Sembilan tahun yang lalu aku dilahirkan sebagai seorang perempuan. Semua orang senang menyambutku. Tetapi aku sedih, karena tidak bisa melihat mereka yang sedang menyambutku. Aku terlahir tanpa bisa melihat. Walaupun aku punya dua mata, tetapi apa gunanya. Aku memang tidak bisa melihat, tetapi aku punya dua telinga yang berfungsi. Dengan telingaku aku bisa mendengar. Aku setiap hari memutar musik kesukaanku. Aku suka dengan suara penyanyi terkenal Adele. Apalagi kalau dia lagi nyanyi lagunya yang berjudul Don’t You Remember. Aku juga sering ikut menyanyi lagu itu walau suaraku tidak terlalu bagus.
Kecintaanku dengan musik semakin meningkat. Semakin lama semakin bagus suaraku. Orangtuaku ingin aku menjadi penyanyi. Tapi aku gak percaya. Apa yang akan terjadi jika aku menjadi penyanyi yang tidak bisa melihat. Orangtuaku tetap menginginkanku menjadi penyanyi. Aku menyetujuinya walau aku tidak percaya. Saat umurku sudah 11 tahun, aku sudah rutin mengikuti les musik setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Guru lesku juga ingin aku menjadi penyanyi seperti apa yang dibicarakan orangtuaku.
Satu minggu sesudah kejadian ini, guru lesku mengikut sertakan aku dalam lomba menyanyi tingkat kabupaten. Alhamdulillah aku menjadi juara satu. Aku lolos untuk mengikuti lomba tingkat provinsi. Lagi-lagi aku menjadi juaranya. Orangtuaku menangis terharu di bangku penonton. Saat aku mau pulang dari lomba, guru lesku bilang, “Kekurangan kamu adalah kelebihan kamu.” Aku semakin semangat dengan motivasi itu. Lalu aku menjawab, “Satu tahun lagi, aku mau masuk TV untuk menyanyi.” Orangtua dan guru lesku ingin sekali mewujudkan cita-citaku.
Umurku saat ini 12 tahun. Orangtua dan guru lesku tidak melupakan cita-citaku yang ku ucapkan 1 tahun lalu. Guruku mengikut sertakan aku dalam audisi lomba menyanyi di salah satu stasiun televisi swasta. Aku semangat untuk berlatih. Sata pertama aku maju, semua juri kagum dengan kekuranganku. Aku pun lolos untuk masuk ke semi final. Di semi final, aku menyanyikan lagu kesukaanku yang dinyanyikan oleh Adele yaitu Don’t You Remember. Semua juri dan penonton kagum melihatku. Saat ku ditanya apa yang menjadi motivasi sehingga aku sehebat ini, aku menjawab, “Walau aku tidak bisa melihat, aku ingin dilihat semua orang.”
Cerpen Karangan: Nuha Maulana Ahsan