“Eh… Mba Echa ya…”, sapa seorang anak perempuan yang perawakannya seukuran aku. Aku segera bangkit dari dudukku dan menyalami anak gadis yang baru saja menyapaku. “Iya, ni de siapa ya?”, ucapku seraya tersenyum kepadanya. Putih, manis, dan tinggi.. Dia terlihat begitu sempurna. Nggak seperti diriku yang biasa-biasa saja, dengan tinggi badan yang hanya mencapai 158 cm dan berat badan hampir 50 kg’an dan kulit kuning langsat, aku tumbuh menjadi seorang gadis yang pemalu dan menyimpan banyak misteri. “Nela mba…”, jawabnya seraya tersenyum. “Ini lho kakak kelas kita di SMK dulu, inget nggak?”, ucap gadis berparas cantik itu pada satu dari sekian banyak anak yang berbondong-bondong memenuhi warteg di samping kosku. “Mmm… Lupa Nel, hehe”, ucapnya lirih seraya menyalami aku. Aku dengar perkataan itu de, Sakiiit… Huft Aku yang sedang menunggu temanku yang parasnya cantik dan pribadinya yang menarik, duduk lagi di kursi panjang dekat etalase makanan sambil memainkan jariku di atas keyboard HP baruku. “Mba Naya… Mba Naya..”. Secara kompak mereka meneriakkan nama itu saat dilihatnya sosok cantik berbusana muslim berpakaian serba pink berjalan keluar dari warteg. Hm, Asyik sekali Naya ya, dikenal semua orang, sedangkan aku hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa malu dan iri, fikirku.
Aku bangkit dari dudukku dan melempar senyum pada MaBa yang nggak kenal sama aku sambil berjalan beriringan dengan Naya yang menenteng tas kresek di tangan kanannya. Diam tanpa kata. Sepanjang perjalanan aku mengotak atik HP ku yang sepi tanpa satu pun sms masuk, aku cuma diam dan berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa tau apa yang aku cari sampai akhirnya aku dan Naya di sambut oleh pintu kos yang sudah menganga menyambut kedatangan kami. “Ayo Nay mampir dulu…”, ucapku sambil perlahan membuka pintu kamarku yang dikunci. “Iya Echa, Aku langsung pulang aja, kayaknya Dia di kamar deh..”, jawabnya sambil tersenyum.
Sebenarnya tidak ada yang salah dan buruk dalam diri Naya, tapi terkadang aku yang sering beriringan dengan dia ke kampus dan di acara-acara organisasi, merasa iri dan sebel karena ketenarannya. Aku iri, aku ingin seperti dia yang dikenal orang banyak, pandai bertutur kata dan rupawan. Aku dan dia tidak bisa dibandingkan, aku tidak ada apa-apanya, Aku yang pemalu hanya bisa diam dan mengandalkan orang lain untuk menyampaikan apa yang ada di fikaranku. Kadang aku malah menyimpannya sendiri sampai hatiku sakit. Hm
“Mba, kenapa ya dari awal aku masuk kampus sampai sekarang semester 3, aku nggak menemukan keberanian buat ngungkapin pendapatku, aku malah Cuma bisa nyimpen apa yang ada di fikiranku buat diriku, Aku pengin bisa ngomong di depan umum mba”, curhatku panjang lebar` pada Mba Iyah yang mengambil jurusan yang berbeda denganku. “De, kamu coba deh belajar ngomong sambil ngaca”, jawabannya singkat, padat dan cukup jelas buatku. “Aku ingin berubah mba, bantu aku ya, Mba dari SMK dulu kan udah pinter menyampaikan pendapat, aku juga pengin kaya mba, bantu ya mba”, ucapku denga nada merengek. “Mba juga lagi nyoba kok de… Kamu juga harus coba ya… Semangatin diri kamu”, ucapnya dengan nada tegas, maklumlah dulunya dia itu Pradana Pramuka saat masa pemerintahanku dan kawan-kawan seangkatanku di Ambalan SMK… “Yang bikin mba termotivasi apa mba?”. “Mau tau…? Apa mau tau banget? hehehehe”. Candaannya mencairkan suasana hatiku yang lagi setengah galau, “Mau tau aja, hehe… Apa to mba?”. “Mba termotivasi karena mba punya keinginan buat bisa ngomong di depan umum ade, Motivasi itu penting, Apalagi motivasi dari diri sendiri. Kalau bukan kita yang mau memotivasi diri kita, mau siapa coba? Orang lain belum tentu mau menyisihkan waktu mereka buat memotivasi kita, jadi mantapkan niat dan motivasi diri ade sendiri ya.. Biar nggak terombang ambing karna lingkungan dan teman. Oke ade…”, ucapnya panjang kali lebar.
Api semangatku menyala, wah wah, kata-kata yang super, sesuper kata motivasi dari salah satu motivator favoritku, MARIO TEGUH, aku kerap membaca kata-kata motivasinya di facebook, benar-benar super duper… “Iya iya mba… Makasih ya mba, Aku mau berusaha, Aku mau bisa, Aku mau ngaca dulu ya mba”, ucapku sambil ngacir ninggalin Mba Iyah yang lagi duduk santai di depan laptop ACER Warna merahnya. “De, tunggu dulu…”. Aku tersentak dan menghentikan langkah kaki seribuku dan membalikkan badanku ke arah mba Iyah yang udah dalam posisi berdiri. “Apa lagi mba Iyah sayang…?”. “Ajarin donk..”. “Ajarin apa mba Iyah sayang…?” “Ajarin ngomong bahasa Inggris, Ya ade, kamu kan pinter, udah pernah ikut debat bahasa Inggris, Ya ya ya…”. “Oke.. oke.. Kita langsung belajar aja ya mba Iyah sayang…”, ucapku sambil tersenyum licik, hehe “Oke… Bentar mba ambil buku sama pulpen dulu yo…”. Ndak usah mba, buat apa? Kan belajar ngomong Bahas Inggris, nggak belajar nulis kan, hehe”. “Oh iya, Ayo de dimulai..”. “Mba Iyah ikutin aku ya…”, ucapku sekali lagi sambil menahan nyengir “Ok…”. “B-A BA H-A HA S-A SA BAHASA… aduuuh…”. Belum selesai aku ngajari mba Iyah ngomong bahasa inggris, sepotong karet penghapus mendarat di kepalaku.. Hehe “Adeee… Kok gitu sih?!”. “Hehe, Peace mba”, teriakku sambil lari ngacir meninggalkan Mba Iyah yang bingung nyariin penghapusnya sambil terus ngedumel, hehehe
Aku sendiri sekarang sedang sibuk di depan kaca, bukan buat dandan dan kawan=kawannya, tapi untuk memastikan kalau aku sudah cantik, hehe… Nggak dink, aku lagi berusaha keras buat bisa ngomong, dimulai dari diri sendiri dulu sambil liatin bayangan diri di kaca dan mungkin suatu saat siapa tau aku bisa bicara di depan orang banyak… Aaamin “Kenapa aku nggak bisa ngomong atau berpendapat di depan orang banyak coba? Jawabannya itu karena aku malu. Tapi kenapa harus malu, nggak ada yang kurang dari diriku secara fisik, temanku bilang aku manis, tapi aku nggak tau mereka bohong atau nggak?! Huft, aku memang manis, tapi mukaku kusam, sedangkan mereka-mereka yang tenar mukanya putih merona dan bercahaya, aku nggak PD, gimana ya? Bla bla bla…”.
Ternyata banyak sekali pertanyan yang timbul dari diriku sendiri, Aku coba menjawab satu per satu pertanyaan itu dan meyakinkan diriku bahwa aku mampu. Pasti menyenagkan bila aku bisa mengungkapkan pendapatku… “De, jangan lama-lama ngacanya… Ntar kacanya pecah, heheh”, ledek mba Iyah dari balik pintu. “Ih, mba Iyah nyebelin…”, ucapku seraya keluar dari kamr dengan niat memberi pelajaran pada Mba Iyah. Semangat.. Semangat, Echa pasti bisa, DOA KU..
Cerpen Karangan: Echa Nurrizqi Blog: Originalposting.blogspot.com