Di suatu pagi yang cerah, tepatnya hari Kamis. Ada 4 orang sahabat yang pergi ke sekolah bersama-sama. Mereka adalah Winda, Bunga, Naufal, dan Azidan. Mereka sudah bersahabat sejak SMP. Sekarang mereka menduduki bangku SMA kelas XI. Mereka bersekolah di SMA Pelita Cahaya. Sesampainya di sekolah, Guru Bahasa Indonesia mereka mengadakan tugas untuk membantu anak yatim yang berkaitan dengan tema pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
“Teng.. teng.. teng..” bel masuk sekolah pun berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia.
“Assalamualaikum murid-murid” ujar Bu Guru. “Waalaikumsalam, Bu” jawab murid-murid. “Sekarang buka buku cetaknya Bab 5 halaman 180” perintah Bu Guru. “Sekarang baca dan pahami teks yang ada di buku, Ibu tinggal ke belakang sebentar, paham?” ujar Bu Guru. “Paham, Bu!” Seru murid-murid bersamaan.
5 menit kemudian. “Bagaimana murid-murid? Sudah dibaca dan dipahami?” Tanya Bu Guru yang tiba-tiba datang. “Sudah, Bu!” jawab murid-murid serentak. “Baik kalau begitu, sekarang Ibu mau tanya. Apa judul dari teks yang telah kalian baca?” Tanya Bu Guru. “Membantu anak yatim piatu” baca murid-murid serentak.
“Sekarang, siapa yang tahu ide pokok dari seluruh teks tersebut?” Tanya Bu Guru lagi. “Yang tahu, angkat tangannya” lanjut Bu Guru. “Saya, Bu!” Jawab Winda dengan menunjuk tangan. “Iya, apa ide pokoknya?” Tanya Bu Guru. “Kita sebagai mahluk sosial harus saling tolong menolong, terutama kepada anak yang yatim, Bu!” jawab Winda dengan percaya diri. “Pintar Winda, jawabanmu sangat tepat” Puji Bu Guru kepada Winda.
“Nah, murid-murid, kita sebagai manusia harus saling tolong menolong, apalagi sama anak yang yatim piatu, apakah di sini ada yang yatim piatu?” jelas dan tanya Bu Guru. “Tidak ada, Bu!” jawab murid-murid. “Alhamdulillah, kalian harus sayangi kedua orangtua kalian selagi kalian masih mampu membahagiakannya, belajarlah dengan sungguh-sungguh agar mendapat nilai yang bagus dan dapat meraih cita-cita kalian. Sekarang kalian buat kelompok-kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang, ayo segera!” lanjut Bu Guru.
10 menit kemudian semua murid telah duduk dengan tenang sesuai kelompok yang mereka dapatkan. “Nah sekarang Ibu akan berikan kalian tugas. Kalian harus mengumpulkan dana untuk membantu anak yatim piatu tanpa meminta uang sedikit pun kepada orangtua kalian.” memperintah Bu Guru. “Bagaimana caranya, Bu?” Tanya Naufal. “Pertanyaan yang tepat! Lebih baik kalian membuat kue kering, makanan, atau minuman untuk dijual, dan keuntungannya dikumpulkan untuk bantu anak yatim.” “Tapi ingat loh, tidak boleh meminta uang kepada orangtua kalian sedikit pun, apakah kalian sanggup?” ujar Bu Guru.
“Insya Allah, sanggup, mudah-mudahan” jawab murid murid dengan ragu dan berbeda. “Bu, saya boleh bertanya?” tanya Azidan sambil menunjuk tangan kanannya. “Tentu, silahkan” jawab Bu Guru. “Hasil dananya dikumpulkan kapan, Bu?” tanya Azidan. “Murid-murid, Ibu beri waktu untuk mengumpulkan dana selama 3 minggu, lalu minggu keempat atau akhir bulan, kita akan berkunjung ke panti asuhan anak untuk memberi hasil yang kalian kumpulkan” jawab Bu guru dengan detail. “Yeayyy!!” sorak murid-murid bahagia karena akan berkunjung ke panti asuhan.
“Teng.. teng.. teng” bel pulang sekolah yang dikira murid-murid adalah bel pergantian jam telah berbunyi.
“Semua duduk yang rapi, ada pemberitahuan! kalian sehabis ini lanjutkan pelajaran di rumah, karena Bapak dan Ibu guru akan mengadakan rapat, jadi, kalian belajar di rumah, manfaatkan waktunya juga untuk membahas tugas yang Ibu berikan tadi” info dari Bu Guru. “Yeayy!!” sorak murid-murid lagi sambil merapikan alat-alat tulis mereka. “Sekarang kalian baca doa sendiri-sendiri, kemudian boleh pulang. Wassalamualaikum wr. wb” ujar Bu Guru sambil berjalan ke luar kelas. “Waalaikumsalam wr. wb” jawab murid-murid. Keempat sahabat pun pulang dan membicarakan tentang tugas yang diberikan oleh Guru Bahasa Indonesia mereka.
“Kira-kira kita mau bikin kue, makanan, atau minuman ya?” tanya Azidan. “Kue aja, kan mudah membuatnya” saran Winda. “Minuman aja” saran Naufal. “Makanan aja, kan lebih laku” saran Bunga.
“Kalau aku sih lebih setuju dengan Winda, soalnya kue itu mudah dibuat dan pasti banyak yang suka, dan jangan lupa kita membuat kuenya lebih dari 1 macam” “Ya udah aku sih setuju-setuju aja” timpal Bunga. “Ya udahlah aku juga setuju” sambung Naufal. “Jadi kita sepakat ya bikin kue?” tanya Winda untuk meyakini sahabat-sahabatnya. “Iyaaa!!” jawab mereka serentak.
“Nanti kita akan menjual kuenya di mana?” tanya Naufal. “Menurutku sih di tempat rekreasi aja” saran Winda. “Sekaligus dititipkan di beberapa warung terdekat” timbal Azidan. “Nah.. ide cemerlang” jawab Naufal dengan bahagia.
“Ya udah sekarang kita pulang ke rumah masing-masing dan ambil bahan-bahan yang dibutuhkan. Aku membawa cetakan, dan keju. Naufal bawa Telur dan tepung terigu. Azidan bawa mixer dan mangkok alumunium. Bunga bawa nampan, air, dan tempat adonan” jelas Winda. “Siap!!” jawab mereka bersamaan. Pada sore harinya mereka berkumpul kembali dengan membawa bahan-bahan yang telah dibagi tugasnya kepada masing-masing orang. Mereka berkumpul di rumah Azidan.
“Assalamualaikum.. maaf ya telat, ini aku udah bawa mixer, cetakan, dan keju” ujar Winda saat memasuki rumah Azidan. “Hey Azidan, Winda, maaf nih baru datang, ini bahan-bahannya” ujar Bunga sambil menyerahkan bahan-bahannya. “Loh, Naufal belum datang? aku kira udah datang” lanjut Bunga. “Tahu tuh dia” jawab Winda dengan nada kesal.
20 menit kemudian. “Assalamualaikum.. . Ehh udah pada dateng, maaf ya, ini bahannya” ujar Naufal malu sambil menyerahkan bahan-bahannya. “Hooo telat!” timbal Winda dengan nada yang sangat kesal. “Yaelah, kan udah minta maaf” jawab Naufal dengan nada bersalah.
“Yayaya” jawab Winda dengan sinis. “Ya udah, kita mulai membahas tentang kue apa saja yang akan kita buat, oh iya sebelumnya, kalian punya oven gak?” tanya Azidan. “Aku punya!” jawab Bunga. “Ya udah, nanti kamu bawa ovennya ya!” perintah Azidan. “Oke” jawab Bunga.
“Terus kita mau bikin kue apa?” tanya Azidan. “Kalau membuat keju gimana? yang suka ada saat lebaran itu loh, tapi nama kuenya lupa” saran Bunga. “Boleh-boleh, kalau menurut kamu apa Win?” jawab Azidan sekaligus bertanya pada Winda. “Kalau aku sih lebih suka Nastar, tapi di atasnya gak usah pakai keju, kan kita harus irit” saran Winda dengan jelas. “Kalau kamu, fal?” Tanya Azidan kepada Naufal. “Palingan dia gak tahu macam-macam kue, makanya lama jawabnya” celetuk Winda yang sekiranya masih kesal dengan Naufal.
“Ihh apaan sih? emang kamu pikir aku gak tahu nama nama kue apa?!” balas Naufal dengan kesal juga. “Lah memang benar kamu gak tahu kan? gak usah bohong! hooo!” lanjut Winda. “Sok tahu! aku tahu tuh” jawab Naufal. “Bohong dasar, hooo!” timbal Winda. “Kamu tuh yang sok tahu!” lanjut Naufal.
“Ehh kalian apa-apaan sih! bertengkar terus kayak anak kecil aja sih!” Bentak Azidan. “Tahu tuh!” tambah Bunga. “Habisnya dia duluan” ujar Naufal. “Apaan sih? kamu duluan tuh!” balas Winda. “Dia duluan!” lanjut Naufal sambil menunjuk ke Winda. “Kamu tuh! enak aja nyalahin aku!” jawab Winda. “Memang benar kamu duluan!” tambah Naufal.
“Huussssttt… aduh aduh! kalian gimana sih? udah jangan bertengkar! sekarang Winda dan Naufal baikan! cepat!” suruh Azidan kepada mereka berdua. “Aku baikan sama dia? males banget” jawab Winda dengan mata sinis dan nada marah. “Ehh, siapa juga yang mau baikan sama kamu! GR!” balas Naufal. “Udah udah, kalian baikan dong, jangan bertengkar, kita kan sahabatan” ujar Bunga menggantikan Azidan yang sudah lelah dengan perilaku Winda dan Naufal. “Lalalalala” nyanyi Winda dengan kode agar Naufal meminta maaf kepadanya terlebih dulu. “Win..” sapa Naufal lembut.
“Lalalala” suara yang ke luar lagi dari mulut Winda dengan mata berputar ke semua arah dengan sinis. “Maaf ya, Win, tadi kan aku udah minta maaf sama kamu, sekarang aku minta maaf lagi deh, please maafin ya?” ujar Naufal sambil memegang kedua tangan Winda. “Tahu!” jawab Winda singkat dengan mengangkat kedua bahunya yang bertanda (tidak tahu) sambil membuang muka. “Yah, Win.. Maaf! aku janji gak akan telat kayak tadi lagi deh, pasti kamu marah gara-gara itu kan?” balas Naufal sambil memegang tangan Winda. “Ekhh.. hemm.. hemm” kode Azidan ketika melihat Naufal memegang kedua tangan Winda.
“Itu tangan?” Sindir Bunga sambil tersenyum lebar dengan melirik ke tangan Naufal dan Winda. “Ihh apaan sih, Fal!” bentak Winda sambil melepaskan genggamannya. Namun sayang, Naufal tidak melepaskan genggaman tangannya. “Aku gak akan lepasin genggamannya kalau kamu belum maafin aku” jawab Naufal sambil meyakinkan Winda bahwa dia benar-benar meminta maaf padanya. “Ihh apaan sih!” ujar Winda, lagi-lagi dengan usaha melepaskan tangannya dari tangan Naufal. “Itu mah gak bisa dilepas” celetuk Azidan sambil tertawa. “Hahaha..” Bunga pun tertawa.
“Lepasin tangan aku, Fal! Sakit tahu” ujar Winda dengan nada sedikit lembut. “Aku akan lepaskan tangan kamu, asal kamu maafin aku” jawab Naufal dengan lembut. “Ah elah, iya iya aku maafin!” ujar Winda dengan nada yang masih kesal. “Ikhlas gak?” tanya Naufal. “Ikhlas, ikhlas! asal kamu lepasin tanganku!” jawab Winda. “Iya deh iya aku lepasin” ujar Naufal sambil melepaskan tangan Winda dengan perlahan-lahan.
“Cieee.. akhirnya lemnya udah gak lengket lagi” sindir Azidan. “Apaan sih, Dan?” jawab Winda. “Udah-udah, sekarang kita teruskan. Naufal, menurutmu mau bikin kue apa?” tanya Bunga. “Putri salju aja, tapi cetakannya yang lucu-lucu, semisalnya boneka, rumah, dan hewan-hewan” “Ide bagus” timbal Azidan. “Yaaa, itu lumayan bagus” tambah Bunga.
“Kalau kamu mau bikin apa, Dan?” Tanya Bunga kepada Azidan. “Hmm.. Stik bawang! tahu kan? yang dari tepung terigu tapi ditambah daun bawang, pasti semua orang suka!” saran Azidan dengan semangat. “Oh iya.. aku juga suka itu” ujar Bunga. “Aku juga suka” ujar Naufal dan Winda bersamaan. “Cieee ngomongnya bareng..” ledek Bunga dengan senyum lebar. “Apaan sih?” ujar Winda dengan mata sinis, sedangkan Naufal diam dengan senyumnya.
Ya udah, hari sudah sore, kita pulang, tetapi masing-masing orang cari di internet cara dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kuenya. Winda cari tentang kue nastar, Azidan cari tentang stik bawang, Naufal cari tentang kue putri salju, dan aku cari tentang kue keju. Besok kita gak kumpul dahulu, karena besok masih sekolah dan gak ada waktu. Jadi, ngumpul lagi hari Sabtu pagi jam 08.00!” perintah Bunga. “Sipp!” ujar Naufal, Azidan, dan Winda bersamaan.
Keempat sahabat pun pulang ke rumah masing-masing. Keesokannya (Hari jumat) mereka bersekolah seperti biasa, tetapi mereka dipersilahkan pulang pada saat jam setelah istirahat pertama, karena guru-guru akan mengadakan rapat lagi. Semua murid belajar seperti biasa ketika bell masuk mulai berbunyi.
“teng.. teng.. teng…” Pelajaran pertama adalah pelajaran Matematika, pelajaran kedua adalah pelajaran Agama, dan pelajaran terakhir hari ini adalah pelajaran TIK. Ketika ketiga mata pelajaran berakhir, murid-murid dipersilahkan untuk istirahat dahulu, setalah 30 menit mereka beristirahat di luar kelas, mereka dipersilahkan untuk pulang. Keempat sahabat pun seperti biasa, pulang bersama.
“Win, pulang bareng yuk?” ajak Azidan sambil menarik tangan Winda seusai membereskan peralatan tulisnya. “I.. i.. iyaa, aduh, mau ke mana sih? lepasin tangan aku dong, sakit tahu” ujar Winda, Azidan pun melepaskan tangannya. “Naufal dan Bunga ke mana?” tanya Winda. “Nanti juga ada” jawab Azidan.
“Memangnya kita mau ke mana?” tanya Winda sambil terus berjalan. “Katanya sih mereka berdua nunggu kita di Taman Palem” jawab Azidan. “Yakin?” tanya Winda dengan nada tidak percaya. “Iyaa..” jawab Azidan.
Sesampainya di sana, sudah terlihat Naufal dan Bunga yang sudah sampai sejak tadi. “Kalian sudah nunggu lama ya? maaf yaa” ujar Winda dengan muka bersalah. “Sudah lumayan lama sih, tapi gak apa-apa lah” jawab Bunga. “Hooo telat!” sorak Naufal. “Ihh apaan sih?” jawab Winda. Mulai sinis kembali. “Udah-udah jangan bertengkar seperti kemarin lagi” sambung Azidan.
“Apa kalian sudah mencari cara dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kue?” Tanya Bunga. “Aku udah” jawab Naufal. “Aku juga udah” jawab Azidan. “Aku juga sudah, bahkan aku sudah menyiapkan bahan-bahannya di rumah” jawab Winda.
“Gimana nih, kita mau buat kue hari ini atau tetap besok?” tanya Bunga. “Gimana kalau hari ini kita buat 1 macam untuk dititipkan di warung-warung, sedangkan 3 macamnya kita buat besok pagi, lalu kita jual di tempat umum?” saran Winda. “Wah, ide bagus tuh, aku setuju banget” ujar Bunga. “Hmm.. lumayan, aku juga setuju deh” sambung Azidan.
“Jadi, hari ini kita mau bikin kue apa dulu?” tanya Winda. “Gimana kalau stik bawang duluan? kan gampang buatnya” saran Azidan. “Hmm.. boleh-boleh, kita buatnya di mana?” tanya Winda. “Di rumahku aja, kan itu bagian aku” jawab Azidan. “Tapi kamu sudah siapkan bahan-bahannya kan?” tanya Naufal kepada Azidan. “Sudah dong” jawab Azidan. “Oke.. ya udah kita pulang dulu, ganti baju, lalu kita membuat kue di rumah Azidan” ujar Winda. Keempat sahabat pun pulang ke rumah, jam sudah menunjukkan pukul 11. 00, mereka kembali ke rumah Azidan untuk membuat stik bawang.
Bersambung
Cerpen Karangan: Winda Widyasari Blog: www.fantasticstoriess.blogspot.com Facebook: Winda Widyasari Nama saya Winda Widyasari, umur saya 14 tahun. Saya mengirim publik cerpen ini untuk mengembangkan bakat saya. Semoga kalian suka dengan cerpen saya. 🙂