Kerajaan Tikus yang terletak di langit-langit rumah yang gelap dan pengap dihuni oleh banyak keluarga tikus. Salah satunya seekor ibu tikus yang sedang mengandung.
Ibu Tikus sudah mempersiapkan nama untuk para anaknya yang akan lahir nanti. Lalu setelah beberapa hari, Lahirlah beberapa ekor tikus yang lahir di keluarga apa adanya. Lahir dari rahim seorang ibu yang mengandung selama 30 hari. Bayi-bayi tikus itu diberi nama Paijo, Sukmo dan Trisno yang sudah disiapkan oleh ibu tikus.
Bayi tikus itu lahir dan tumbuh menjadi tikus kecil yang lincah. Suatu hari Paijo hendak bermain dengan teman-temannya. “Hey Paijo ayo main!”, seru anak para tikus. Para anak tikus sudah berecana pada hari-hari sebelumnya untuk bermain lebih jauh dibandingkan hari kemarin. “iya tunggu sebentar, kita akan bermain kemana hari ini?”, Tanya Paijo. “hhmmm…”. sambil berpikir ibu Paijo memanggil dan menyampaikan sesuatu kepada Paijo. “jangan bermain terlalu jauh Paijo, ingat di luar berbahaya apalagi sampai kau turun ke bawah itu sangat berbahaya karena di bawah sana banyak anak manusia yang akan menangkapmu. Anak manusia itu sudah memasang perangkap disana dan itu akan membahayakan nyawamu”. Paijo menjawab, “tapi bu kita ini kan anak tikus. Anak tikus yang hebat yang mampu berlari dengan cepat”, “Jebakan anak manusia lebih berbahaya Nak”, ibu menasehati lagi. “lalu apa yang harus aku lakuakan jika aku turun ke bawah, Bu?” “jika kamu terpaksa turun ke bawah, kamu harus berhati-hati dan wasapada akan jebakan yang telah dipasang oleh para anak manusia”, jawab ibu tikus “iya, bu aku tidak akan bermain terlalu jauh”, jawab Paijo Lalu Paijo bersama teman dan saudara-saudaranya pergi bermain. Mereka sangat senang dan riang hingga lupa waktu dan segalanya.
Ketika waktu sudah larut malam dan suasana semakin gelap gulita. Setelah lelah bermain meraka terkapar lemas. “aku lelah sekali”, kata salah satu teman Paijo “iya aku juga lapar”, mereka saling mengeluh bersahutan. Salah seekor anak tikus berkata,” bagaimana jika kita cari makanan saja?” “Seettuujuuu…!”, jawab anak-anak tikus yang lain.
Waktu semakin malam dan lampu rumah anak manusia sudah mulai dimatikan. Menandakan bahwa anak manusia mulai tidur. Mereka pun akhirnya berjalan turun ke bawah menuju rumah anak manusia. Menyusuri rongga-rongga ruangan dan perabotan rumah anak manusia. Hingga suatu saat salah satu dari mereka melihat sebuah roti. Roti yang terletak di atas meja tanpa ada penutup tersebut. Salah seekor tikus yang pertama kali melihat roti tersebut adalah Sukmo saudara Paijo. “hey! kalian, lihat disini ada makanan yang sangat lezat!”, teriak Sukmo memanggil teman dan saudaranya. Gerombolan anak tikus yang sedang kelaparan mencari makanan, lalu berlari menuju sumber suara Sukmo. “ayo ambil saja roti itu!”, seru Trisno. “iya, kenapa tidak kau ambil saja makanan lezat itu?”, sahut anak tikus yang lain. “aku tidak berani untuk mengambilnya”, jawab Sukmo “kenapa kau tidak berani? Anak manusia sudah tertidur, mereka tidak mungkin tahu.”, sahut Paijo anak tikus yang memiliki tubuh yang paling kecil. “aku takut, takut jika manusia akan mencariku dan akan memakanku”, kata Sukmo “tapi bagaimana? Kita sudah benar-benar kelaparan, jika kita tidak memakan roti ini kita tidak akan bisa pulang dan keluarga sudah pasti gelisah dan cemas mencari keberadaan kita”, kata anak tikus yang lain. “ah itu tidak mungkin. Jika di sini tidak ada yang berani untuk mengambil roti itu aku akan mengambilnya.”, jawab Trisno yang memberanikan diri untuk mengambil roti itu.
Dengan susah payah Trisno berusaha untuk mengambil roti milik anak manusia itu. Trisno terus berusaha dan berusaha terus hingga ia mendapatkannya. Setelah beberapa menit Trisno seekor tikus kecil yang memiliki badan besar tersebut berhasil mendapatkan roti tersebut. “Hoorree… kita pesta malam ini…!!”, seru segerombolan anak tikus yang sedang kelaparan melihat Trisno mendapatkan sebuah roti. Roti tersebut tidak terlalu banyak tetapi bentuknyalah yang lumayan besar sehingga mampu untuk mengisi perut-perut anak tikus yang kelaparan itu. Bentuknya yang besar itu membuat para anak tikus berebut untuk saling mendapatkan potongan roti. Termasuk ketiga bersaudara Paijo, Sukmo dan Trisno. Mereka bertiga saling berebut, namun akhirnya Sukmo dan Trisnolah yang mendapatkan bagian lebih banyak dibandingkan Paijo. Mungkin karena Paijo yang memiliki tubuh yang paling kecil.
Setelah mereka makan malam bersama dan roti itu sudah habis tak tersisa, mereka merasa kenyang dan mereka pulang dengan selamat dan tidak ada halangan apa pun. Sesampainya mereka sampai di wilayah kerajaan, mereka bingung suasana sangat ramai dan ternyata itu adalah orangtua mereka yang mencari keberadaan mereka.
Keesokan harinya para anak tikus itu merencanakan untuk bermain kembali. termasuk Sukmo dan Trisno. Tetapi berbeda dengan Paijo yang hari ini tidak terlihat. Ternyata Paijo sedang menyendiri ia malas bermain hari ini karena masih ingat perlakuan saudaranya yang memperlakukan Paijo tidak adil kemarin. Paijo sedih karena ia masih ingin merasakan roti itu dengan kenyang. Paijo benar-benar benci kepada kedua saudaranya.
Paijo lalu pergi ke tempat yang kemarin ia datangi bersama teman-temanya tetapi kali ini ia tidak bermain bersama melainkan pergi sendiri. Ia ingin melakukan apa yang salah satu saudaranaya lakukan yaitu Trisno yang berhasil mengambil roti kesukaannya.
“sebenarnya aku kemarin berani saja hanya untuk mengambil roti tersebut, tetapi karena aku ingat pesan ibu aku takut untuk mengambilnya, katanya anak manusia itu sudah memasang banyak jebakan untuk para anak tikus, tetapi ternyata Trisno tidak kesakitan sama sekali ketika mengambil makanan punya anak manusia itu”, anak tikus yang berbadan paling kecil ini bergumam sendiri sambil menyusuri jalan yang kemarin ia lewati bersama teman-teman.
Paijo masih ingin merasakan roti yang kemarin. Ia pergi menuju tempat diletakkannya roti kesukaannya itu. Tapi di tengah perjalanan ia melihat sebuah roti, yang ia makan kemarin walaupun tak sebesar yang itu, roti ini adalah kesukaanya. “rejeki memang rejeki, baru di tengah perjalanan saja sudah dapat santapan lezat”, kata Paijo. Tapi kali ini ada yang berbeda dari kemarin yaitu tempat meletakkan roti tersebut. Tetapi Paijo tidak memikrkan hal tersebut yang ia pikirkan hanyalah roti yang enak. Dengan rasa berani ia nekat mengambil roti tersebut. “PLAAKK..” “aaaahhhh… tolong… tolong…” “kakiku sakit.. tolong..,” setelah terdengar suara yang keras tiba-tiba Paijo langsung merintih kesakitan dan meminta tolong. Paijo lupa akan pesan ibunya bahwa jangan bermain terlau jauh dan sendirian apalagi sampai turun ke bawah. Paijo lupa akan hal itu. Paijo mulai tersadar ketika ia mulai merasa sangat kesakitan.
Tidak ada seekor tikus pun yang datang menolong Paijo. Sampai beberapa menit dan kakinya sudah mengeluarkan darah. Barulah datang dua ekor tikus yaitu Trisno dan Sukmo. Mereka lalu menolong Paijo yang hampir tak berdaya hingga jebakan itu lepas.
Akhirnya mereka bertiga pulang dan menceritakan semuanya kepada ibu tikus dan mulai saat itu mereka bertiga terutama Paijo tidak akan mengulanginya lagi karena dia sudah merasakan betapa sakitnya jebakan yang sudah dipasang itu walau kadang memang menggiurkan dan akan selalu menuruti nasehat orangtua walau kadang itu menyakitkan.
Cerpen Karangan: Widya Putri Pratiwi Facebook: Widya Putri Nama: widya putri pratiwi Sekolah: SMA Negeri 1 Metro Lampung