Chutty selalu kesal sama majikannya yang masih 7 tahun. Namanya Syadiqa Raudatullah atau Syasya. Chutty adalah kucing peliharaan Syasya yang imut dan gemesin. Pantas saja jika gadis kelas 2 SD ini sangat suka pada Chutty. Dulu awalnya, Chutty (baca-Qyuti) kucing liar. Badannya yang kurus, bulu yang tak terawat, matanya penuh kotoran, dan sangat lapar dan haus. Tapi, ia sekarang sudah sehat, tidak seperti dulu lagi karena Syasya. Chutty awalnya senang, tetapi akhir-akhir ini Chutty selalu kesal pada Syasya. Kalau mau main bersama temannya, Chimut pasti selalu dicegah oleh Syasya. Chimut adalah peliharaan sahabat Syasya, Chica. Ia pernah membuat Chutty hampir terluka. Ia sering mengerjain Chutty. Pantas jika Chutty selalu kesal pada Syasya. Padahal, Bu. Syra (mamanya Syasya) selalu menegur. Begitu juga dengan pak. Soleh (papa Syasya) dan mas Shani (kakaknya). Tapi, Syasya keras kepala.
Pada hari minggu pagi, Syasya berbuat ulah pada Chutty. “Sya, Chutty itu pingin bebas. Bebaskanlah! Papa yakin pasti ia pulang lagi, kok,” nasihat pak. Soleh. “Iya benar tuh, Sya!!” tanggap Shani. “Nggak mau!! Aku sayang sama Chutty!” katanya sambil mengikat leher Chutty dengan tali peliharaan dan membawa jalan-jalan keliling kompleks. Seperti biasa, Syasya tetap ngeyel. Ya… Ayahnya hanya bisa pasrah. “Sayang? Sayang kok begitu?” seru Chutty. Syasya mengira kucingnya hanya ingin mengeong.
Esok paginya Syasya berangkat sekolah. Itu waktu yang bebas bagi Chutty. Setelah agak lama Syasya memang sudah pergi, Chutty pergi ke rumah Chica yang tak jauh dari rumah Syasya. Chutty melihat seekor kucing berbulu oranye dan sangat halus di depan rumah Chica. Itu Chimut! ia sedang disisirin lembut oleh ibunya Chica. “Eh! Chutty,” ucap mama Chica, atau kita panggil bu. Sylva seraya menggendong lembut Chutty, lalu dilepaskan pelan-pelan di samping Chimut. Memang Bu. Sylva pecinta kucing. Bu. Sylva segera masuk ke rumah.
“Hai Chutty! lagi bebas ya…,” celetuk Chimut. “Ya, tentu. Syasya, kan, berangkat sekolah sama Chica,” tanggap Chutty cuek. Mereka bermain bola wol milik Chimut. Kebetulan Chimut punya 5 bola wol bikinan Chica. Ia meminjamkan 1 ke Chutty.
Selesai bermain, mereka istirahat. “Aku tau mengapa sikap Syasya kepadamu itu begitu?” “Kenapa, Chimut?” tanya Chutty. “Ia pingin agar kamu terlindungi-” “Lindungi gimana??!” Serobot Chutty setengah marah dan heran. “Makanya dengerin dulu!!” seru Chimut. “Ia pingin kamu terlindung. Ia nggak mau kamu ke mana-mana tanpa kamu, Chutty. Ia sangat sayang padamu. Jadi, ia menjagamu sangat ketat. Ia sungguh perhatian, Chutty. Ia bersikap suka mengerjainmu karena ia ingin kamu bermain samamu,” tutur Chimut panjang lebar. Chutty terdiam. Ia ingat saat keluarganya ingin liburan keluar kota. Ia tidak mau ikut, jadi Chutty dan Syasya dititip di rumah Chica. Ia ingat saat ia sakit sampai demam, Syasya merawatnya sampai sembuh total. Ia ingat saat ia dimandikan Syasya, ia menang kontes kucing terbersih tahun lalu, ia ingat saat ia buang air di kamar mandi, Syasya yang membersihkan, ia ingat saat Chutty tidak sengaja mencakar tangan Syasya, Syasya tak peduli dengan luka cakarannya yang sampai berdarah. Syasya tidak memberi tahu keluarganya kalau tangannya terluka. Ia ingat semua perhatian Syasya kepadanya. Sangat besar sekali. ‘Kenapa aku baru sadar bahwa kasih sayangnya sangat melimpah’ ucap Chutty dalam hati.
“Chimut, aku pulang dulu, ya…,” pamit Chutty seraya berlari menuju rumah Syasya. “Iya Chutty!!!” teriak Chimut. “Eh, rupanya Chutty dah pulang,” kata bu Sylva saat melihat ke luar rumah. Bu Sylva menyisir Chimut lagi. Sesampai di rumah Syasya, Chutty menunggu Syasya di depan rumah. “Assalamualaikum! Chutty!!!!” seru Syasya saat di rumah. Ia mengangkat Chutty. Chutty menjilati pipi Syasya. ‘Maafkan aku, Syasya. Sungguh besar kasih sayangmu padaku’ gumam Chutty dalam hati. Sejak saat itu, Chutty belajar sabar dan bisa menerima Syasya apa adanya.
Cerpen Karangan: Alyaniza Nur Adelawina Facebook: Alya Aniza maaf kalau juelek bianget