Di suatu negeri yang permai, terdapat sebuah padang rumput yang luas. Sejauh mata memandang adalah hijau menenteramkan. Menyejukkan. Di sana, tumbuh bunga-bunga aneka rupa dan warna. Harumnya mampu menarik siapa saja yang ada di dekatnya untuk menghampirinya. Di tempat itu pula, ribuan kupu-kupu tinggal. Terbang anggun ke sana ke mari. Pertunjukan yang mengagumkan.
Seekor kupu-kupu kecil berwarna biru hinggap di salah satu bunga. Dia bermain di bunga itu. Lalu, dia hendak hinggap ke bunga lain. Tetapi karena masih kecil, dia belum pandai terbang. Dia pun terjatuh dan tubuhnya menghempas tanah. Dia mengaduh. Kemudian datang seorang anak laki-laki. Anak itu menghampiri kupu-kupu kecil. “Kasihan sekali kamu,” Anak itu lalu membawa kupu-kupu kecil dan meletakkannya di atas sekuntum bunga. “Nah, kupu-kupu cantik, tinggallah di sini sampai kau bisa terbang.” Anak laki-laki itu tersenyum. Pergi. Kupu-kupu kecil memandang anak laki-laki yang menjauh. “Baik sekali anak itu.”
Keesokan harinya, anak laki-laki itu datang lagi. Ia menghampiri kupu-kupu kecil yang ditemukannya kemarin. Kupu-kupu itu masih di sana. “Hai cantik, bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau sudah bisa terbang?” Anak laki-laki itu meletakkan kupu-kupu kecil ke tangannya. Kupu-kupu itu terbang di atas kepalanya. Ia tertawa. “Kau lebih cantik saat terbang.” Keduanya lalu sudah menjadi dekat. Kupu-kupu kecil terbang dan hinggap ke sana ke mari. Anak laki-laki mengejar dengan riang. Hingga tak terasa waktu sudah beranjak sore. “Andi! Ayo pulang, Nak! Sudah hampir malam.” Seorang wanita menghampiri anak laki-laki itu. “Iya, Ma.”
Anak laki-laki mengelus kupu-kupu kecil yang sedang hinggap di ujung jarinya. “Cantik, aku pulang dulu ya? Besok kita main lagi.” Ia tersenyum. Kupu-kupu kecil terbang. Menatap anak laki-laki yang melangkah pergi. “Andi.” Kupu-kupu kecil tersenyum.
Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Kupu-kupu kecil kini telah tumbuh. Rupanya semakin cantik dan indah. Dia pandai menjaga dirinya. Dia juga bersolek. Ya. Semenjak bertemu dan menghabiskan waktu bersama Andi. Ve, nama kupu-kupu cantik itu, sangat senang bila Andi datang dan bermain dengannya. Ve menjadi sedih bila Andi pergi. Awalnya, Ve mengira semua itu karena Andi adalah satu-satunya anak manusia yang mau berteman dengannya. Tetapi kemudian dia menyadari bahwa ada yang berbeda dengan perasaannya. Ve jatuh cinta kepada Andi! Teman-temannya tertawa mendengar hal itu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Ve sudah gila.
“Kamu gila ya! Kamu itu kupu-kupu! Mana bisa kupu-kupu jatuh cinta kepada manusia!” “Aku tahu ini aneh. Tapi, apa salahnya? Andi manusia yang baik. Dia yang menolongku ketika aku jatuh dahulu.” “Manusia itu semua sama. Mereka tidak peduli dan tidak mengerti kehidupan kita. Mereka justru malah mengganggu kita. Berhentilah berpikir bodoh, Ve!” Ve hanya menunduk mendengar ucapan sahabatnya itu. Dia sangat sedih. Kesedihan itu ditambah lagi saat Andi berkata bahwa ia akan pergi jauh dan mungkin tidak akan kembali ke sini. Ve ingin menahannya, tapi tak bisa. Andi tidak mengerti bahasanya.
—-
Tahun demi tahun berlalu. Musim demi musim terlewati. Tetapi padang rumput itu masih sama. Bunga-bunga tumbuh lebih banyak lagi. Pun kupu-kupu yang ada di sana. Hei, masih ingat dengan Ve? Kupu-kupu biru cantik yang jatuh cinta kepada manusia bernama Andi? Ternyata Ve masih setia menunggu Andi. Dia sungguh telah jatuh hati kepada Andi. Dia sudah bertekad. Tidak peduli pada makian teman-temannya. Tidak peduli risiko yang akan dihadapinya.
Suatu sore, saat matahari telah condong ke barat. Seorang laki-laki tampan mendatangi taman bunga di padang itu. Ve mengamatinya. Siapa laki-laki itu? Ve seperti mengenalinya. “Hai kupu-kupu cantik, kaukah itu?” Ve terkejut. Andi! Laki-laki itu tersenyum. “Lama tak bertemu. Kau semakin cantik.” Ve sangat gembira. Laki-laki itu benar Andi. Ve lalu hinggap di tangan Andi. “Aku rindu sekali padamu, Andi.” Andi mengelus sayap Ve. “Aku juga rindu sekali padamu.” Ve sangat senang mendengarnya. Lihat! Andi memahami apa yang dikatakan Ve. Teman-temannya salah menilai Andi. Ve terbang di depan Andi. Andi tertawa.
“Andi!” “Maya!”
Seorang wanita cantik menghampiri Andi. “Bagaimana? Indah, bukan?” Andi tersenyum pada wanita itu. “Luar biasa! Aku menyesal, kenapa tidak dari dulu kau membawaku ke mari!” Andi hanya tertawa. Ve tertegun. Siapa wanita itu? Mengapa Andi membawanya ke mari?
“Ah iya. Ini kupu-kupu yang ku ceritakan padamu. Cantik, bukan?” Andi menunjuk Ve yang kini hinggap di pucuk bunga mawar. “Kamu tidak pernah salah ketika bilang cantik.” Maya menatap kagum pada Ve. “Nah, cantik. Kenalkan, ini Maya, istriku. Kami menikah dua bulan lalu. Tidak kalah cantik denganmu, bukan?” Andi mengedipkan sebelah matanya. “Dia bohong! Kau lebih cantik!” Maya memandang Ve. Tersenyum. “Kalian benar. Manusia tidak mengerti dunia kita. Manusia berbeda dengan kita. Manusia tidak mungkin jatuh cinta pada kupu-kupu.” Ve menangis. Penantian yang sia-sia.
Cerpen Karangan: Istiqomah Blog: https://zizichitrakala.wordpress.com Facebook: Istiqomah Seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang.