Dari selembar kertas kutulis pengalamanku yang membuatku menangis. Menangis deras untuk sebuah benda yang hilang. Betapa pentingnya benda itu untukku dan keluargaku. Benda itu hanyalah sebuah hp dan sebuah mobil pick up yang menemani ayahku bekerja, ayahku seorang mebeler (memiliki usaha membuat kursi dan meja sekolah). Karena itu aku menangis karena untuk membeli hp saja aku harus menyisihkan uang jajanku. Dan orangtuaku pun harus memulai menabung untuk membeli mobil lagi.
Saat itu aku akan memulai kehidupan baru. yaitu MOS di SMKN 1 KARAWANG. Yang tidak lain sekolah yang kuinginkan. Aku sangat bahagia memulai kehidupan baru di SMKN 1 KARAWANG. aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaku adalah laki-laki yang sudah bekerja di PT kusuma Jaya sebagai drafter (gambar bangunan), dan aku seorang pelajar yang memulai kehidupannya di SMK, dan adikku yang masih duduk di TK (Taman Kanak-Kanak)
Suatu hari ada kejadian yang membuat orangtuaku terpuruk dan hampir jatuh sakit. kejadian itu saat malam hari. Betapa nyeyaknya keluargaku tidur pada malam hari itu. Pada jam 4 pagi ibuku bangun seperti biasanya. Dan ia mengintip ke jendela dan biasanya mobil parkir di depan rumah, ternyata mobil tidak ada. Ibuku langsung menjerit dan memanggil ayahku yang sedang tidur sehabis shalat tahajud. Ayahku langsung menghampiri dan semua orang yang ada di dalam rumahku bangun untuk menghampiri ibuku yang menjerit. Ayahku terkejut melihat mobil tidak ada di depan rumah. Dia panik dan dia mencari ke arah barat. Tetapi mobil itu tidak ditemukan. Orangtuaku menangis dan aku juga ikut kesal dengan kejadian ini.
Beberapa hari kemudian, aku akan mengikuti MOS dan aku harus memcuci foto 4×6 untuk persyaratan MOS. Dan aku mencuci foto itu dari hp. Saat aku berada di tukang cuci foto aku melupakan hp ku yang sedang di atas meja. Setelah aku mencuci foto, aku langsung pulang. Dan aku baru ingat setelah makan siang bahwa hp ku tidak ada di dalam tas. Lalu aku mencari-cari ke tempat yang sudah di datangi sebelum aku makan siang. Hp ku tidak ditemukan. Lalu aku harus berkata jujur kepada ibuku kalau hp ku hilang. Saat aku memberitahu ibuku bahwa hp ku hilang, ibuku langsung terkejut dan memarahiku. Dan akhirnya aku mengeluarkan air mataku. Ibuku berkata “beberapa hari lalu kita dapat musibah kehilangan mobil dan sekarang hp, kamu harusnya mengerti orang tua kamu yang sedang sedih karena musibah yang lalu”. Air mataku mengalir lagi dengan rasa takut.
Beberapa minggu kemudian, keluargaku menonton TV yang filmnya tentang arti kehidupan. Ternyata kita merasa tersentuh atas kehidupan mereka yang kurang beruntung. Ceritanya itu, seorang nenek tua yang hidup sebatang kara dan dia bekerja sebagai pengumpul rambut. Dia membeli rambut-rambut tetangga yang dikumpulkan oleh tetangganya. Untuk kebutuhan sehari-harinya dia harus bekerja dulu. Setiap dia tidak bekerja pasti dia tidak mempunyai uang untuk makan maupun untuk membeli rambut-rambut tetangganya yang akan di jual. Dia hanya berkata “saya bekerja itu hanya untuk menyambungi hidup saya, saya tidak peduli orang mau bilang apa atau kasihan kepada saya. Tapi saya tetap tidak menyerah untuk menghidupi kebutuhan saya yang sebatang kara ini. Karena masih ada kesempatan yang saya jalani. Meskipun itu pahit untuk saya”
Setelah aku dan keluargaku menonton film itu, ibuku berkata “ya allah, masih ada yang tidak lebih baik kehidupannya dari kita. Meskipun kita di landa musibah yang sangat besar. Allah memang adil”. Dan di situ ayahku menangis untuk pertama kalinya ku lihat dan juga berkata “mobil masih bisa di beli, mau mobil mah nabung lagi aja”. Hati aku ter-iris mendengar ucapan dan nada ayahku yang sedih. Aku langsung masuk kamar karena aku tidak kuat menahan air mataku yang akan keluar dari mataku. Di dalam kamar aku tersedu menangis karena ucapan ayahku. Dalam hatiku berkata “ya allah, musibah yang hanya seperti ini saja menjadikan keluargaku down. Mungkin ini ujian untuk keluargaku. Engkau maha adil ya allah”.
Betapa bahagianya aku dilahirkan di kehidupan sederhana yang tidak penuh dengan kemewahan yang mungkin akan membuatku sombong. Dan keharmonisan keluargaku yang membuat aku dan keluargaku dekat. Allah memang maha adil.
Cerpen Karangan: Nurannisa Widiawati Facebook: nurannisa.widiawati.56[-at-]facebook.com assalamualiakum… para pembaca cerpen yang setia