“Hore.. Dapat madu banyak..” Wibi melonjak girang sambil memegangi perutnya. Ia baru saja menghisap madu dari bunga matahari di taman milik seorang nenek-nenek. Nenek-nenek itu bernama Tina. Nek Tina senang melihat banyak kupu-kupu cantik yang sering hinggap di bunga matahari miliknya. “Nek, terima kasih ya. Wibi sudah kenyang nih. Ayo teman-teman, kita pulang. Hari sudah sore.” Wibi berterima kasih pada Nek Tina. Lalu pamit pulang. Sekelompok teman Wibi mengikutinya. Nek Tina tersenyum. Lalu, dengan tergopoh-gopoh, Nek Tina menyirami bunga mataharinya oleh air yang ada di dalam teko tanah lihat.
Wibi adalah kupu-kupu penghisap nektar. Ia menyukai nektar madu bunga matahari milik Nek Tina. Hampir setiap hari, Wibi dan kupu-kupu lainnya datang ke taman milik Nek Tina. Taman itu berada di belakang rumah Nek Tina. Nek Tina tidak mempunyai anak. Suami beliau meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Jadi, Nek Tina sering kesepian di rumah. Nek Tina hanya bersahabat dengan kupu-kupu, yaitu Wibi dan teman-temannya.
Keesokan harinya, Wibi datang lagi ke taman Nek Tina. Ia ingin minta izin dulu untuk menghisap nektar bunga Nek Tina. Wibi terbang ke arah rumah Nek Tina. Tepat di ambang pintu, Nek Tina sedang berhadapan oleh 2 orang berbadan besar bermuka menyeramkan. Sepetinya, mereka perampok. Wibi ketakutan sekali. Nek Tina pingsan. Setelah itu, 2 orang berbadan besar masuk ke dalam rumah Nek Tina.
“Wah, gawat. Aku harus memberitahukan hal ini pada teman-teman,” Wibi berbalik arah. Ia menyusun rencana untuk menolong Nek Tina. Ia berkumpul bersama teman-temannya, membisikkan sebuah rencana. Teman-teman Wibi mengangguk. Wibi terbang ke arah kantor polisi di kota Zeiylin. Ia memberitahukan kalau rumah Nek Tina dirampok pada polisi. Sedangkan teman-teman Wibi mengerumuni mata si perampok agar tidak bisa melihat.
“Hei, ini kejadian aneh. Mataku dikerumuni oleh banyak kupu-kupu,” kata salah satu perampok sambil berusaha menyingkirkan banyak kupu-kupu di hadapannya. Sedangkan perampok yang satunya lagi ikut menyingkirkan kupu-kupu yang mengerumuni mata temannya. “Heh, sial. Padahal, berlian milik nenek tua itu hampir berhasil ku dapatkan,” kata perampok itu. Tepat saat itu, Wibi datang bersama 4 orang polisi. Mereka menyergap perampok itu. Dan Nek Tina sudah siuman.
“Nenek tidak apa-apa, kan? Tadi hampir nenek dirampok,” ujar Wibi sambil hinggap di tangan Nek Tina. “Nenek tidak apa-apa Wibi. Kenapa perampokan bisa gagal.. Padahal tadi..” Nek Tina bingung. “Wibilah yang menyelamatkanmu nek,” kata Lilini, teman Wibi. Wibi tersenyum. Lalu menceritakan semuanya. “Terima kasih Wibi. Kau sangat berjasa bagi nenek. Begitu juga dengan temanmu. Sekali lagi terima kasih ya!” Nek Tina terharu. Aih indahnya persahabatan Wibi dengan Nek Tina.
Cerpen Karangan: Farah Aulia Ghufran Facebook: Farah Aulia G