Hutan yang sering dipandang sebagai tempat yang menyeramkan, sore itu berubah mejadi tempat yang menyenangkan. Cengkrama para penghuninya mengubah suasana menjadi semakin indah. Serigala, harimau, singa, sampai binatang yang lucu seperti kelinci, tupai, kucing, dan masih banyak lainnya tinggal dalam rumah yang mereka sebut hutan.
Seperti halnya mahluk Tuhan yang lainnya, masing-masing di antara mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan. Cici si kelinci yang lincah dan cerdik ternyata juga mempunyai sifat jahil terhadap temannya. Pusi, si kucing kecil dan Upi si tupai sering menjadi korban kejahilannya.
Sore itu Cici, Pusi dan Upi bermain bersama di tempat yang lapang. Mereka berkejar-kejaran kesana-kemari, bersembunyi dibalik semak-semak sambil tertawa riang. Karena merasa kelelahan mereka pun beristirahat di atas rerumputan yang hijau. Tiba-tiba Cici melihat sesuatu tergeletak dalam bungkus plastik. “hai Teman-teman… lihatlah! Cici berteriak sambil menunjuk ke arah bungkusan plastik itu. Mereka menghampiri benda itu dan ternyata sebungkus makanan dan kue. “wah… makanan teman-teman..” teriak Upi. “Asyik… sore ini kita makan enak..” Pusi bersorak kegirangan. Cici mengambil kue itu, membuka bungkusnya dan tercium aroma harum dari kue itu. Tiba-tiba muncul niat liciknya. “Ah… kue ini pasti nikmat sekali apalagi jika ku makan sendiri tanpa berbagi dengan mereka”. Gumamnya dalam hati. “Teman-teman sepertinya kue ini bekal pak tukang kayu yang sering ke hutan ini, mungkin dia baru saja kesini dan belum pergi terlalu jauh. bagaimana jika ku susullkan kue ini, bukankah menolong orang juga perbuatan mulia? Cici meyakinkan temannya. Raut kecewa tergambar di wajah Upi dan Pusi, mereka gagal makan kue yang beraroma lezat itu.
Cici pun segera beranjak pergi dan berlari ke arah jalan keluar hutan. Setelah berlari cukup jauh dari temannya Cici berhenti mengatur nafas, ia tengok ke kanan ke kiri, dia pun tersenyum, merasa aman dan tak ada siapa pun disana, dia duduk dan segera membuka bungkusan plastik itu. “ha.. ha.. kalian tertipu sobat.. sebenarnya aku hanya menginginkan kue ini untuk ku makan sendiri tanpa berbagi dengan kalian.” Gumamnya penuh semangat.
Tanpa berpikir panjang ia pun mulai memakan kue itu dengan lahapnya. Nyam… nyam… nyam… karena asyiknya ia tidak menyadari kalau ada bahaya yang sedang mengintainya. Tiba-tiba… Bruukk..!! “Aaahhgg… tolooong…” Cici menjerit keras. Seekor serigala muncul dari balik semak dan langsung menerkam tubuh mungil Cici. Kukunya yang tajam membuat Cici tak berani bergerak karena sedikit saja dia berontak maka kuku-kuku tajam serigala itu akan melukainya. Ia pun menangis dan terus berteriak minta tolong. “Toloong aku kawan… lepaskan aku pak serigala…” “haahaa… tidak ada yang akan menolongmu anak manis..” kata serigala itu. Cici pun memutar otak mencari cara bagaimana agar ia bisa bebas dari cengkraman serigala itu. Akhirnya ia mendapatkan ide. “Pak serigala, aku punya dua teman disana. Bagaimana jika mereka ku jemput kesini supaya kamu dapat makan lebih banyak lagi”. Cici berusaha mengelabuhi serigala itu. Serigala serakah itu membayangkan akan makan lebih banyak hari ini dengan kehadiran teman-teman Cici. “Baiklah, segera panggil mereka tapi aku harus ikut di belakangmu.” jawab seriagala. Cici senang karena berhasil mempengaruhi serigala itu. Dalam pikirannya ia terus mencari cara agar pak serigala tidak mengikutinya. “pelan-pelan saja ya jalanmu supaya mereka tidak mendengar langkah kakimu. Aku khawatir mereka akan lari ketakutan.” “cepat sana panggil aku sudah sangat lapar!” bentak serigala sambil melepas cengkramannya.
Cici pun berlari ke arah teman-temanya yang di tinggalkan tadi. Sementara serigala mengikutinya dengan langkah pelan. Menyadari hal itu Cici berlari sekuat tenaga sambil sesekali memanggil temannya. “Upi… Pusi… tolong aku… aku dikejar serigala…” teriak Cici saat dia tahu serigala sudah berada jauh di belakangnya. Dari kejauhan temannya mendengar teriakan Cici. Mereka pun cepat bersembunyi ke dalam lubang di balik semak belukar. Serigala pun geram saat menyadari dirinya tertipu. “kurang ajar! aku ditipu mahluk kecil itu! Awas tidak akan ku lepaskan lagi kalau kau tertangkap!” serigala itu berlari sekuat tenaga mengejar Cici.
Cici terus berlari, dia bingung melihat teman-temannya sudah tidak ada di tempat semula. Sementara serigala sudah dekat berada di belakangnya. Cici panik dan berpikir akan menghadapi bahaya tersebut sendiri. “Ups…!”, kaki Cici tiba-tiba terasa ada yang menarik. Ia pun menjerit dan bahkan tidak berani membuka mata. “jangan Pak serigala… jangan makan aku, ampuni aku..” “Sst…, ini aku Ci, bukalah matamu, ini Upi dan Pusi..” “ayo cepat Ci…” dengan rasa kebersamaan mereka pun akhirnya selamat. Namun serigala itu masih mondar-mandir dekat persembunyian mereka. Suaranya memecah keheningan hutan, membuat takut seisi hutan. Cici makin menggigil di tempat persembunyiannya. “hai kelinci kecil awas kamu! Tidak akan kulepaskan lagi. Aku akan menunggumu sampai keluar dari persembunyianmu.!” Serigala itu pun tertidur di dekat persembunyian mereka bertiga. Tiba-tiba serangan semut merah membangunkannya. Dia berputar-putar menghindari serangan semut itu. “waduh.. telingaku sakit… sekujur tubuhku sakit…! dasar semut tidak berguna! Waduh… mataku juga diserang.. sakiit…, aku bisa buta kalau begini.” “Tolong… !” teriak serigala sambil berlari tak terarah.
Cici, Pusi dan Upi memberanikan diri melihat situasi di luar. Serigala itu sudah tidak ada di sekitar mereka. Nafas mereka tersengal-sengal, keringatnya bercucuran. Cici menangis tesedu-sedu. “Hik.. hik.. maafkan aku teman-teman, aku bersalah pada kalian. Aku telah berbohong..” cici akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya. Temannya tidak marah apalagi membencinya. Cici pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi. “sudahlah Cici… kami memaafkanmu…” kata Pusi dengan bijak. “terimaksih kawan, aku janji tidak akan mengulanginya lagi..” jawab Cici dengan tulus.
Mereka pun menemui semut merah dan berterimakasih karena dengan bantuannya mereka selamat. Cici mengakui kehebatan temannya. Semut yang tidak diminta bantuannya pun membantu mereka.. “ya Allah.., aku sangat berdosa melakukan hal yang tidak baik pada teman-temanku.” Dalam hati Cici berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Mereka bertiga akhirnya bersama-sama pulang ke rumah masing-masing, dengan tetap menjaga satu dengan yang lain karena hari mulai gelap. Dan nyanyian burung malam terdengar sayup-sayup.
Cerpen Karangan: Lylik Choir Blog: Lilikchoir89.blogspot.com