Apa hal yang lebih buruk daripada seorang penari yang kehilangan kakinya? Mimpi buruk yang tidak pernah terbayangkan telah menimpa gadis itu. Kecelakaan mobil lima tahun lalu membuatnya harus kehilangan salah satu kakinya yang berharga dan mengucapkan salam perpisahan pada impiannya sebagai seorang penari. Tentunya itu bukanlah hal yang mudah. Gadis itu benar-benar tidak dapat menerima kenyataan yang menimpa dirinya. Ia benar-benar menganggap dirinya tidak lagi berguna untuk tetap hidup. Bagaimana mungkin kenyataan memaksanya untuk melupakan impian yang telah Ia dambakan selama bertahun-tahun?
Kecelakaan lima tahun lalu membuat gadis itu selalu mengurung dirinya. Ia meninggalkan segalanya hanya untuk menyesali dan membenci segala hal yang telah terjadi. Ia menganggap segala hal yang telah ia lakukan adalah sia-sia dan tidak ada artinya. Mengapa harus dirinya? Mengapa ia harus kehilangan kakinya?
Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Semuanya berlalu tanpa ada kejadian yang berarti. Gadis itu tetap membenci kenyataan pahit yang menimpanya. Tentu saja tidak semudah itu menerima kenyataan yang sering kali berlawanan dengan keinginan. Namun menyalahkan keadaan tidak akan mengubah apapun. Gadis itu tahu bahwa ia tidak dapat mengubah kenyataan. Ia tahu bahwa ia tidak dapat mengubah masa lalu. Ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan kembali kakinya. Ia tahu bahwa ia harus mengubur impiannya sebagai seorang penari dan bangkit. Mungkin itu adalah sebuah keputusan yang berat namun tepat. Setidaknya lebih baik daripada bermuram meratapi masa lalu. Gadis itu percaya bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk mengubah hari esok.
Butuh waktu tiga tahun bagi gadis itu untuk bangkit dan meyakinkan dirinya untuk tidak lagi menyesali apa yang telah terjadi. Kini ia telah bangkit dari masa lalunya. Ia benar-benar telah menjadi seseorang yang berbeda. Tidak ada lagi tangisan dan penyesalan tentang masa lalu seperti dahulu. Sekarang ia benar-benar membuka lembaran baru dalam hidupnya. Walaupun ia tidak sepenuhnya melupakan impian terbesarnya sebagai seorang penari.
Irene Louise. Gadis itu yang kini tengah bersinar dan begitu mendunia. Ia telah menemukan kemampuannya yang lain. Kemampuan yang membuatnya begitu dikagumi oleh dunia. Kemampuan yang belum pernah ia sadari sebelum ia mengalami kecelakaan lima tahun lalu. Kemampuannya bermain harpa yang tidak pernah ia bayangkan kini telah membawanya ke puncak kesuksesan. Membawanya ke sebuah titik dimana tidak ada orang yang tidak mengenalnya. Ia tidak pernah berpikir bahwa semua itu dapat terjadi berkat masa lalunya.
Saat ini Irene Louise tengah menggelar konser tunggal di seluruh dunia. Begitu banyak orang yang menghadiri konser tunggalnya untuk melihat secara langsung seorang Irene Louise yang bermain harpa. Konser tunggalnya di seluruh dunia berjalan dengan sukses dengan semua kursi penonton yang terisi penuh. Namun terdapat sebuah kota yang terekam jelas di benaknya. Amsterdam.
Amsterdam merupakan kota terakhir yang ia kunjungi dan memberikan kesan yang luar biasa untuknya. Tepat setelah ia selesai memainkan lagu terakhir, seorang pembawa acara akan menanyakan kepada penonton bagaimana tanggapan mereka terhadap pertunjukan dari Irene Louise. Umumnya jawaban mereka adalah sama yaitu memuji pertunjukan dari Irene Louise. Namun tanggapan salah satu penonton pada pertunjukannya di Amsterdam membuat Irene Louise tertarik. Kata-kata yang ia ucapkan tidak memuji pertunjukan Irene Louise seperti pada umumnya. Salah satu penonton itu menyatakan bahwa Irene Louise adalah ciptaan yang sempurna.
Irene Louise maju selangkah dan tersenyum memandang penonton yang menyatakan bahwa dirinya adalah ciptaan yang sempurna. Kemudian ia menyibakkan sedikit gaun panjangnya dan terlihatlah kaki robot yang selalu ia gunakan tiga tahun terakhir. Hal itu membuat seluruh penonton terkejut dan terdiam. Irene Louise tetap tersenyum kemudian berbicara melalui mikrofon.
“Sebelumnya aku ingin berterima kasih atas terselenggaranya pertunjukanku ini. Pertunjukan di Amsterdam ini merupakan kota terakhir sekaligus penutup konser tunggalku. Seperti yang kalian lihat, aku bukanlah ciptaan yang sempurna. Lima tahun lalu aku mengalami kecelakaan yang membuatku harus kehilangan salah satu kakiku. Tentunya tidak mudah untuk menerima kenyataan itu. Terlebih aku harus mengubur impianku sebagai seorang penari yang telah aku dambakan sejak kecil.”
“Aku membenci dan menyesali kecelakaan itu selama tiga tahun dan aku tersadar bahwa semua itu tidak berarti sama sekali. Aku tidak dapat mengubah masa laluku. Oleh karena itu aku memutuskan untuk bangkit dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Aku berhasil menemukan kemampuanku yang lain dan berhasil menggelar konser tunggal di seluruh dunia. Aku ingin menyatakan bahwa aku banyak belajar dari masa laluku. Aku belajar bahwa penyesalan akan masa lalu tidak akan mengubah kenyataan. Aku percaya bahwa aku dapat mengatasi kelemahanku karena jika aku lemah maka aku kuat.”
Hal yang lebih buruk daripada seorang penari yang kehilangan kakinya adalah seseorang yang kehilangan keinginan untuk bangkit melawan masa lalunya.
Cerpen Karangan: Jessica Artamevia Facebook: https://www.facebook.com/jessica.artamevia