Pagi itu dunia seakan tersenyum, mencari lampiran gambar yang tiada selesai dengan konflik bagai mendung di tengah terangnya mentari pagi. Namanya Dinny carlos seorang gadis cantik tapi serba kekurangan, dia hidup dengan keadaan sederhana dunia seakan berpaling darinya. Dinny merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yang terpaut masing-masing empat dan enam tahun, dia gadis cantik tapi berbeda dengan saudara dan teman-temannya. Ketika sang adik dapat berlari, bermain bersama temannya dia hanya dapat melihat dan terdiam di kursi roda hanya berpikir entah dimana kekuatan tuk dapat berdiri.
“Kak, ikut main sini yuk…” Panggil adiknya yang kedua bernama Dhika. “Tidak, mainlah sama temanmu…” Menahan gundah hatinya untuk dapat berbaur dengan yang lain.
Ayahnya seorang penjual parfum keliling, ibunya hanya buruh cuci rumahan yang berpenghasilan dikit tapi tenaga terkuras apalagi apa yang dibutuhkanya tidak dapat dia penuhi dengan keadaanya untuk mengambil air minum pun dia harus dibantu. Suatu malam yang larut dia, dan keluarganya menunggu kehadiran sosok yang selalu mengetuk pintu dengan salam saat pukul 20.00 wib, orang yang benar dia cintai. “Assalamualaikum… Assala!!!” Belum sempat menyelesaikan salam kedua, tetapi gadis itu telah menjawabnya. “Waalaikumsalam, tunggu sebentar…” “Bu… di depan ada tamu…” Ucapnyanya untuk berpaling memberi tahu ibunya. “Oh ya pak, ada perlu apa ya?, silahkan masuk” dengan ramah ibu gadis itu mempersilahkan untuk masuk di ruang berukuran kecil sebagai ruang tamu. “Begini bu… kami datang dari pihak kepolisian untuk memberi tahukan, bahwa suami ibu yang bernama Bapak. Lasman telah tiada dikarenakan kecelakaan yang dialaminya di ruas jalan Surabaya-Malang ”
Mendengar itu dia, dan ibunya benar-benar tak dapat mengungkapkan kata-kata hanya “Innalillahi wainnalillahi Hirojiun,” keadaan yang sunggu mengundang prasangka tak baik pada sang pencipta tapi memang seperti itulah kenyataannya.
Selang beberapa tahun kematian ayahanda dia hanya hidup dengan orangtua yang tak sempurna, sampai suatu malam dia teringat pada kata yang tak mudah dia cerna maknanya (Sayapmu begitu kecil tapi bentangnya bisa memukau siapapun). Kata itu berarti buatnya di malam yang gelap saat semuanya terlelap dia menuliskan cerita tentang apa yang bisa dia terima dengan kata yang dikirim sang ayah itu (Sayap Yang Tak Aku Mengerti), saat keesokan harinya tulisan itu dia masukan ke dalam sebuah amplop yang dia titipkan ke adiknya sebelum adiknya itu berangkat ke sekolah yang kebetulan berdekatkan dengan kantor pos.
Dua minggu tiada kabar yang menghampiri keputus asahan melanda hati, saat suatu ketika dia menerima surat yang dia kira kabar baik justru sebaliknya. Usahanya menyempurnakan tulisanya mendapat buli dari teman-teman yang kurang peduli dan tak suka denganya, beberapa kali dia mengirimkan tulisanya itu ke berbagai penerbit tapi hal yang sama dia dapat, naskah itu kembali ke tangannya.
Sampai dia di ujung keputusasaan dengan kehidupan, dan naskah-naskanya, dia menyuruh adik bungsunya membuang amplop naskahnya di tempat sampah yang jauh dari pengeliatanya.T ak ada harapan lagi baginya, tapi suatu sore dia dikejutkan dengan sosok pria manis yang mendekatinya dan menyodorkan buku kepadanya.
“Ini bukumu…” Ucap pria itu seakan tak asing dengan dirinya. “Buku?, buku apa,” Tak mengerti dengan maksud pria manis itu. “Iya ini buku mu kan?”, Salam Yang Tak Aku Mengerti, Tatapan matanya mengarah jelas pada Dinny.
Tampak dari kejauhan teman-teman Dinny yang suka membulinya menatap dengan tajam.
“Sunggu aku tak mengerti?,” Dia seperti orang bodoh, tapi matanya menatap buku itu memang tertuliskan namanya.
“Ya ini bukumu, waktu itu aku menemukan amplop di tempat sampah dekat rumahku, aku mengira itu surat penting yang terbuang oleh pembantuku tapi setelah kubuka itu berisi naskah novel, dan setelah kubaca mataku tak kunjung kering. Akhirnya kubawa naskah itu ke teman sebagai editor dia mau menerbitkanya.” Dengan membuka-buka hal buku itu.
“Jadi… jadi..” Dinny yang bingung dengan ucapan yang ingin dia lontarkan. “Sungguh ini benar-benar kejutan yang berharga,a ku tak menyangka naskah itu sekarang menjadi sebuah buku dengan cover cantik bertuliskan namaku. Terimakasih,” gadis itu tersenyum lebar dan menatap pada pria manis dan teman-teman di sekelilingnya.
Sampai dia memang benar sukses dengan tulisan-tulisan kreatifnya, dan benar juga sekaran menyadari kata yang terucap di bibir ayahnya dulu. Walaupun dia gadis berkursi roda datang dari keluarga kekurangan hanya memiliki kesempatan yang tak sebesar orang normal pada umumnya, tapi dengan usaha, dan semangatnya kesempatan kecil itu menjadi bentangan kesuksesan yang luar bagai (Sayapmu begitu kecil tapi bentangnya bisa memukau siapapun).
Cerpen Karangan: Rizky Syaumi Kusuma Facebook: Rizky Syaumi Kusuma Namaku Rizky Syaumi Kusuma, aku berumur 14 tahun kelas 3 smp di SMPN 2 Prigen, rumahku di JL. Taman safari 2 palang sukorejo Pasuruan, Jawa timur. Ya selain bercita-cita sebagai seorang dokter aku punya hobby nulis tapi belum perna sih aku kirim kirim untuk dibaca orang banyak, baru kali ini semoga bisa dipahami maha bila ada kesalahan maklum nulisnya jam 12 malam ngantuk and besok sekolah jadi semoga kalian bisa membacanya dengan nyaman. And thanks udah nyempetin baca.