Kembali ku tajamkan pendengaran di telingaku. Mendengarkan materi apa yang bisa tertangkap dengan jelas oleh kedua telingaku. Aku saat ini berada di ruangan yang tersusun rapi beberapa baris meja dan bangku. Di ruangan ini aku bersama dengan beberapa orang yang melakukan kegiatan yang aku lakukan saat ini. Yang aku lakukan saat ini memfokuskan telingaku dan berusaha menangkap apa maksud dari suara yang berhasil tertangkap oleh kedua telingaku.
Seorang wanita yang sudah tidak muda lagi berdiri di hadapanku dan di hadapan teman-temanku. Seseorang yang mempunyai segudang ilmu dan membagi ilmu tersebut tanpa ketakutan akan kehilangan ilmu tersebut. Guruku.. itu sosok guruku yang telah aku deskripsikan di atas. Guru yang mengajarkanku banyak pelajaran tanpa harus mengambilnya dari panduan buku.
Guruku yang satu ini mempunyai sifat yang ditakuti olehku dan teman-temanku. Sikap yang kami tunjukkan bukan arti dari takut yang sebenarnya. Melainkan rasa hormat dan patuh yang kami perlihatkan. Perkataannya yang bagaikan sepedas cabai Bhut Jolokia, tatapan matanya yang bisa diibaratkan sepekat dan setajam tatapan mata elang. Mungkin memang seperti itu kesan yang bisa aku sampaikan saat beliau menyampaikan sebuah nasihat. Perkataannya yang aku ibaratkan di atas memang seperti kenyataan yang terjadi. Beliau memberikan nasihat dengan kata-kata yang seperti telah dibumbui oleh garam lalu ditaburkan di atas luka.
Nasihat yang diberikannya tidak seperti kebanyakan guru-guru lain yang hanya akan memberinya nasihat berupa kata-kata yang awalnya dapat diserap namun beberapa saat kemudian akan terlupakan. Beliau tidak melakukan cara seperti guruku yang lain. Beliau mempunyai cara tersendiri untuk menasihati kami. Nasihat yang beliau berikan biasanya mempunyai perumpamaan. Menasihati tanpa memberi kami pelajaran sepertinya itu hal yang beliau hindarkan. Pantun, Peribahasa, sampai Puisi ia sampaikan kepada kami dengan maksud dan tujuan yang awalnya kami hanya anggap sebagai angin berlalu.
Di sekolahku atau di seluruh sekolah pasti mempunyai murid-murid yang memiliki kemauan belajar yang sedikit. Saat tidak mengerjakan tugas, guru-guru yang lain akan memberinya hukuman yang hanya dirasakan pada saat itu saja. Itu tidak akan berefek untuk meningkatkan kemauannya belajar lebih giat lagi. Malahan itu hanya akan membuatnya tertekan. Tapi itu tidak berlaku pada guruku yang satu ini. Seperti yang aku katakan di atas, beliau lebih sering memberi nasihat perkataan-perkataan yang membuat murid itu akan memikirkannya terus-menerus. Kamu pasti bertanya-tanya kata-kata apa yang beliau sampaikan. Baiklah aku akan menceritakan pengalamanku saat beliau sedang menasihatiku dan teman-temanku.
Cahaya mentari pagi yang bersinar menyinari bumi seakan membawa aura positif kepada penduduk bumi. Apa yang diungkapkan di atas sepertinya tidak seperti apa yang dirasakan sekelompok anak yang menuntut ilmu di sebuah ruangan. Sekelompok itu merasakan aura kegelapan sedang bersarang di dalam ruangan itu. Aura kegelapan yang dirasakan sekelompok anak itu meliputi rasa cemas, takut dan tidak percaya diri. “Agariadne Xayanavino, sini ibu nilai tugas kamu,” Ucap guruku.
Dengan perasaan yang masih sama seperti diatas dia mengumpulkan tugasnya. Perasaan cemas tidak bisa lepas dari dirinya. Namun setelah menunggu hasil yang ia dapatkan ia bisa bernapas lega karena tugas yang ia kerjakan diterima oleh guru itu. “Randy Lexander Pramandykeanu,” panggil guruku. Itu namaku! segera aku ke depan menghampiri meja guru. Perasaanku masih sama seperti diawal. Rasa cemas yang aku rasakan, malahan rasa cemas itu bertambah sekarang.
Ku perhatikan ekspresi beliau saat sedang memeriksa hasil tugasku. Harapanku saat ini beliau dapat menerima tugasku. Dan sepertinya harapan itu dapat tercapai. Tugasku berhasil diterima oleh beliau. Dan selanjutnya beliau memanggil yang selanjutnya. “Rihan Ananda Toza,” ucap guruku kembali. Rihan berjalan ke meja guru dengan ekspresi cemas. Bagaimana aku bisa mengetahui itu? Ekspresi itu terlihat jelas dari raut wajahnya. Sepertinya ia mempunyai masalah lagi dengan tugasnya. Ia memang sangat susah untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para guru. “Saya belum selesai bu,” ucap Rihan setelah sampai di depan meja guru. “Lalu, apa yang kamu kerjakan saat teman-teman kamu sibuk mengerjakan?” Tanya guruku. “Sa.. sayaa nggak mengerti bu,” elak Rihan.
Rihan tidak bisa berkata apa-apa, itu kesalahannya sendiri. Ia tidak mengerjakan tugas tersebut karena ia terlalu malu untuk bertanya. “Kamu pernah mendengar peribahasa yang mengatakan Malu bertanya sesat di jalan kan, kenapa kamu tidak menerapkan itu?” ucap guruku. “Saya bingung bu mau bertanya ke siapa,” bela Rihan. “Kamu bingung bertanya sama siapa? Tanyakan pada rumput yang bergoyang,” ucap guruku kembali.
Kata-kata itu memang terdengar aneh saat memberi nasihat kepada muridnya. Mendengar kata seperti itu pasti akan membuat kita berpikir apa maksud dari kata-katanya. Dan arti yang disampaikan melalui peribahasa “Malu bertanya sesat di jalan,” seperti diumpakan saat kita tidak mengetahui jalan dan kita tidak bertanya pasti kita akan tersesat. Melalui kalimat-kalimat seperti itu beliau biasanya memberikan kami nasihat. Awalnya peribahasa-peribahasa seperti itu kami anggap sebagai bahan lucu-lucuan. Namun setelah apa yang kita perbuat peribahasa-peribahasa itu mempunyai arti yang mendalam untuk kami. “Malu bertanya sesat di jalan,” “Tanyakan pada rumput yang bergoyang,” “Mulutmu harimaumu,” “Dimana ada kemauan di situ ada jalan,” kata-kata seperti itu yang kami rasa awalnya hanya bualan biasa.
Tetapi di balik kata-kata tersebut ternyata memiliki makna yang penting. Semua kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat memang memiliki arti tanpa harus menunjukkan arti dari kalimat itu secara langsung. Setelah aku memberitahu ceritaku di atas, apa kamu sudah bisa membayangkan bagaimana karakter guruku? Di balik sikapnya seperti itu beliau hanya ingin melatih kita untuk lebih bisa disiplin. Ya, disiplin dibutuhkan di kehidupan kita.
Di segala bidang memang yang awal dibutuhkan yaitu sikap disiplin. Semua guru juga mengajarkan sikap disiplin namun dengan caranya masing-masing. Apa yang ditunjukkan guruku mungkin hanya sebagian kecil metode guru menyampaikan pelajaran. Di balik sikapnya yang seperti itu, aku yakin di jauh sana tersimpan kebaikan hatinya yang tulus. Membuatku merasa bahwa pelajaran yang ia sampaikan berkesan dalam hidupku. Guruku menginspirasikanku bahwa apa yang kita lakukan saat ini memang terkadang terasa itu tidak penting. Namun hal sekecil apapun itu, hal yang kita lakukan saat ini akan berpengaruh di masa depan kita.
Lalukan hal yang positif saat ini mungkin akan membawa pengaruh baik juga di masa depan kita. Sebaliknya, jika melakukan hal negatif itu akan terus terbawa di masa depan kita. Semua yang kita pelajaran saat ini akan menjadi pengalaman di masa depan kita. Itulah yang dapat aku ceritakan mengenai saat-saat aku mendapatkan sedikit pelajaran dari guruku. Mungkin cerita ini sederhana, tetapi apa yang aku ceritakan di atas semoga dapat membuat orang yang membaca ini dapat mengambil sedikit pelajaran. Pelajaran yang mungkin dapat diterapkan di kehidupan kita.
Cerpen Karangan: Rizki Maulana Facebook: Rizki Maulana Rizki Maulana. Bekasi, 05 Juli 1998 Twitter: @riskimaulanaaa