Sang raja pagi mulai muncul dari tempat persembunyiannya, embun bertebaran membasahi daun-daun hijau, burung-burung mulai berterbangan, dan suara ayam jago pun terdengar. Muncul sesosok wanita tua di persimpangan jalan mengayuh sepeda ontel tuanya yang sedang membawa beban sebuah keranjang kecil. Dengan goresan kecil di bibirnya wanita itu secepat kilat mengayuh sepeda ontelnya ke sebuah tempat pembawa rezeki baginya.
Dia adalah Bu Aminah, seorang ibu dengan 3 orang anak. Bu Aminah kini telah menjadi janda setelah suaminya meninggal 1 tahun silam. Anak pertama Bu Aminah bernama Hayati Larasati, ia adalah anak yang sangat berbakti kepada kedua orangtuanya. Hanum Sekarwati, anak kedua Bu Am sekarang menginjak kelas 2 SMA, dan anak terakhirnya Muhammad Ali, baru berumur 4 tahun. Keluarga Bu Aminah tinggal di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota, tepatnya mereka tinggal di Desa Kalikangkung.
Keluarga Bu Aminah awalnya adalah keluarga berkecukupan, namun sejak usaha restoran milik mereka mengalami kebangkrutan mereka menjadi keluarga yang kurang mampu. Pak Yamin suami Bu Aminah adalah orang yang pekerja keras, beliau merintis usaha restoran miliknya dari nol, tapi beliau meninggal tak lama setelah usahanya bangkrut. Walaupun ujian selalu menimpanya, keluarga Bu Aminah selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada mereka dan tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Di malam hari keluarga ini selalu berkumpul walaupun hanya di sebuah gubuk kecil bertembok anyaman bambu, Pagi-pagi sekali Bu Aminah sudah mulai meracik barang dagangannya, beliau kini menjadi pedagang rujak teplak. Kebetulan di tempat Bu Am tinggal, banyak terdapat bahan baku untuk membuat rujak teplak, bahkan sayuran yang akan dibuat rujak teplak seperti kangkung, semanggi, bayam, daun pepaya, ubi dan daun pisang sebagai pembungkus rujaknya ia tanam sendiri.
“Bu, rujak,” ucap seorang pembeli yang menghentikan Bu Am mengayuh sepedanya. “Berapa Bu?” “2000, 5 Bu, tapi jangan pake daun pepaya.” “Oh iya Bu, tunggu sebentar.” Ucap Bu Am dengan senyum tipis di wajahnya.
Hayati anak pertama Bu Aminah ini sangat cerdas, telaten, dan yang paling mengerti keadaan keluarganya. Namun sejak tak bisa membayar UKT kuliahnya di Fakultas Kedokteran, Hayati pun tak melanjutkan kuliahnya. Malah Hayati ingin membantu orangtuanya mendapatkan tambahan penghasilan. Hayati berusaha untuk membantu penghasilan keluarganya dengan membantu menjual rujak teplak di kota. Sejak subuh ia sudah membawa dagangannya ke kota dan menjajakkan dagangannya di trotoar pasar. Bahkan seringkali ia diusir oleh pedagang teplak yang merasa tersaingi.
“Heh kamu! Jangan jualan rujak teplak di sini, kamu tidak lihat apa? penjual rujak teplak di sini sudah banyak!” Ucap penjual rujak teplak yang lain yang memaksa Hayati untuk berpindah tempat berjualan. Tak sedikit pula orang yang mencibir bungkusan daun pisang Hayati yang sudah kering dan terkadang membuat rujak teplak yang ada di dalamnya bocor. Setiap hari Hayati harus berpindah-pindah tempat dagang, terkadang sampai sore hari dagangannya hanya laku dua sampai tiga bungkus. Namun Hayati tak menyerah ia dengan sabar menunggu datangnya pelanggan hingga sore hari. Ketika hari mulai petang datang seorang pembeli yang membeli dagangan Hayati.
“Saya beli rujak 5000-an 15 ya.” ucap pembeli itu. “Oh iya, campur semua ini?” ucap Hayati sambil meracik rujak teplaknya. “Hayati?” Ucap pembeli tersebut. “Iya, hmm.. Apakah kita pernah bertemu?” Ucapnya sambil mengingat-ingat wajah pembeli tadi. “Hayati, ini aku Fandi teman SMA kamu, kenapa kamu berjualan di pinggir jalan seperti ini?” Hayati pun menjelaskan apa yang telah terjadi pada keluarganya, dan itulah yang menyebabkan Hayati harus berjualan di pinggir jalan seperti ini. “Aku janji bakal bantuin kamu biar kamu bisa kuliah lagi.” Ucap Fandi.
Setelah Hayati bertemu dengan Fandi, usaha rujak teplaknya kian lama kian berkembang. Inovasi-inovasi yang diberikan Fandi dari mulai merubah kemasan daun pisang menjadi lebih praktis dan menarik hingga membuka kios kecil di tempat yang strategis agar tak berpindah-pindah tempat menjajakkan rujak teplak, kelezatan rujak teplak Hayati mulai dikenal masyarakat. Sejak pagi-pagi buta Hayati sudah membuka kiosnya, setiap hari setelah pulang kuliah Fandi juga membantu Hayati untuk menjual dagangannya.
“Udah habis semua mbak?” Ucap Fandi yang langsung duduk di kursi pembeli. “Maaf ya mas, udah habis nih hehe” Ucap Hayati sambil tertawa. “Wah sekarang laku ya,” “Alhamdulillah, ini juga berkat kamu Fan, makasih ya.” “Kembali kasih.”
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Setelah usaha rujak teplaknya sudah mulai berkembang pesat, Hayati memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda. Kini, usaha rujak teplak keluarga Bu Aminah yang diberi nama. “Rujak Teplak Bu Am.” sudah memiliki 5 cabang di Tegal. Mereka juga berencana untuk membuka kios rujak teplak di luar kota, agar rujak teplak khas Tegal bisa dikenal masyarakat luas.
Keluarga Bu Am pun sudah menjadi keluarga yang mampu dan sekarang tinggal di sebuah perumahan di kota. Rujak teplak yang awalnya dijual keliling sekarang sudah menjadi kios yang terkenal. Di sisi lain, persahabatan Hayati dan Fandi yang sudah terjalin ini makin erat. Bahkan kini sudah mulai muncul rasa-rasa aneh di antara mereka berdua. Bahkan Fandi akan mengajak Hayati untuk menemui kedua orangtua. Hayati merasa senang sekaligus gugup.
“Assalamualaikum, Abah Umi” Ucap Fandi seraya mengetuk pintu rumahnya. “Waalaikumsalam, masuk nak.” Ucap Abah dan Umi Fandi sambil membuka pintu. “Abah, Umi kenalin ini Hayati.” Ucap Fandi memperkenalkan Hayati kepada orangtuanya. “Maaf sebelumnya, saya harus pergi” Ucap Hayati meneteskan air mata dan berlari dari sana. Tanpa sepatah kata pun Fandi langsung berlari mengejar Hayati, ia merasa bingung mengapa Hayati bisa menangis seperti itu.
“Hayati tunggu!” Teriak Fandi menghentikan Hayati yang sedang berlari. “Kamu gak usah ngejar aku fan, aku udah tahu yang sebenernya. Ternyata kamu nglakuin semuanya gak tulus kan? Kamu cuma mau nebus kesalahan orangtua kamu? Kamu jahat Fan.” Ucap Hayati sambil terus berlari. “Tunggu Hayati, kesalahan apa? aku tak tahu sungguh!” Teriak Fandi yang masih terus mengejar Hayati. Akhirnya Hayati berhenti dengan berlinang air mata ia berkata.
“Ayahmu, dia yang menyebabkan Ayahku meninggal, dia yang menghancurkan hidup keluargaku! Sampai aku harus putus kuliah dan tinggal di gubuk. Dia yang menghancurkan usaha Ayahku! Sekarang kamu mau nebus kesalahan Ayahmu kan dengan membantuku kan? Kamu tak tulus membantuku kan? jauhi aku Fan!” “Hayati, aku bahkan tak tahu tentang itu,” Ucap Fandi yang masih terus berusaha menjelaskan namun Hayati terus berlari. Setelah kejadian itu Hayati dan Fandi tak pernah bertemu lagi, walaupun dalam hati kecil mereka saling mencintai namun benci di dalam hati Hayati masih ada. Akankah Hayati akan memaafkan Fandi? Apakah Hayati danFandi akan bersatu?
Cerpen Karangan: Regata Ringga Hanessa Putry Blog: regattaringga01.blogspot.com Email: regattaringga01[-at-]gmail.com Twitter, Instagram, Ask.fm : @regattaringga01 Nama saya Regata Ringga Hanessa Putry biasa dipanggil Ingga. Saya lahir di Sukoharjo 16 tahun silam tepatnya pada 4 Februari 1999, Saya anak sulung dari 4 bersaudara. Ayah saya bernama Yuhandi Haryanto dan Ibu saya bernama Tri Utami. Ayah saya adalah seorang wiraswasta dan Ibu saya adalah seorang Guru. Adik pertama saya bernama Rizqandhita Assha Livya, kini dia duduk di kelas 8 di SMP N 2 Ketanggungan. Adik saya yang selanjutnya bernama Najla Affaf Ulayya ia kini kelas 7 di SMP N 2 Ketanggungan. Dan adik saya yang terakhir bernama Arlova Aqilla Zahwa umurnya baru menginjak 3 tahun.
Saya mengenyam pendidikan TK saya selama 3 tahun, karena saat umur saya baru menginjak 3 tahun saat saya sudah mulai sekolah TK. Saya melanjutkan pendidikan SD saya di SD Negeri Sukoharjo 2 namun saat menginjak kelas 3 SD tepatnya tahun 2007, saya pindah untuk mengikuti orangtua saya ke Brebes dan bersekolah di SD N Larangan 1. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan saya ke SMP N 1 Larangan Brebes, dan melanjutkan ke SMA N 1 Slawi Tegal jurusan IPA. Saya mempunyai kegemaran menulis cerpen sejak SMP, cerpen-cerpen yang saya buat biasa saya posting di blog pribadi saya (regattaringga01.blogspot.com) dan di situs Cerpenmu.com.