Bintang-gemintang nan indah seolah takjub melihat sosok anak ini. Diam tepekur, entah apa yang ada dalam pikirnya. Seraya mendongak takjub ke langit, sungguh mempesona wajahnya, guratan wajah cerianya. Aku… aku akan membangun sebuah perpustakaan kecil, yang penuh dengan buku bacaan. Pasti sangat seru dan menyenangkan, nanti teman-teman bisa membaca bersama-sama. Kalimat ini berkali-kali terucap dari sesosok anak, sungguh tulus.
“Aku akan mengumpulkan lebih banyak lagi koran-koran bekas, botol-botol bekas, kertas-kertas bekas, biar aku bisa beli buku bekas dan buat perpustakaan kecil” kataku dengan suara penuh harapan. “Mimpi kamu ya Lin?” seru Nina seenaknya saja bicara. “Apa yang tak mungkin di dunia ini, aku percaya semua itu dapat terwujud. Entah kapan waktunya, tapi pasti akan terwujud, aku percaya itu” “Iyalah, aku doakan selalu, tapi jangan sampai karena cita-citamu itu kamu jatuh sakit, lihatlah badanmu jadi tambah kurus gara-gara terlalu sering menyisakan uang hasil jual barang-barang bekas untuk membeli buku-buku bekas” “Baik” ku hela napas panjang.
Pagi yang indah, mentari pagi seraya menyapa hangat pagi ini. Awal pagi yang indah. Aku akan berusaha mengumpulkan barang-barang bekas yang banyak, biar dapet uang yang banyak. Langkahku terhenti di kompleks perumahan mewah ketika aku melihat seorang Ibu yang sepertinya akan membakar sesuatu. “Ibu sedang apa?” Ibu itu hanya menoleh sepintas, lantas kembali menata tumpukan buku-buku yang akan dibakarnya. “Jangan dibakar bu, biar buat saya saja buku-bukunya” “Pergi kau, pemulung kecil” Sedih sekali aku mendengarnya, apa salahnya menjadi pemulung. Yang penting aku tidak mencuri. “Pergi sana” bentak ibu itu semakin terdengar menyeramkan. Aku berlari-lari kecil, menoleh sepintas ke belakang. Sungguh sayang sekali buku-buku itu malah dibakar, mentang-mentang orang kaya seenaknya saja, sudah tak suka tinggal dibuang dan dihancurkan.
Aku memutuskan pulang ke rumah kardus lebih cepat dari biasanya. Sedih sekali melihat kejadian tadi siang. Aku hitung uang tabunganku dan ternyata sudah ada sekitar Rp 20.000,00. Besok aku akan beli buku-buku bekas. Aku senang sekali hari ini. Hari ini aku akan membeli buku bekas pertamaku untuk koleksi perpustakaan kecil impianku.
Setelah memilah-milih buku, akhirnya aku mantap membeli 5 buku bekas. 3 buku dongeng dan 2 buku pengetahuan umum. Dengan riang aku pulang menuju rumah kardus dan segera memberitahu teman-teman bahwa aku sudah selangkah jalan untuk membuat perpustakaan kecil di rumah kardus.
Namun sayang, saat aku menyebrang aku tidak lihat kanan-kiri. Aku terserempet mobil. Kakiku lecet-lecet. Perih rasanya, namun yang membuat perih adalah buku-buku bekasku jatuh terpental ke kubangan air di lubang jalan. Bukuku basah dan kotor semua. Musnah sudah harapanku. “Maaf dek, Ibu tidak sengaja. Adek terluka?” “Nggak papa bu” Aku menangis, bukan karena lecet-lecet di kakiku, tapi karena bukuku. Lihatlah impianku terhempaskan. “Ibu bawa ke rumah sakit ya?” “Nggak usah bu” kataku lirih. Aku mencoba berdiri, perih sekali. Perlahan aku mencoba melangkah untuk mengambil bukuku. Semua basah dan kotor, tak mungkin aku meminjamkan buku-buku seperti ini pada teman-teman. “Maafkan ibu dek. Apakah itu buku adek?” “Iya bu”
Aku menceritakan sepintas kisahku pada ibu berwajah menyenangkan itu. Lantas ibu itu membawaku ke sebuah toko buku besar. Aku takjub melihatnya. Sungguh menyenangkan, ada banyak sekali jenis buku yang ada. Aku memilih 5 buku, dan tentunya ini buku baru bukan buku bekas seperti punyaku. Ternyata Tuhan mengganti buku bekasku dengan buku baru yang sangat bagus.
Ibu dengan wajah menyenangkan mengantarku pulang ke rumah kardus. Ibu itu berjanji akan besok akan datang berkunjung lagi. Aku mengiyakan saja, karena memang aku juga suka dengan ibu itu, wajahnya menyenangkan bersahabat, tak seperti orang kaya kebanyakan yang sok sekali berkuasa dan memandang kaum rendah seperti kami.
Kejutan datang keesokan harinya. Ibu berwajah menyenangkan itu datang kembali. Dan membawa 2 kardus besar. “Itu kardus apa bu?” tanyaku sok ingin tahu. “Kejutan, buka sendiri saja dek” Lantas aku membukanya. Isinya buku-buku dongeng, buku-buku pengetahuan umum, peta dunia dan masih banyak jenis buku lainnya.
Aku bahagia Akhirnya impian ku untuk membuat perpustakaan kecil untuk teman-teman sesama pemulung terwujud.
Cerpen Karangan: Am Gigi Kelinci