipatahkan oleh adiknya. “Aku tidak ingin memungut sampah, nanti dikirain pemulung” kata syifa “Bagaimana denganmu Aila, pasti sependapat dengan kakak?” “Tidak, aku lebih sependapat dengan kakak syifa”. Obrolan mereka terhenti, saat menemui ayahnya di atas perahu. mereka menaiki perahu dan menangkap ikan. Sorenya mereka pulang dengan membawa ikan banyak, ikan itu langsung dimasak. Ibunya menyuguhkan nasi panas, ikan goreng dan sayur mayur.
Keesokan harinya, Rudi membawa keranjang sampah ke tepi pantai, ia memungut sampah satu per satu. Banyak masyarakat memperhatikan tingkah lakunya yang aneh. Bahkan ada masyarakat yang menganggapnya sebagai pemulung. Namun, hal itu tidak mengurangi niat Rudi untuk membersikan pantai.
Rudi membersihkan pantai tiap hari dan menjadi rutinitas, tapi tiap hari sampah dibersihkan pasti besok sampah ada lagi. Hal itu membuat Rudi lelah ditambah lagi ocehan dari temannya yang mematahkan semangatnya “Percuma saja kamu membersihkan sampah, masyarakat disini akan terus membuat sampah”. “Biar saja.. kapan lagi kita mau berbuat daripada membiarkannya” “Kamu peduli lingkungan karena ingin mendapatkan pujian dari banyak orang kan?” “Tidak, aku hanya ingin agar kampung kita bersih dan asri. Dan atas kesadaran sendiri”. Ketika Rudi dan temannya selesai bercakap, tak sengaja temannya mendengar pembicaraan antar sesama turis lokal “Pantai ini lebih bersih, daripada sebelumnya” “Mungkin masyarakatnya telah peduli dengan lingkungan” Karena mendengar pembicaraan para turis. Temannya langsung berbelok arah menuju Rudi dan meliriknya, dia sadar apa yang dilakukan Rudi itu benar. Dia meminta maaf kepada rudi karena telah mematahkan semangat dan menuduh rudi yang tidak-tidak.
Temannya, sadar akan pentingnya mencintai lingkungan. Sekarang ia bersama Rudi tiap sore membersihkan sampah, Rudi bahagia karena kebaikannya bisa diterima baik dan memberi manfaat bagi orang banyak.
Lama-kelamaan pantai menjadi bersih, masyarakat pun merasakan dampaknya, kini baik Turis lokal maupun mancanegara makin banyak berwisata ke daerah ini. Masyarakat sekarang sadar apa sebabnya laki-laki bertubuh kecil itu tiap hari memungut sampah.
Masyarakat daerah ini sepakat untuk tidak membuang sampah ke tepi pantai dan bagi siapa yang melanggar akan diberi sanksi. Karena takjub melihat usaha yang dilakukan oleh Rudi, akhirnya salah satu warga mengusulkan kepada Pak desa untuk memberi penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh Rudi. Karenanya kampung ini bersih dan banyak dikunjungi oleh para wisatawan, saran warga tersebut diterima baik oleh Pak desa.
Pak Desa memberi penghargaan kepada Rudi, berupa piala di lapangan sekolahnya saat memperingati hari pendidikan. Rudi sangat terkejut dan tak menyangka. Ia tidak mengharapkan imbalan atas usahanya selama ini ia berharap supaya lingkungannya bersih dan terhindar dari bencana, ia ikhlas melakukan kebaikan.
Cerpen Karangan: Welia Anggreini Facebook: Welia Anggreini nama: welia anggreini ttl: batusangkar 27 mei 1998 follow @anggreini910