Dahulu kala di terumbu karang di dasar laut terdapat sebuah desa yang dihuni oleh berbegai macam binatang laut. Mereka hidup rukun dan damai. Ada paman dan bibi cumi-cumi, pak kepiting, keluarga lumba-lumba, paman kura-kura sang kepala desa, dan berbagai macam ikan. Mereka selalu bergembira. Terkadang mereka mengadakan makan bersama di balai desa. Tapi ada seekor ikan yang selalu menyendiri. Ia terlihat murung dan tidak bahagia, ia juga jarang keluar rumah. Ia adalah Bunbun si ikan buntal. Hal itu disebabkan karena orang-orang selalu menjauhinya. Sebenarnya Bunbun adalah ikan yang baik hati, ramah, dan suka menolong. Semua orang menjauhi Bunbun karena mereka takut bila berada di dekat Bunbun. Mereka khawatir terkena duri Bunbun. Jika Bunbun terkejut atau merasa terancam ia akan menggembungkan badannya dan menegakkan duri-durinya.
Suatu hari, desa diserang oleh sekelompok ikan hiu. Mereka akan menangkap ikan-ikan untuk dimakan. Semua ikan bersembunyi di rumah mereka masing-masing. Tapi ada seekor anak ikan yang tertangkap. “Tolng-tolong! Ibu tolong aku!” Teriak si anak ikan. “Hahaha sepertinya kau ikan yang lezat.” Kata salah seekor ikan hiu. “Tolong anakku! Siapa saja tolong anakku!” Teriak sang ibu anak ikan tersebut
Bunbun yang mendengar suara orang minta tolong langsung keluar dari rumah. Ia melihat si anak ikan yang ditangkap oleh ikan hiu. Bunbun memberanikan diri dan menantang si ikan hiu yang ganas itu. “Hei hiu bodoh, lepaskan dia!” kata Bunbun. Seekor hiu menyerang Bunbun. Seketika itu Bunbun mengembangkan tubuhnya dan menegakkan durinya. Durinya menusuk sirip ikan hiu tersebut. “Serang dia!” perintah sang pimpinan ikan hiu. Semua ikan hiu menyerbu Bunbun dengan ganas. Bunbun tidak merasa gentar sedikitpun. Saat hiu mulai mendekat tiba-tiba ada semburan tinta hitam. “Ah, gelap!” teriak seekor hiu. Ternyata itu semburan tinta dari paman cumi-cumi dan keluarganya. “Ayo serang hiu-hiu itu!” teriak paman cumi-cumi. “Serang!” sahut pak kepiting. Pak kepiting dan teman-temannya menyerang hiu-hiu itu dengan capitnya. Ikan-ikan dan warga desa yang lain juga ikut menyerang hiu-hiu itu. Bunbun juga makin bersemangat.
Tapi tiba-tiba pimpinan hiu menyerang Bunbun. Ia berhasil melahap Bunbun. Di dalam mulut hiu itu Bunbun langsung mengembankan badannya dan duri-durinya lagi. “Ah!” teriak pimpinan hiu itu, ia merasa kesakitan. Ia memuntahkan Bunbun. Mulut hiu itu berlumuran darah. “Ayo kita pergi!” teriak hiu itu. Semua hiu pergi meninggalkan desa. Mereka juga melepaskan anak ikan tadi.
Semua warga desa bersorak ria. Mereka berhasil mengalahkan hiu dengan bekerjasama dan kekompakan mereka. “Hidup Bunbun!” teriak warga desa. Mereka berterimakasih kepada Bunbun karena telah membangkitkan semangat mereka. Ibu dan anak ikan tadi juga berterimakasih kepada Bunbun. Paman kura-kura juga berterimakasih dan memberikan penghargaan kepada Bunbun sebagai pahlawan desa.
Akhirnya Bunbun memiliki banyak teman. Dan warga desa tidak lagi menjauhi Bunbun. Mereka hidup dengan aman dan damai.
Cerpen Karangan: Mukhammad Farchani Facebook: Mukhammad Farchani