Dahulu kala, ada seekor burung cendrawasih bernama Angel. Burung yang sangat cantik ini memiliki sahabat, yaitu seekor kelinci bernama Louise. Mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil. Kendati pun begitu, keduanya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Angel dikenal memiliki sikap egois, jahil, dan cuek terhadap sekitarnya. Sedangkan Louise baik hati, lembut dan polos.
Pagi ini, Miss Ruby yang merupakan seekor kangguru, sekaligus wali kelas Angel, masuk ke kelas tanpa terduga. Semua murid yang masih berkeliaran di kelas, langsung lari ke tempat duduk mereka karena menyadari kedatangan kangguru betina itu.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Miss Ruby dengan senyum hangat yang mengembang di wajahnya. “Pagi, Miss!” jawab para siswa bersemangat, kecuali Angel yang hanya mendengus bosan. “Baiklah. Pagi ini, Miss ingin menyampaikan pengumuman penting untuk kalian semua.” Seluruh siswa pun menyiapkan alat pendengaran mereka untuk mendengar pengumuman itu. “Pengumumannya adalah hari Jumat ini, sekolah kita akan mengadakan camping ke hutan Finibus,” ucap Miss Rini kalem. Mendengar berita itu, para siswa melonjak riang saking senangnya. Termasuk Louise yang ikut tertawa bersama Sherry, Mia dan murid perempuan lainnya. “Miss senang kalian girang seperti ini setelah mendengarnya. Jadi, Miss harap semuanya bisa hadir. Untuk perlengakapan, kalian hanya perlu membawa seperlunya saja. Oke?” Ujar Miss Ruby tetap kalem. Hanya saja, senyumannya yang melebar hingga kedua matanya menyipit. Angel yang mendengar semuanya dibalik bukunya, langsung menyeringai misterius di tempat duduknya dan kedua bola matanya berkilat senang. ‘Camping ke Hutan Finibus, eh? Bagus. Dengan begini, aku bisa melakukan rencanaku itu. HAHAHAHA!!’ batin Angel gembira sambil tertawa setan dalam hati.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang sudah hari Jumat. Tapi masih terasa seperti hari Senin. 2 bus sudah terparkir dengan santainya di depan Pecus Junior High School, sekolah tempat di mana Louise dan teman-temannya belajar. Masing-masing bus itu memiliki muatan yang berbeda-beda. Walaupun warna keduanya sama, yaitu biru laut. “Kalian semua! Ayo masuk ke dalam bus sekarang!” perintah pak Toronto, yang merupakan seekor harimau, dengan suaranya yang terdengar tegas. “Baik!” setelah menjawab perintah pak Toronto, semua murid memasuki bus dengan tenang dan teratur. Selesai para siswa, giliran para guru yang masuk ke dalam bus mereka.
Butuh waktu hampir 3 jam untuk sampai ke hutan Finibus. Hal ini disebabkan karena hutan itu terletak jauh di belakang bukit kota dan jalan yang berliku-liku di bukit itu. Setelah sampai di tempat tujuan, semuanya turun dari bus dan langsung berjalan ke tempat perkemahan secara susul-menyusul.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di tempat perkemahan. “Baiklah. Semuanya bentuk barisan sesuai kelas masing-masing!” seru pak Toronto kembali dengan suaranya yang menggelegar. Semua murid pun langsung membentuk barisan mereka. Tidak ada yang berani bersuara karena tidak ingin terkena hukuman pak Toronto yang terkenal tidak ada ampun. Senyum bangga seketika mengembang di wajah sang Kepala Sekolah, Bu Iriana. Semua murid didikannya bisa langsung mengikuti arahan dengan baik. Bukan main senangnya kijang betina itu. “Oke. Dengarkan, anak-anakku sekalian,” ujar Bu Iriana yang langsung mengambil alih. “Kita di sini karena ingin melakukan perjusami. Kalian semua harus bisa bersosialisasi dengan baik antar kelas, walaupun dengan yang tidak kalian kenal. Kalian semua juga harus kompak dalam berbagai situasi. Jangan tinggalkan siapapun di belakang kalian. Mengerti?” ujar Bu Iriana lembut sambil menatap ke seluruh muridnya dengan senyuman. “Mengerti, bu!” balas seluruh murid bersamaan. Selepas acara pembukaan yang singkat itu, para siswa beserta guru pun mendirikan tenda mereka masing-masing.
Langit biru kini telah berubah menjadi hitam. Milyaran bintang sudah menghiasi langit dengan sinar kerlap-kerlip mereka. Sang ratu malam, yakni bulan purnama juga turut memperindah langit malam ini. Setelah selesai acara berkumpul bersama mengelilingi api unggun, semuanya bergegas masuk ke dalam tenda mereka masing-masing untuk tidur. Pengecualian untuk 2 hewan ini. “Kau yakin ini aman?” tanya Louise ragu sambil menatap takut hutan gelap di depannya. “Tentu saja. Aku sudah pernah masuk ke dalam sana dan bisa kembali keluar dengan selamat,” dusta Angel dengan sangat lancar, bahkan sampai tidak terlihat kalau dia sedang berbohong. “Lagipula, tantangannya hanya menyuruhmu untuk mencari bangkai rusa yang telah membusuk di dalam hutan itu lalu memotretnya dengan kameramu sebagai bukti. Tidak sulit, kan?” tambah Angel sambil berkacak pinggang. Louise termangu. Lalu, menghela nafas berat. “Baiklah. Daripada aku harus mendiamkanmu selama sebulan, lebih baik kulakukan saja tantangan ini,” ucap Louise pasrah. Kemudian, kelinci putih itu pun berjalan dengan mantap ke dalam hutan gelap di depannya. Tanpa tahu jika Angel menyeringai melihat kepergiannya. “Dasar bodoh! Mau saja kena tipu! Cobalah bertahan di sana kalau kau bisa! Haha!!” tawa Angel keras. Sayangnya, tidak ada yang mendengar tawa mengerikan yang keluar dari sang cendrawasih.
—
“Di mana ya bangkai rusa itu? Ck, malah gelap banget nih hutan,” decak Louise kesal setengah mati sambil masih fokus dan mengarahkan pandangannya ke depan dipandu kedua kakinya yang berjalan lumayan cepat di hutan terlarang itu. Karena terlalu serius mencari, Louise tidak sadar kalau ada akar pohon yang sangat besar di depannya. Alhasil… Tuukk! Huuaa!! Louise pun tersandung dan jatuh ke dalam jurang yang ternyata terletak tepat di depannya.
—
“Bangun semuanya!! Louise hilang!!” Mendengar teriakan itu, sontak seluruh siswa bangun dan keluar dari tenda mereka. Tidak terkecuali Angel yang keringat dingin dan nafasnya yang tidak beraturan setelah bangun. “Mimpi apa itu tadi? Enggak mungkin kan Louise mati di sana? Lagipula, Louise benci kegelapan. Dia pasti keluar dari sana,” gumam Angel pelan seraya berjalan dengan lesu ke barisan kelasnya. “Perhatian semua! Teman kita bernama Louise hilang pagi ini! Kita tidak boleh membiarkannya! Jadi, ayo semua cari ke berbagai penjuru hutan ini!!” titah Bu Iriana mutlak. Semuanya langsung berpencar setelah mendengar perintah Bu Iriana. “Dan jangan ada yang menginjakkan kaki ke hutan Mortem yang terletak di sebelah utara tempat perkemahan ini! Jika kalian masuk ke dalam sana, kalian tidak akan bisa selamat apapun dan bagaimana pun caranya!” lanjut Bu Iriana. Lalu, Bu Iriana ikut bergabung dengan guru yang lainnya untuk melakukan pencarian. Sedangkan Angel hanya terpaku di tempatnya berdiri. Hatinya terasa tertusuk begitu dalam mendengar kalimat terakhir Kepala Sekolahnya.
—
“Hiks… hiks… tolong…” Kevin, seekor burung elang yang kebetulan terbang melewati jurang hutan Mortem, mendadak berhenti untuk memastikan suara yang dia dengar barusan bukan hanya angin belaka. “Hiks… tolong… siapa… pun itu… hiks… tolong aku…” Kedua bola mata Kevin pun membelalak kaget. Ternyata benar. Itu adalah suara rintihan minta tolong! Kevin langsung terbang ke arah sumber suara. Dan dia pun empati melihat keadaan hewan yang dihampirinya. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Kevin ramah sambil menatap kelinci di hadapannya dengan prihatin. “Hiks… kaki kiriku. Hiks… tidak bisa digerakkan sama sekali…” lirih Louise pelan. Tangisnya mulai mereda, meskipun beberapa air mata masih berhasil lolos dari bola matanya. Pandangan Kevin langsung menuju kaki Louise. Dan sang burung elang itu pun mendesah. “Hah~ pantas saja. Kaki kirimu patah. Harus dibaluri campuran daun kanya dan daun morea agar kakimu cepat sembuh. Aku pun ada obat itu. Apa kau mau kuobati di rumahku?” ucap dan tawar Kevin dengan senyum tipis. Louise terdiam. Lalu menggelengkan kepalanya pelan. “Terima kasih atas tawaranmu. Tapi, aku tidak mau. Aku hanya ingin pulang ke tempat perkemahanku di hutan Finibus,” ucap Louise sambil menatap Kevin dengan pandangan memohon. Kevin pun tersenyum cerah mendengarnya. Lalu, membalikkan dan menundukkan tubuhnya. “Oke! Aku akan mengantarmu pulang kalau kau ingin begitu. Naiklah ke punggungku,” ujar Kevin ceria. Louise dengan bersemangat naik ke atas punggung Kevin. Untung Kevin berjongkok cukup dekat dengannya. Jadi dia dengan mudah naik tanpa kesusahan. Setelah Louise naik, Kevin menegakkan badannya, dan… SYUUT! Terbang ke atas langit dengan secepat kilat.
—
“Louise!!” Angel berlari dengan kencang ke arah Louise dan memeluknya erat karena terlalu khawatir dengan keadaan merpati itu. Louise pun membalas pelukan Angel sama eratnya. Angel dengan sigap terbang ke bagian utara hutan Finibus karena mendengar sesuatu. Dan ternyata, itu adalah suara Louise dan seekor burung elang asing. “Maafkan aku memberikanmu tantangan itu. Maafkan aku telah berbohong kemarin. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” lirih Angel seraya menahan air matanya agar tidak keluar. “Tidak apa-apa. Aku memaafkanmu, kok. Kau adalah sahabat terdekatku, dan aku menaruh kepercayaan penuh padamu. Jadi ayo kita pulang,” gumam Louise menjawab lirihan Angel. Kemudian, kedua hewan berbeda ukuran itu pun pergi ke tempat perkemahan mereka dengan hati riang gembira. Sejak saat itu, sikap Angel pun berubah menjadi baik dan peduli dengan teman-temannya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Windy Kartika Facebook: Windy Kartika Sipayung