Perkenalkan namaku Jihan Safira mahasiswa semester 2 disalah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Bogor, hari ini ada kegiatan bakti sosial yang akan aku lakukan dengan teman-temanku dari komunitas dakwah yang ada di bogor. Minggu pagi ini sangat cerah dengan udara segar di kota bogor, aku duduk di halte tugu kujang menunggu kopaja untuk berangkat menuju tempat baksos sambil melihat orang-orang yang sedang lari pagi.
Tidak menunggu lama angkutan umum yang kutunggu sudah sampai, bus tua yang terlihat berkarat, cat yang sudah memudar, dan suaranya yang cukup keras, namun itulah yang aku sukai dari kopaja apalagi duduk dekat jendela yang terbuka, hembusan angin yang kurasakan dan mataku yang akan memandang keluar melihat pemandangan selama menuju lokasi baksos.
Hari ini lokasi baksos di salah satu kampung kecil yang ada di cilebut, sesampainya di basecamp KAMMI aku bertemu dengan temanku nurhaliza dan rekan-rekan lainnya. Acara baksos ini rutin kami lakukan sebulan sekali selama pandemi covid-19.
Baksos kali ini dibantu oleh KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) kebetulan salah satu temanku khoirunisa anggota dari KAMMI sehingga memudahkan kami melakukan kegiatan ini.
Selesai briefing dan berdoa bersama, kami langsung pergi menuju lokasi baksos yang kebetulan tidak jauh dari basecamp KAMMI. Banyak sekali anak-anak yang sedang bermain dan menyambut kami dengan gembira “kakak kakak” panggil mereka dengan suara lantang sambil berlari menghapiri kami untuk memberi salam, senang rasanya melihat senyum dan tawa mereka.
Kami mendatangi rumah bu yani selaku sesepuh disana untuk membantu kami meyalurkan baksos untuk warga setempat, saat perjalan ke rumah bu yani hatiku mencelos melihat pemukiman warga sini, lokasi seberang stasiun cilebut dengan rumah-rumah yang cukup padat di pinggir sungai, atap yang sudah pada usang, bilik-bilik yang terlihat rapuh membuatku yang jauh dari kata syukur ini berfikir betapa baiknya allah terhadap diriku, aku yang suka mengeluh tentang banyak hal nyatanya aku lebih beruntung dari yang lain.
“Assalamualaikum bu” ucap nisa pada bu yani “waalaikumsalam neng” “beras yang akan dibagikan sudah kami letakan di mushola bu, mau mulai pembagian kapan ya bu?” “Alhamdulillah iya neng, nanti neng setelah kalian istirahat saja sekalian ibu jelaskan nanti siapa saja yang akan kita beri.” “baik bu, terima kasih ya bu.” “iya sama-sama, mari ke rumah ibu. Neng dua ini siapa namanya?” Tanya bu yani kepada nisa tentang aku dan liz. “saya nurhaliza bu” sambil tersenyum. “saya jihan bu.” Ucapku sambil tersenyum. “owh iya, mari masuk dulu neng.” Ucap bu yani kepada kami.
Untuk yang laki-laki mereka duduk di mushola menjaga beras dan juga bercengkrama dengan bapak-bapak sekitar, kami para perempuan duduk untuk istirahat di rumah bu yani.
Warga disini sangat ramah sekali, ada tetangga bu yani yaitu bu alya yang menyuguhkan kami bubur kacang hijau yang baru saja dibuatnya, bubur kacang terasa sangat pas di lidahku apalagi kami makan sambil berbincang dengan bu yani dan bu alya.
Kata bu yani, biasanya khoirunisa dan teman-teman dari KAMMI seminggu sekali datang ke kampung ini untuk mengajar anak-anak disini. Anggota KAMMI adalah mahasiswa semua dan temanku nisa dia mahasiswa dari universitas ibnu khaldun dan kampung ini dekat dengan kampus UIKA sehingga mahasiswa anggota KAMMI memiliki anggeda membantu masyarakat dan salah satu program mereka adalah mengajar anak-anak di kampung ini.
Kebanyakan anak-anak di kampung ini sekolah, namun ada beberapa dari mereka yang tidak sekolah sehingga program ini sangat membantu anak-anak yang sekolah maupun tidak untuk menambah pengetahuan serta pelajaran sekolah pada umumnya.
Bu yani juga sempat bercerita bahwa ada anak tetangganya yang sedang sakit karena tertabrak motor saat sedang berjualan, lukanya tidak parah hanya luka kecil saja. Kata bu yani sebenarnya anak itu sudah dilarang oleh orang tuanya namun karena ingin membantu orang tuanya ia bersikeras untuk berjualan.
Aku sangat bangga dengan KAMMI mereka mejadi anak muda yang berkualitas dan memberikan manfaat untuk semua orang, dan anak-anak dikampung ini benar-benar membuat ku sangat malu, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk belajar serta kegigihan untuk membantu orang tuanya sedangkan aku bekerja saja belum. Lagi-lagi diri ini benar-benar ditampar oleh keadaan mereka, allah memberiku pelajar hidup secara langsung dengan adanya aku di kampung ini, ya allah ampunilah aku yang suka mengeluh ini.
Setelah kami istirahat sambil berbincang di rumah bu yani, kami pun segera untuk melakukan pembagian baksos. Hatiku tidak henti-henti nya mengucapkan syukur selama pembagian baksos, jalanan kampung yang kecil, rumah-rumah yang terbuat dari bambu yang terlihat sudah usang, ruangan yang berisi barang-barang yang sudah lama dan usang dengan ruangan yang tidak terlalu besar, dan sedikit sekali diantara mereka yang memiliki kendaraan bermotor dan itu pun motor tua yang mereka miliki, posisi rumah mereka yang berada dipinggir sungai membuat ku tidak bisa membayangkan bagaimana bila hujan deras, angin kencang, atau bahkan air sungai yang mungkin suatu saat akan meluap dan membahayakan mereka, semoga tuhan selalu melindungi mereka.
Selesai acara pembagian baksos kami sholat dzuhur terlebih dahulu, yang laki-laki di mushola sedangkan kami para perempuan sholat di rumah bu yani.
Usai sholat kami pun pamit kepada bu yani dan warga yang membantu kami, tentunya kepada anak-anak yang hebat dikampung ini kami berpamitan juga, kata mereka “Kaka jangan lupa main lagi yaa.” Rasanya bahagia sekali mereka mengharapkan kami untuk bermain bersama mereka.
Cerpen Karangan: Piovere
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Juni 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com