Pada suatu penampungan, terdapat tiga anak anjing Dalmatian yang berbeda-beda sifat. Satu dari mereka sangat cerdas namun mau untung sendiri, anjing laki-laki bernama Tom. Satu lainnya dari mereka sangat kuat namun egois, anjing laki-laki bernama Bard. Satu lainnya, anjing perempuan yang sangat lembut namun bersuara keras sekali bernama Littly. Walaupun dengan segala kekurangan masing-masing, mereka selalu bersama. Mereka bermain dan mencakar pelan satu sama lain, membagi makanan, dan kadang menyuarakan gonggongan yang mereka pikir indah. Mereka melakukannya bersamaan, dan mereka pikir itu selaras, padahal mereka yang mendengarnya sering menganggap suara gonggongan itu sebagai gangguan. Mereka hidup dalam penampungan dengan segala kecukupan, dan juga perasaan betah. Sampai suatu waktu, mereka mulai berpikir untuk melarikan diri dari penampungan.
“Aku sangat malas tinggal di penampungan. Aku seperti selalu dikekang oleh para manusia!” Keluh Bard, anak anjing paling tua, menggigit tulang kecil pemberian penjaga.
“Tapi kita sudah diberikan cukup makanan oleh mereka. Bagaimana jika, kehidupan kita akan lebih buruk jika kita pergi ke luar sana?” Kata Tom, berpikir lebih rasional. Ia tak terlalu mengenal kehidupan luar, karena ia adalah yang termuda ketika masuk ke dalam penampungan.
“Walaupun begitu, apa kau bisa hidup dengan peraturan dan kandang? Lagipula, kehidupan jalanan sama mengasyikannya bagi seekor anjing.” Kata Bard.
Tom bertanya, “Bagaimana denganmu Littly, apa kau setuju dengan Bard?”
“Aku akan mengikuti setiap keputusan kalian saja,” Kata Litly lembut. Dari mereka bertiga, Litly adalah yang paling jarang mengambil suara, karena ia selalu mengikuti apapun yang disetujui oleh Tom dan Bard.
Setelah perdebatan cukup panjang, yang mana bisa disatukan oleh Litly si anak anjing yang bulunya selembut kapas suci, akhirnya sebuah keputusan pun diambil. Mereka bertiga sepakat, akan kabur dari penampungan malam ini juga. Mereka nerjanji akan saling membahu, Tom yang paling cerdas di antara mereka, yang akan membuat rencananya, Bard yang tenaganya paling bisa diandalkan, dan Litly yang biasanya memiliki pemikiran terbuka untuk menyatukan pendapat mereka.
Malam harinya, mereka memulai perencanaan itu. Selama Tom melihat bagaimana manusia menutup terali-terali kandang dengan pengait, Tom mempelajari cara menggunakannya. Pernah sewaktu-waktu, dengan cakarnya ia memutar pengait, dan kandangnya pun bisa terbuka. Jadi ia tahu betul bagaimana cara keluar dari kandang-kadang itu. Tom membuka pengait, menariknya dan mendorong pintu kandang, dan ia pun keluar dari sana. Ia melakukan hal serupa pada kandang kedua anak anjing lainnya yakni Bard dan Litly.
Mereka pergi dengan tenang dan tanpa suara ketika penjaga tidur, melewati pintu-pintu dan jalan kecil, sampai mereka keluar bangunan penampungan dan sampai di halaman. Tapi tak ada jalan keluar dari sana, kecuali melewati pagar batu pembatas yang hanya bisa dilompati oleh anjing dewasa yang bertubuh besar. Tom mulai berpikir, kemudian ia membuat rencana.
Ia berkata, “Kita tidak bisa melewati pagar ini, kecuali dengan satu cara. Litly akan menaiki tubuh Bard, dan aku akan menaiki tubuh Litly. Kemudian aku akan menarik Litly ke atas.” Kata Tom, seperti biasa mau untung sendiri.
“Tak bisa begitu!” Ujar Bard, “Aku tak ingin menjadi yang paling di bawah di antara kalian berdua!” Ia sangat egois.
“Hei-hei! Tenanglah! Kalian bisa memancing keributan!” Teriak Litly, yang malah paling berisik.
Mereka bertengkar dan terus berteriak, sampai terdengar bunyi uapan ngantuk keras sekali dari penjaga, yang sampai terdengar oleh telinga anjing mereka. Ketiga anak anjing terdiam, dan akhirnya mereka merunduk satu sama lain. Mereka berpikir bagaimana supaya mereka dapat menyatukan ide mereka lagi. Mereka dilanda kebingungan, sampai Litly melihat kumpulan semut yang membawa makanan kecil dan membentuk satu barisan, bekerja sama dalam mengumpulkan makanan.
Ia pun berkata “Maafkan aku, karena ikut berteriak bersama kalian. Seharusnya kita bisa mengikuti semut-semut itu, yang mau bekerja sama untuk satu tujuan, tanpa takut siapa yang dirugikan, karena mereka satu koloni…”
Dan Tom memperhatikan semut itu pula, ia tersadar apa yang dilakukannya salah. Ia pun berkata “Maafkan aku juga, sebagai anak anjing aku ingin untung sendiri. Walaupun aku yang termuda, tapi Litly adalah anak anjing perempuan, jadi ia pantas berada di atas.”
Terakhir, Bard berkata “Maafkan aku juga, aku yang tertua dan terkuat di antara kalian. Seharusnya, aku bisa jadi batu pijakan dan perahu untuk kenyamanan kalian, bukankah itu guna yang paling tua dalam sebuah kawanan?”
“Kau benar! Kita adalah kawanan Bard!” Teriak Litly, kemudian ia tersadar akan kerasnya suara yang dihasilkannya, dan mengecilkan suaranya berkata “Ayo kita panjat tembok ini..”
Tom melanjutkan idenya. Litly menaiki tubuh Tom, Tom menaiki tubuh Bard, dan Bard menahan mereka berdua sebagai batu pijakan. Setelah Litly berhasil melompati pagar batu, Tom melompat dan berdiri di pagar batu. Bard melompat, Tom menangkap dan menarik Bard sekuat tenaga, dan bersamaan mereka terjatuh ke seberang pagar. Mereka akhirnya bisa ke luar, dan itu dilakukan secara bersama-sama, dengan segala toleransi dan juga persahabatan.
Sejak saat itu, mereka selalu menjadi tim yang sangat solid dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing…
Cerpen Karangan: Jaka Ahmad Blog: realmfiksi.blogspot.co.id