“Assalamualaikum..” sapa Winda saat di depan rumah Azidan. “Ehh Winda, ayo masuk” jawab Azidan sambil mempersilahkan Winda masuk. “Zidan! Zidan!” teriak Bunga dan Naufal dari luar rumah. “Ehh kalian berdua, ayo masuk segera. Di dalam sudah ada Winda tuh” jawab Azidan. “Oke” ujar Bunga.
“Ehh Winda udah dateng” ujar Bunga saat memasuki rumah Azidan. “Kamu lagi ngapain, Win?” tanya Naufal kepada Winda yang tengah mencampur dan mengaduk sesuatu. “Aku? aku lagi main lompat tali” jawab Winda dengan tersenyum. “Ihh, serius!” ujar Naufal serius.
“Aku lagi mencampur bahan-bahanlah. Emangnya kamu, baru dateng belum ngapa-ngapain!” ledek Winda dengan serius. “Ohh…” jawab Naufal singkat. “Oh doang? bantuinlah, jangan ngomong oh doang!” perintah Winda dengan sedikit kesal. “Iyaaaa, bawel” jawab Naufal sambil bercanda. “Bunga, ikut aku yuk, kamu bantuin aku bersihin alat penggiling stiknya sekaligus menyiapkan penggorengan dan yang lainnya, biar Winda sama Naufal yang ngolah adonannya” ajak Azidan kepada Bunga.
“Eehh tunggu! aku ikut” ujar Winda. “Ihh kamu mau ke mana? terus yang nerusin bikin adonannya siapa?” ujar Naufal sambil mencegah Winda pergi. “Yaaa kamulah yang nerusin bikin adonannya” jawab Winda. “Kok aku sih? kamu jugalah” ujar Naufal. “Udah, Win kamu sama Naufal aja bikin adonannya, biar aku sama Zidan yang bersihin peralatannya” ujar Bunga sambil pergi meninggalkan mereka.
“Yahh..” seru Winda dengan muka cemberut. “Hahaha kasihan deh, udah sini bantuin!” ledek Naufal sambil menertawai Winda. “Nggak mau!” celetuk Winda. “Yah ngambek, gitu aja ngambek, hahaha..” ledek Naufal. “Apaan sih!” ujar Winda dengan kesal.
15 menit keemudian, adonan yang dibuat oleh Winda dan Naufal pun jadi. Peralatan-peralatan pun juga sudah dibersihkan oleh Bunga dan Azidan. Mereka siap menggiling adonan menjadi stik, lalu menggorengnya. “Ehh adonannya sudah jadi nih” ujar Naufal. “Oiya.. tolong, bawa sini dong adonannya” ujar Bunga. “Oke.” jawab Naufal.
Winda dan Naufal pun menghampiri Bunga. 10 menit kemudian, adonan telah selesai digiling. 30 menit setelah digiling, Adonan sudah digoreng dan dimasukkan ke dalam plastik. Mereka mendapat 20 bungkus plastik. Mereka berempat berniat untuk menunda penjualannya. Mereka akan menjualnya esok hari sebelum mereka membuat kue selanjutnya. Setelah selesai membungkus, keempat sahabat pun pulang ke rumah masing-masing. Dan mereka akan berkumpul kembali esok hari pada pukul 08.00.
Sesampainya di rumah masing-masing, mereka melakukan kegiatan seperti biasa yang ia lakukan setiap hari. Senja pun mulai datang, tak lama kemudian menjadi malam. Keempat sahabat pun shalat isya terlebih dahulu sebelum tidur. Ketika mereka tertidur banyak mimpiin bayang-bayang bahagia akan menyambut hari esok. Beberapa jam berlalu, Fajar mulai muncul, dan ayam mulai berkokok membangunkan mereka. Mereka pun segera bangun dan cepat cepat menunaikan salat Subuh, untuk Naufal dan Azidan segera pergi ke Masjid untuk salat berjamaah. Setelah selesai salat, mereka pun mandi. Saat itu sudah pukul 07.00, setelah berpakaian rapi, mereka langsung menuju rumah Azidan untuk membuat kue.
“Azidan!!” teriak ketiga sahabatnya Azidan. “Iyaa!!” sahut Azidan sambil membuka pintu rumahnya. “Kita jadi kan bikin kue?” tanya Winda bersemangat. “Tentu..” jawab Azidan.
“Oh iya, kue yang kemarin mana? sini aku aja yang nitipin di warung-warung” sambung Bunga. “Oh iya.. tunggu ya” jawab Azidan sambil berjalan masuk ke rumahnya untuk mengambil kue bawang yang telah dibuat mereka. “Ini..” ujar Azidan sambil memberikan kuenya.
“1.. 2.. 3.. 20, loh, kok cuma 20? bukannya ada 30?” tanya Bunga sambil mengerutkan dahinya. “Aku dapat ide, yang 20 dijual di warung-warung dan 10-nya nanti kita yang jual” jawab Azidan dengan santai. “Ide yang bagus, ya sudah aku titipkan dulu ya” teriak Bunga sambil berjalan. 15 menit kemudian Bunga kembali ke rumah Azidan, mereka telah dapat membuat 1 adonan kue, yaitu kue nastar. Setalah Bunga masuk ke rumah Azidan, dia langsung membantu mereka yang sedang membuat kue nastar.
“Aku siapkan ovennya ya” ujar Bunga. “Win, aku aja yang ngisi selai buah nanasnya ya ke dalam nastarnya” ujar Naufal. “Aku yang nutup kue nastarnya ya sesudah diisi selai nanas” ujar Azidan. “Lah, terus aku ngapain?” tanya Winda. “Kamu kasih nastarnya margarin saja sebelum dioven” saran Naufal. “Oh oke” jawab Winda.
Mereka pun membuat kue nastarnya. Mereka juga bekerja dengan baik sesuai tugas-tugas yang ditentukan. 1 setengah jam pun berlalu, kue nastar pun telah jadi. Selanjutnya mereka membuat kue Putri Salju. Sebelum membuat kue Putri Salju, mereka melakukan salat duhur terlebih dahulu. Sekiranya pukul 15.30 mereka dapat menyelesaikan kue Putri Salju itu. Akhirnya mereka menanggungkan waktu, dan mereka membuat kue keju sekaligus dalam hari itu.
Setelah membuat kue Putri Salju, mereka salat Ashar terlebih dahulu lalu melanjutkannya sesudah salat. Kue pun berhasil diselesaikan pada pukul 18.30, mereka berniat akan menjual kue tersebut besok pagi, mulai dari pukul 05.00-17.00. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing dan melaksanakan salat Maghrib dan Isya di rumah mereka. Malam pun sudah berganti pagi. Mereka terbangun pukul 04.30. Mereka langsung terburu-buru mandi dan berhias di rumah masing-masing. Setelah semua siap, mereka segera berangkat ke rumah Azidan.
Pada pukul 06.00, mereka langsung berangkat ke tempat-tempat yang umum. Kemarin, mereka berhasil membuat 10 kantong Kue Bawang, 20 kantong kue nastar, 15 kantong kue Keju, dan 13 Kantong kue Putri Salju. Kue keju dijual seharga 20.000/kantong, Kue nastar dijual seharga 18.000/kantong, Kue Putri Salju dijual seharga 13.000/kantong, dan kue Bawang dijual seharga 5.000/kantong. Alhamdulillah, hari ini hanya tinggal 1 kantong kue keju dan 2 kantong kue Putri salju tersisa.
Hari ini mereka mendapat penghasilan sebanyak: -kue keju = 14 × 20.000= Rp. 280.000 -Kue nastar = 20 × 18.000= Rp. 360.000 -Kue Putri salju = 12 × 13.000= Rp. 156.000 -Kue Bawang = 10 × 5.000= Rp. 50.000
Jadi, jumlah totalnya adalah Rp 846.000, ditambah 20 kue bawang yang ada di warung-warung = 846.000+100.000 = Rp 946.000. Awal modal mereka adalah Rp 500.000, jadi keuntungan mereka adalah Rp 446.000, mereka memutuskan untuk berjualan hanya hari Minggu. Bu Guru memberikan waktu 3 minggu. Berarti keempat sahabat ini hanya berjualan dalam waktu 3 hari. Keuntungan yang diperoleh mereka adalah Rp. 1.338.000.
Minggu ketiga pun sudah berlalu. Mereka masuk sekolah dengan membawa uang sebesar Rp. 1.338.000 dari hasil jualan mereka. Bel masuk sekolah pun berbunyi, murid-murid masuk ke kelas masing-masing.
“Assalamualaikum murid-murid” ujar Bu Guru. “Waalaikumsalam” jawab murid-murid. “Pada jam pelajaran ini, kita tidak membahas materi dulu ya murid-murid, tapi kita membahas untuk kunjungan ke Panti Asuhan” info dari Bu Guru. “Yeayyyyy!” sorak gembira murid-murid. “Bagaimana? kalian sudah mengumpulkan dananya?” tanya Bu Guru. “Sudah, Bu!” jawab masing-masing kelompok.
Kebetulan kelompok di kelas itu ada 5 kelompok. Keempat sahabat itu termasuk kelompok ketiga.
“Kelompok 1, berapa hasil dana yang kalian dapatkan? dan apa yang kalian jual untuk menghasilkan dana itu?” tanya Bu Guru kepada kelompok 1. “Sejumlah Rp. 350.000, Bu! kami berjualan kue cucur dan berbagai macam gorengan” Jawab salah satu anggota kelompok. “Kalau kelompok 2, berapa dana yang dihasilkan? dan apa yang kalian jual?” tanya Bu Guru kepada kelompok 2. “Sebanyak Rp. 500.000, Bu! kami menjual beberapa mainan anak dan buku-buku kecil” ujar ketua kelompok 2.
“Kalau kelompok 3? dapat dana berapa dan berjualan apa?” tanya Bu Guru kepada kelompok 3. “Alhamdulillah kami dapat mengumpulkan sebesar Rp. 1.338.000, Bu! kami berjualan kue nastar, kue keju, stik bawang, dan kue putri salju” jawab Winda. “Wahh.. hasilnya banyak banget, pasti rasa kuenya enak deh sampai-sampai dapat mengumpulkan uang sebanyak itu” puji Bu Guru. “Kalau kelompok 4? berapa dana yang kalian hasilkan? dan apa yang kalian jual?” tanya Bu Guru kepada kelompok 4. “Kami dapat menghasilkan Rp. 262.000, Bu! kami berjualan berbagai macam jus-jus dan ciki-ciki” jawab salah satu anggotanya
“Kalau kelompok 5? berhasil mengumpulkan berapa? dan menjual apa?” tanya Bu Guru kepada kelompok 5. “Kami hanya mampu mengumpulkan dana sebanyak Rp. 150.000, Bu! kami menjual astor-astor dan alat-alat sekolah” jawab ketua regu dengan nada rendah. “Gak apa-apa kok, yang penting kita kan harus ikhlas” ujar Bu Guru. “Iya, Bu!” jawab murid-murid dengan tersenyum. “Jadi, hari Minggu kita berangkat ya ke Panti Asuhan, ngumpul di sekolah pukul 07.00, kalian tidak usah membawa buku atau alat tulis lainnya, mengerti?” jelas Bu Guru. “Mengerti, Bu!” jawab murid-murid.
Mereka pun melanjutkan pelajaran seperti hari-hari biasanya. Hari-hari pun berlalu, hari Minggu pun cepat datang. Mereka telah berkumpul tepat jam 07.00 lalu mereka melanjutkan perjalanannya ke salah satu Panti Asuhan, Nama Panti Asuhan itu adalah “Panti Asuhan Sejahtera.” Mereka menempuh waktu selama 2 jam untuk perjalanan keberangkatan. Mereka pun terlah sampai pada pukul 09.00, lalu semua murid-murid pun turun dari bus dan berjalan sesuai kelompok mereka.
“Baik, Murid-murid, sekarang kalian turun dan berjalan sesuai kelompok kalian.” jelas Bu Guru. “Iya, Bu!” jawab murid-murid sambil berjalan sesuai kelompoknya.
Di sana ada kelompok-kelompok yang bertanya-tanya tentang panti asuhan tersebut, ada pula yang memberikan permen kepada seluruh anak-anak yang ada di panti, ada pula yang bermain games outdor dengan mereka, dan kelompok ketiga ini sedang asyik membacakan dongeng dan membagi-bagikan makanan kepada anak-anak panti. Sudah 3 jam mereka di sana, setelah mereka Salat Duhur berjamaah, mereka segera pulang.
Sebelum pulang, mereka berfoto pose sebagai kenang-kenangan. Lalu, mereka melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00, mereka sudah sampai di sekolah. Bu Guru pun menyuruh murid-murid untuk segera pulang agar dapat beristirahat di rumah. Keempat sahabat pun pulang bersama dan bercerita tentang kunjungan tadi.
“Ehh tadi seru banget ya?” ujar Bunga. “Iya, tadi aku sempat punya 3 cokelat, lalu aku main tebak-tebakan, kalau ada yang bisa jawab aku kasih cokelat” jawab Naufal. “Tadi aku sih hanya foto-foto sama mereka” lanjut Bunga.
“Kalau aku tadi ngajak beberapa anak makan siomay di depan panti” jawab Azidan. “Kalau aku sih hanya memberi motivasi dan searching-searching aja dengan mereka” jawab Winda. “Intinya seru banget deh hari ini, aku bisa belajar banyak dari mereka” ujar Naufal. “Iya, seharusnya kita juga harus sangat bersyukur masih memiliki orangtua yang utuh” ujar Winda sambil tersenyum. Keempat sahabat pun berpelukan sambil berucap, “iya..” bersamaan.
TAMAT
Cerpen Karangan: Winda Widyasari Blog: www.fantasticstoriess.blogspot.com Facebook: Winda Widyasari Nama saya Winda Widyasari, umur saya 14 tahun. Saya mengirim publik cerpen ini untuk mengembangkan bakat saya. Semoga kalian suka dengan cerpen saya. 🙂