Perjalanan panjang adalah perjalanan yang lama dan berat. Seperti yang sedang dilakukan Ant-ant. Ant-ant tidak seperti yang lain. Selama ini Ant-ant sering tertinggal di belakang. Namun dia bisa mengumpulkan makanan lebih banyak dari pada teman-temannya.
Hujan datang lebih awal dari biasanya. Hujan merupakan kendala terbesar saat melakukan perjalanan. Biasanya Ant-ant dan teman-temannya tidak melangkah lebih jauh. Namun kali ini Ant-ant nekat melangkah lebih jauh. Dia ingin mendapatkan upah lebih banyak. Dia ingin orangtuanya sembuh. Dia juga ingin membangun rumahnya yang telah rusak akibat banjir.
“Ant! Ini masih musim hujan. Jangan kau anggap hari ini awan dan matahari sedang bersahabat.” Beberapa kalimat yang dikatakan temannya telah masuk di pendengaran, tapi Ant tidak menghiraukannya.
“Aku kasihan dengan Ant. Dia tidak normal dan harus menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung,” kata Sem. “Ah memang dasar keras kapala,” kata temannya yang lain.
Ant-ant berjalan ke tepi, mencari sesuatu. Sambil menghindari tetesan hujan, dia berlari ke arah hutan talas. Hutan yang penuh daun lebar dan besar. Hutan yang juga disebut hutan kematian. Di hutan tersebut ada sosok makhluk pembunuh yang kejam selain kelompok Spidi.
Ant-ant tahu kalau dia tidak boleh terlalu ke dalam. Dia hanya mencari daun-daun yang berada di tepi hutan. Daun yang dia dapatkan akan dia rangkai menjadi sebuah perahu beratap. Setelah terkumpul cukup banyak, mulailah dia membuat perahunya. Pertama dia buat sebuah lesung yang cukup lebar. Lalu diberi tiang dan atap. Perahunya juga ada jendela yang bisa dibuka tutup. Perahu beratap pun jadi setelah 1 jam berlalu.
Perahu itu dia dorong keluar dari hutan talas. Awalnya dia kesulitan memindahkannya ke tepi. Berpikir dan berpikir, itu yang dia lakukan jika dia berada dalam kesulitan yang belum terpecahkan. Lalu dia ingat saat bermain luncuran di bukit pasir. Permainan yang menggunakan daun untuk papan seluncur dan patahan ranting untuk tempatnya berseluncur. Dia segera mencari ranting yang ada di sekitarnya.
Ant-ant sadar dia telah jauh dari tepi. Lalu dia memutuskan kembali. Ranting yang dia kumpulan sudah cukup untuk membawa perahunya ke tepi. Terdengar suara gesekan daun dari belakang. Ant-ant merasakan ada bahaya yang akan datang. Daun-daun robek, sang pembunuh telah ada di depannya. Berlari mungkin satu-satunya jalan keluar. Tapi kecepatan sang pembunuh tidak bisa dia tandingi. Berpikir dan berpikir. Dia mencari solusi lain. Dia teringat saat temannya sedang sakit mata. Mata temannya itu diperban sehingga dia berjalan tanpa arah yang jelas. Mata Ant-ant bergerak ke sana kemari. Lalu dia melihat di tangannya ada beberapa ranting. Dua buah ranting tidak berpengaruh terhadap perahunya jika dia ambil. Segeralah dia melemparkannya ke mata sang pembunuh sambil berlari menghidari serangan. Satu ranting mendapat tempat di mata kanan sang pembunuh. Dia berlari lagi dan menerobos di bawah tubuh sang pembunuh. Kini dia berada di sebelah kiri sang pembunuh. Sang pembunuh yang kebingungan dan kesakitan membuat Ant-ant tidak ragu. Satu ranting lagi mendapat tempat di mata kiri. Ant-ant segera meninggalkan sang pembunuh yang berlari tanpa arah ke dalam hutan.
Ant-ant berjalan kembali ke perahu. Syukurlah masih ada dan utuh di tempatnya. Mulailah dia bawa perahu itu seperti apa yang dia rencanakan. Beberapa saat perahu akhirnya dapat mengapung di atas lautan sementara. Dia pun masuk ke dalamnya dan mulai mendayung. Ke sana kemari mencari makanan. Dari tepi ke tepi, dia berhasil membawa sedikit demi sedikit makanan. Menyeberangi lautan membuatnya lelah. Sesekali dia berhenti dan memakan sesuatu dari hasil pencariannya.
Lautan menyurut, Ant-ant harus cepat sampai ke rumah, kampung halamannya. Dengan cepat dia dayung perahunya. Beberapa saat kemudian dia sampai di kampung halamannya bersamaan surutnya laut. Teman-temannya tidak percaya melihat Ant-ant bisa kembali dan setidaknya kembali membawa banyak makanan. Dia senang, dia akan mendapat upah lebih. Namun upah lebih tidak lebih penting dari pada orangtuanya.
“Aku telah salah menilaimu. Kau benar-benar jenius. Hahaha…,” kata salah seorang temannya. “Kau hebat Ant,” sapa Sem yang menghampirinya.
Ant mengerti bahwa dia telah dipuji banyak orang. Dia pun menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangan. Hanya itu ucapan terima kasih yang bisa dia lakukan. Dia berlari menjauh dari kerumunan. Dia ingin sekali melihat orangtuanya. Dia ingin memberitahu bahwa dia berhasil membawa makanan dengan selamat.
Tidak jauh dari kerumunan, dia telah berada di depan rumah. Meskipun rumah itu milik tetangganya dia bahagia bisa pulang ke rumah. Dia masuk dan langsung menuju ke kamar ibunya. Di samping ibunya, dia melihat adiknya tertidur menghadap tempat tidur ibunya.
“Ant-ant kau sudah kembali?” tanya ibunya.
Ant-ant hanya mengangguk saja. Lalu dia memberi isyarat jika dia telah berhasil. Dia juga menceritakan petualangannya di hutan talas dan lautan sementara.
Cerpen Karangan: Anjar Adityatsu Blog: www.abonecorp.com Akun FB: www.facebook.com/adityatsu Akun Twitter: @raditya_amp