Dikisahkan ada seekor kucing bernama Lani, ia tinggal bersama majikannya di daerah perkotaan padat penduduk. Lani kucing yang manja dan disayang oleh Rani sang majikan. Pada suatu hari Rani harus pergi dan meninggalkan Lani. Lani sedang memandang ke luar jendela, kendaraan berjajar jajar, orang orang berlalu lalang mengerjakan pekerjaan masing masing. Disanalah Lani juga melihat kucing seperti dirinya, namun lebih bebas pergi kemanapun yang ia suka dan ia mau. Sejenak Lani berpikir ingin seperti kucing itu, namun lamunanya terbuyarkan atas bayang bayang Rani “Yeah, aku harus tetap disini demi Rani”
Hari demi hari sikap Rani berubah, ia lebih sering ke luar rumah dan mulai mengabaikan Lani. Dan hari itu tiba, disaat Rani membawa Clauni, kucing kecil yang lucu itu untuk tinggal bersama denganya. Perhatian Rani selalu pada Clauni dan itu membuat Lani… IRI. Lani membulatkan tekat untuk pergi dari rumah “Toh, aku pergi atau tidak tak masalah. Sekarang ada Clauni dan aku tak perlu mengkhawatirkan Rani” gumamnya
Kesempatan itu tak disia-siakan Lani, Rani pergi untuk membawa Clauini cek ke Dokter sementara Lani pergi meninggalkan rumah. “Ternyata begini ya rasanya hidup bebas, kalau tau seperti ini rasanya aku akan pergi dari dulu” gumam Lani
Tiba tiba Lani merasa perutnya lapar, ia melihat se ekor kucing kucing mengais sampah untuk mendapat makanan. Di tikungan jalan selanjutnya Lani mempraktekan apa yang telah ia lihat tadi. “Halo manis, sedang apa kau disana?” “Oh, hey. Aku sedang kelaparan dan aku sedang mencari makan” “Kalau begitu pergilah!! Ini daerah kekuasaan kami, kau tidak boleh seenaknya mencari makan disin!!” “Tapi….” “PERGI!!”
Lani berjalan gontai meninggalkan tempat itu, ia tak ingin terlibat dalam semua kegilaan ini. Ia begitu lemas hingga menabrak kucing lain “Oh maafkan aku” “Mari menepi” “Ada apa?” “Kau sudah makan? Apa kau sakit? Dari mana kau berasal?” “Aku memang belum makan, mungkin sedikit lemas dan aku berasal dari rumah sebelah toko roti di seberang jalan” “Ya sudah ini makanlah, tadi aku sudah makan” “Terimakasih”
Lani begitu berterimakasih pada kucing jantan ini, ia begitu baik padanya “Hey tunggu…” “Ada apa? Kau masih kurang sehat?” “Bukan. Siapa namamu?” “Aku tak punya nama, karena aku bukan kucing rumah sepertimu.” “Oh, ayolah apa temanmu tak pernah memanggilmu?” “Aku tak pernah punya teman!!!” “Ayolah jangan tersinggung seperti itu…” “Mau… Jadi temanku?” kata Lani melanjutkan “Kenapa? Maksudku, kenapa kau ingin menjadi temanku?” “Karena aku tak punya teman, dan kau kucing yang baik” “Kau tak tau masa laluku…” “Hey… Biar masa lalumu jadi milikmu dan masa laluku akan menjadi milikku. Sekarang yang terpenting kita harus memulai semua dari awal. Oke!!” “Hmmm…. Baiklah” “Panggil aku Lani dan kau… Blacki” Pertemanan mereka dimulai dari sini dan entah berakhir dimana, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Blacki selalu mengajari Lani tentang segalanya, tentang semua yang harus diketahui untuk hidup di dunia yang luas ini dan tentang semua kemungkinan yang akan terjadi.
Hingga suatu hari… Blacki tak sanggup, tak sanggup… Melakukan ini… Lagi… “Lani… Ini salah” “Maksudmu?” “Ya, ini salah semuanya salah pertemanan kita, dunia ini. Ini semua salah” “BLACKI…!!!” “Kau harus kembali Lani, dunia ini… Semuanya… Ini terlalu sulit untuk kucing cantik sepertimu” “Oh, ayolah. Jangan mulai lagi” “Kau harus kembali Lani” “Tidak, aku tak ingin meninggalkanmu” “Kalau kau tak ingin pulang, aku yang pergi!!” “Yayaya, kali ini aku menyerah. Ok, aku akan pulang” “Kapan?” “Tapi…” “Tapi apa?”
Pagi ini akan menjadi hari yang panjang bagi Blacki “Yeah, Ini demi Lani” tekadnya
“Hey, Balcki… Kita akan kemana?” “Ke tempat yang indah” “Ya aku tau, tapi apa? Air terjun, pegunungan, taman, pantai atau apa?” “Sudahlah, mari kita pergi” Sejujurnya Blacki tak tau harus kemana. Namun ia terus tersnyum, menandakan bahwa semua akan baik baik saja.
Hari mulai petang dan mereka terus berjalan, berjalan dan hanya berjalan. Hingga sesuatu menghentikan mereka. “Blacki… Mungkinkah ini yang kau maksud ‘TEMPAT INDAH’ itu?” Blacki menatap sekeliling, mengedarkan pandangan ke segala arah “ya” jawabnya
“Lani… Kau pulang sekarang?” “Entahlah” “Kau akan pulang esok, malam ini kita akan menginap di sini”
Yeah, besok Lani akan pergi. Pergi dari dunia yang keras ini, kembali pada dunianya, pada… Rani “Semoga Rani… Baik baik saja”
Dan sekarang, telah 7 hari dari kejadian itu… Kejadian yang merenggut nyawa Blacki. Rani sendiri, berjalan tak tentu arah dihantui kata kata terakhir Blacki “Rani pulanglah dunia ini terlalu keras untukmu. Sekarang… Tak ada lagi… Yaaaa…ng menjagamu. Pulanglah!!! Pulanglah!!!”
“Apa salahnya menuruti temanku untuk yang terakhir kalinya”
Di dalam perjalanan pulang ia memikirkan segalanya, memikirkan Blacki Rani dan semua yang telah ia lalui selama ini. “Apa keputusanku waktu itu salah?”
Lani bingung apa yang akan ia lakukan sekarang, berdiri di rumah Rani tanpa tau apa yang akan ia lakukan. Mengintip dari jendela… Ya itu ide yang bagus.
“Tunggu… Di mana Rani? Apa yang terjadi hingga orangtuanya datang ke mari? Ada apa ini? Apa semua baik baik saja?” batin Lani
“Halo manis” “Kau…? Kucing yang itu…” “Memang, dari mana saja kau? Banyak kejadian setelah kepergianmu” “A… apa yang terjadi?” “Majikanmu, Rani… Setelah pulang ke rumah ia sibuk mencarimu, ia pulang membawa boneka persis seperti yang kau suka. Dan setelah tau kau hilang…” “Katakan apa yang sebenarnya terjadi…?” “Ia menyuruh seseorang mencarimu, seharian ia menangis memeluk boneka itu sampai sampai Clauni yang malang tak dihiraukan oleh Rani. Dan esok hari ia mencarimu, memanggil namamu membawa bonekamu dan lonceng kecil kesayanganmu. Lalu…” “Lalu?” “Mungkin ia tampak sedih dan tak menghiraukan apapun… Ia tertabrak mobil saat ia menyeberang” “Kau bohong… PEMBOHONG!!!” “Baiklah coba periksa tong sampah itu” “Tidak dia pasti berbohong, aku yakin itu… Rani katakan dia berbohong”
Deg “Ini tak mungkin…” teriaknya “Ini salahku, semuanya karenaku, andai aku tak egois seperti ini, aku pasti tak kan kehilangan Rani, tak kehilangan Blacki dan semua akan baik baik saja. Aku penjahatnya AKU…!!”
Tiiin…..!! Tiiin….!! Ciiit…!!! BRUAK…!!!!
“Oh… Kucing yang malang….!!!”
Cerpen Karangan: Daffa Zerlina Alda Daffa Zerlina Alda Penulis yang sama dengan akun Daffafa Cuman beda akun ^_^