Namaku Rani, pagi itu saat aku sedang di jalan untuk mencari pekerjaan, tanpa sengaja aku melihat seekor kucing malang yang tergopoh-gopoh karena salah satu kaki kanannya pincang. Hati ini rasanya tak kuasa melihatnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung turun dari motor dan membawanya ke pinggir jalan agar terhindar dari kendaraan yang lalu lalang.
Aku memang selalu membawa persediaan makanan kucing kemanapun aku pergi, karena di setiap jalan pasti ada mahkluk mungil yang kelaparan. Aku segera memberikan makanan kucing itu padanya, dan dia sangat lahap memakannya, seperti semalaman tidak menemukan makanan. Aku menunggunya makan dan membelai tubuhnya yang mungil itu, dia meresponnya dengan bermanja-manja di kakiku. Tak kuasa air mata ini melihatnya, ada seekor kucing yang begitu tegar dan ikhlas disaat dia hanya berjalan dengan tiga kaki saja. Dalam otakku selalu ada rasa bersalah sebagai manusia, karena tidak bisa melestarikan semua mahkluk mungil sepertinya. Dalam benakku, rasanya ingin mencari siapa yang tega membuat kakinya pincang dan tidak bertanggung jawab, hanya karena dia seekor binatang.
Nada adalah nama yang kupilih untuknya. Nada memiliki arti berwarna seperti nada dalam sebuah lagu. Ingin rasanya aku memelihara nada dan mengobatinya, tapi apa dayaku yang masih mencari pekerjaan, tapi kedua orangtuaku pun tidak akan mengizinkannya untuk dipelihara. Sampai pada akhirnya aku selalu rutin memberinya makan dan menemaninya dengan bermanja-manja bersamanya. Hati ini rasanya bahagia melihat nada yang ceria, seperti tidak merasakan sakit sama sekali. Padahal, akibat kakinya yang pincang, dia harus menyeret kakinya itu saat berjalan hingga terluka dan kering.
Dialah penyemangatku saat ini untuk terus memberikan makanan kepada kucing lainnya. Aku ikhlaskan rezekiku hanya untuk mahkluk Tuhan yang mungil ini. Nada membuatku menjadi manusia yang harus selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Setiap aku menemui nada, dia seperti nge-batin bahwa aku datang. Karena, saat aku turun dari motor dengan membawa makanan, dia selalu lari kegirangan untuk menghampiriku. Dengan wajah yang lugu dan manis, dia menyambutku dengan bermanja-manja di kakiku. Sampai sore hari tadi, aku tak kuasa melihat nada menyeberang dengan letihnya dan menyeret kakinya itu, tetapi tak ada yang peduli padanya, mereka hanya berhenti karena memberi jalan nada dan sekedar menengok saja. Lalu, dengan cepat aku gendong nada dan segera kubawa ke pinggir dan memberinya makan. Orang-orang di sekitarku hanya melihatku saja tanpa ada satupun yang terketuk untuk memelihara atau sekedar memberi makan.
Nada.., kamu memang salah satu kucing yang tegar dalam menghadapi cobaan di hidupmu yang tidak sempurna ini. Aku sebagai manusia sangat malu karena selalu mengeluh dalam menjalani hidup.
Nada.., terima kasih sayang, kamu telah mengajariku banyak hal walaupun kamu hanya seekor kucing. Aku selalu berusaha tegar sepertimu nada, dengan cara berdiri sendiri tanpa harus berpangku tangan dengan orang lain. Nada, aku selalu menyayangimu walaupun aku tak bisa memiliku, tapi keikhlasan hatimu sudah aku miliki, dan sebisaku aku akan selalu menengokmu nada. Baik-baik ya sayang, sehat terus dan jangan jauh-jauh jika ingin bermain. Aku sayang kamu nada dan selalu merindukanmu.
Cerpen Karangan: Rani Anggraini Cerpen Karangan: Rani Anggraini Facebook: Ranny Anggraini (amoey) Saya karyawan swasta. Umur 27 tahun. Hobi saya berenang dan menulis.