Tugas-tugas telah menumpuk, sedangkan Kevin belum menyelesaikan satu pun tugas-tugas tersebut. Kevin adalah seorang mahasiswa yang pintar, tetapi malas. Dosennya pun mengakui bahwa dia adalah anak yang pintar dan dia juga anak yang sangat kreatif. Oleh karena itu, dia seringkali mengusulkan ide-ide cemerlang kepada teman-temannya di kampus.
Kevin selalu didampingi oleh kedua temannya, yaitu Bone dan Beta. Bone dan beta adalah seorang mahasiswa sama seperti Kevin. Mereka adalah tiga sahabat yang saling mendukung satu sama lain. Jika salah satu dari mereka sedang dalam masalah, mereka selalu memecahkan masalah tersebut bersama-sama dan mencari solusi dari masalah tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah sifat kemalasan Kevin. Bone dan Beta selalu mendukung Kevin dan selalu mengingatkan dia jika sifat malasnya kambuh. Untungnya semua dukungan dari kedua temannya itu selalu didengar oleh Kevin sehingga Kevin dapat menyelesaikan tugasnya. Dan juga sebaliknya, Kevin pun melakukan hal yang sama terhadap teman-temannya, sehingga kedua temannya tersebut juga dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Hari menjelang sore dan mereka pun hendak pulang ke rumah. Sebelum pulang kebiasaan tiga sahabat itu selalu jajan atau makan terlebih dahulu. Mereka pun memiliki tempat makan favorit. Mereka selalu makan di warung Pak Kurniadi. Di warung tersebut disediakan segala macam makanan dari mulai nasi sampai dengan lauk-pauknya yang serba komplit. Harganya pun juga tidak mahal dan rasa dari makanannya sangat enak. Setelah makan, mereka segera pulang. Setelah sholat Isya, Kevin dan Bone selalu mengaji bersama di masjid dekat rumah mereka. Biasanya mereka mengaji selama dua jam bersama Ustad Alif. Ustad Alif ini sudah menjadi guru mereka berdua sejak SMP. Ustad Alif juga sangat bangga kepada keduanya karena mereka adalah anak-anak yang pandai ngaji dan tidak pernah lupa beribadah.
Keesokan harinya mereka berangkat kuliah seperti hari-hari biasanya. Terkadang mereka berangkat bersama tetapi terkadang tidak. Kevin selalu menggunakan transportasi umum, seperti kopaja, angkot, dan sebagainya.
Sesampainya di kampus Kevin dipanggil oleh Pak Dodit dosennya. “Kev, nanti kamu ke ruangan saya ya saat jam istirahat dengan Ajak juga rekan-rekanmu, Bone dan Beta, karena bapak ingin bicara dengan kalian bertiga” kata Pak Dodit.
Awalnya Kevin mengira bahwa ia dan kedua temannya akan dihukum oleh Pak Dodit, tetapi ia heran karena dia dan kedua temannya, Bone dan Beta, tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh. Atau pun yang melanggar peraturan.
“Teman-teman, tadi aku bertemu dengan Pak Dodit dan beliau ingin berbicara dengan kita bertiga nanti di ruangannya saat jam istirahat. Kira-kira ada apa yaa?” tanya Kevin penasaran. “Wah, kebetulan sekali Pak Dodit, biasanya beliau tidak pernah begini” jawab Bone. “Ia betul tuh, jarang-jarang kan Pak Dodit seperti ini,” kata Beta. Setelah berbincang-bincang, mereka masuk ke kelas karena mata kuliah segera dimulai.
Jam istirahat pun tiba, dan Kevin berkumpul dengan rekan-rekannya. Tanpa basa basi, mereka langsung menuju ruangan Pak Dodit. “Tok tok tok!!” Kevin mengetuk pintu. “Iya, masuk saja pintu tidak dikunci,” jawab Pak Dodit. “Ohh, rupanya kalian bertiga, silakan duduk!” kata Pak Dodit. Tiga kawan tersebut segera duduk dan siap mendengarkan Pak Dodit.
“Begini, alasan saya memanggil kalian adalah saya ingin memberikan tugas kepada kalian bertiga” kata Pak Dodit. “Tugas apa ya, Pak” jawab Beta. “Tugasnya sangat mudah, kalian hanya perlu pergi ke Desa Pangandaran dan melakukan survei sekolah-sekolah di sana. Setelah itu kalian laporkan kepada saya karena saya dengar di sana banyak anak sekolah yang sedang kesulitan,” Pak Dodit menjawab “Ohhh begitu Pak. Baiklah kapan kita bisa melaksanakan tugas tersebut Pak?” tanya Bone. “Sesuai jadwal yang saya tentukan kalian akan melaksanakan tugas ini lusa besok dan kalian akan diantar oleh pak Rahman, supir kampus,” kata Pak Dodit. “Baiklah Pak kalau begitu,” jawab mereka bertiga.
Hari lusa pun tiba. Ketiga sahabat ini siap untuk melaksanakan tugas dari Pak Dodit, dosen mereka. Sesampai di kampus mereka segera berangkat ke Desa Pangandaran. Dari kampus ke desa tersebut dibutuhkan waktu sekitar sampai jam perjalanan.
Satu jam pun berlalu dan mereka sampai di tujuan. Hal pertama yang mereka lakukan adalah langsung menyurvei sekolah-sekolah di sana. Saat melakukan survei di sekolah ada satu hal yang mereka sadari bahwa siswa-siswi di sana kesulitan mendapatkan alat tulis untuk menulis dan belajar. Sekolah pun sudah menyediakan alat tulis tetapi tidak mencukupi jumlah murid disana. Ternyata yang Pak Dodit katakan benar bahwa murid-murid sekolah ini sedang dalam kesulitan. Ketiga sahabat tersebut merasa sedih terhadap kondisi ini dan berniat untuk membantu. Karena bertentangan dengan waktu, mereka pun tidak dapat menolong mereka. Tiga sahabat tersebut hendak pulang. Sesampai di kampus mereka pun melaporkan semua hasil yang mereka dapatkan selama survei desa tersebut. Mereka juga mengambil beberapa foto-foto menarik dari desa tersebut.
“Bagus-bagus!. Kerja yang bagus! Kalian telah menyelesaikan tugas dengan baik,” puji Pak Dodit. “Terima kasih Pak,” jawab tiga sahabat tersebut dengan bangga.
Rasa ingin membantu masih melekat pada diri tiga sahabat tersebut. Mereka pun meminta waktu tambahan kepada Pak Dodit untuk bisa mengunjungi Desa Pangandaran lagi.
“Pak, izinkan kami untuk pergi ke sana lagi Pak. Disana anak-anak sekolah kesulitan, mendapatkan alat tulis, ” Jelas Kevin “Oke, saya izinkan, tetapi apa yang akan kalian lakukan?” tanya Pak Dodit “Kami bertiga akan membuat sebuah pena yang berbeda dari pena yang pernah ada Pak. Pena ini adalah pena yang tidak menggunakan tinta biasa. Pena ini menggunakan tinta yang diserap oleh sebuah sensor. Oleh karena, itu pena ini tidak boros dan tahan lama. Kami berencana untuk menyumbang pena ini kepada mereka,” Kevin menjelaskan kepada Pak Dodit. “Bagus!, Ide yang sangat cemerlang. Baiklah kalau begitu lanjutkan ide kalian” jawab Pak Dodit dengan bersemangat
Setelah berhari-hari membuat pena modifikasi tersebut, pena tersebut sudah jadi dan siap untuk dipakai. Ketiga sahabat ini pun menguji coba pena ini berkali-kali agar hasilnya bagus dan memuaskan.
Mereka segera berangkat ke Desa Pangandaran kembali. Sesampai di sana mereka disambut meriah. Ketiga sahabat tersebut membagikan pena yang mereka buat satu persatu kepada anak-anak sekolah di Desa Pangandaran. Dengan penuh kebahagiaan, akhirnya anak-anak di sana tidak akan kesulitan lagi untuk mendapatkan alat tulis.
Pak Dodit sangat bangga kepada tiga sahabat tersebut karena kebesaran hati mereka yang mau membantu orang-yang kesulitan. Oleh karena itu, Pak Dodit memberikan penghargaan khusus kepada mereka.
Satu tahun kemudian, tiga sahabat ini lulus dari kampus dan melanjutkan hidupnya masing-masing.
Cerpen Karangan: Alif Seno Aji Facebook: Alif Aji