Di sebuah pohon besar, seekor burung penyanyi bersarang. Di bawah pohon itu, seekor induk ayam sedang mengeram. Saat induk burung penyanyi pergi, tanpa sengaja sebutir telurnya jatuh. Wah, jatuhnya tepat di dalam sarang ayam. Telur mungil itu tergeletak di tengah-tengah telur lainnya. Sorenya, induk ayam pulang dari mencari makan. Ia tidak sadar kalau telur-telurnya bertambah satu. Ia mengerami telur itu sampai semuanya menetas.
Ketika memandangi anak-anaknya yang baru menetas, induk ayam bingung. Salah satu anaknya kecil sekali dibandingkan anak-anak lain. Tetapi, ia tetap menyayanginya. Sekelompok anak ayam nakal sering mengejek anak burung itu. Namun, anak burung itu tetap bahagia bersama keluarganya. Induk dan saudara-saudaranya selalu menjaganya. Sang induk ayam juga sering menghiburnya. “Suatu saat, kamu akan dikagumi. Asal kamu tidak menyerah, mencari apa yang paling kamu bisa,” pesannya.
Suatu hari, sekelompok anak ayam nakal mengejarnya. Kebetulan, saudara-saudara si anak burung sedang pergi. Jadi, tidak ada yang menjaganya. Anak burung berlari ketakutan. Karena panik, tanpa sengaja ia mengepakkan sayapnya. Semakin lama, semakin cepat. Tubuhnya lalu mulai terangkat. Semakin lama, semakin tinggi. Anak-anak ayam nakal tidak bisa lagi menjangkaunya. “Wah, kamu hebat. Bisa terbang setinggi itu!” teriak saudara-saudara anak burung yang baru datang.
Anak burung itu kebingungan. Ternyata ia bisa terbang. Ibunya benar. Ia akan dikagumi. Sejak saat itu, anak burung rajin belajar terbang. Jika lelah, ia bertengger di atas pohon. Saat berada di atas pohon, anak burung kadang merasa sepi. Maka, ia pun mulai bernyanyi. Suaranya yang merdu terdengar oleh gadis petani. Gadis itu merasa bahagia dan menebarkan remah-remah roti sebagai hadiah. Anak burung membawa pulang remah-remah roti itu. Ia memakannya bersama induk dan saudara-saudaranya. Bila berlebih, induk ayam akan membagikannya pada ayam-ayam lain. Anak burung kini bahagia. Mesik tubuhnya mungil, ia berhasil menjadi makhluk yang dikagumi. Tidak hanya oleh para ayam, tetapi juga manusia. Karena, ia pandai berny anyi.
The End
Cerpen Karangan: Elsa Puspita Ronald Email: aldi.elsa.96@facebook.com Blog: http//kampungmarinduKM.blog.com Berkarya gogogo, ini cerpenku yang kelima, cerpenku yang pertama adalah “Mimpi Meraih Prestasi”, “Hantu Pohon Beringin”, “Ayunan Ban Mobil”, “Blecky Jatuh Cinta”, dan yang terakhir “Anak Ayam Paling Mungil”.