Cerita ini diangkat dari sebuah kisah nyata dari seorang anak yang bernama Savana. Ia adalah seorang anak korban dari perpisahan orangtua. Karena perpisahan kedua orangtuanya ia dan adik perempuannya yang bernama Sasa terpaksa meninggalkan ibunya dan tinggal dengan kakek dan neneknya. Itu semua karena ayah Savana tidak mau memberi nafkah pada Savana dan Sasa jika ia tinggal bersama ibunya. ayah Savana tidak memberi nafkah karena ayah Savana ingin jika kedua anaknya tinggal bersamanya di rumah kakek Savana.
Dengan berat hati ia melangkah pergi menjauh dari rumah ibunya yang begitu ia sayangi. Ia pergi dengan tangisan di dalam hati. Semua kenangan manis tentang keluarganya di masa lalu teringat jelas. Sayangnya semua itu hanya kenangan yang tak dapat diulang kembali.
Tak terasa waktu berlalu dengan cepatnya, ia dan Sasa sudah berada di depan rumah kakek dan nenek dari ayahnya. Perlahan lahan ia dan adiknya Sasa membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah mewah milik kakek dan neneknya. Dulu disana Savana juga ayah mama dan adiknya sering berkunjung saat liburan tiba.
Waktu serasa berlalu dengan begitu lama untuk Savana dan adiknya, mereka melewati setiap detiknya dengan hati gundah dan sedih. Ia dan Sasa sama sama merindukan ibunya. Ia begitu rindu ingin bertemu dengan ibunya seperti dulu tetapi semua harapan itu musnah, ketika Savana mengungkapakan keinginannya itu ke kakeknya. Dan kakeknya menjawab permintaan itu dengan nada tegas dan keras “kamu dan sasa tidak boleh bertemu ibumu.” “mengapa kek? Aku dan sasa sangat merindukan ibu.” “ibumu pasti akan membawa dampak negatif!” “mana mungkin ibuku memberi dampak negatif kek, ia ibu kandungku.” “sudah! Kalau masih mau tinggal disini harus patuh perintahku, kalau tidak mau silahkan pergi dari rumah ini!”
Setelah mendengar jawaban itu Savana lari menuju kamar dengan air mata yang bercucuran dan hati penuh tanya ‘dampak negatif apa yang akan diberikan seorang ibu pada anaknya. Itu semua pasti hanya alasan, tak mungkin ibu yang mengandung dan melahirkanku memberi dampak negatif untukku dan Sasa’ suara hati Savana
Savana dan Sasa dilarang bertemu ibu mereka tanpa alasan yang jelas. Dan lebih sedihnya lagi ayah Savana tidak berani menentang keputusan itu, karena saat itu ayah Savana tidak punya tempat tinggal lain yang layak untuk Savana dan Sasa selain rumah ayahnya itu.
Savana dan Sasa ingin kembali ke ibu mereka perasaan itu tumbuh dalam hati mereka masing masing tetapi perasaan itu kalah dengan ketidakberdayaan mereka. Tak sampai hati Savana dan Sasa jika kembali kepada ibunya karena mereka berdua tau saat mereka kembali pasti akan membuat ibu mereka semakin kesusahan seperti dulu. Dulu Ibu Savana harus bekerja banting tulang dari pagi sampai malam supaya dapat menafkahi kedua anaknya. Itu yang membuat kedua anaknya harus tetap berada di rumah kakeknya.
Tepat seminggu berlalu ayah Savana harus pergi bekerja dan baru akan kembali 1 minggu lagi. Savana dan adiknya mulai diperlakukan buruk oleh kakek dan neneknya. Saat mereka berdua ditinggal pergi ayahnya untuk bekerja. Ia dan Sasa begitu terkejut dengan perlakuan kakek dan neneknya yang berubah drastis, saat ada ayah kakek dan neneknya penuh cinta kasih, tapi saat ayah tidak lagi di rumah kakek dan neneknya bersikap kasar.
Perlakuan kasar dan buruk mereka dapatkan mulai dari diancam dibunuh dikatakan anak monyet dipukul dengan sapu dan pipa itu semua perilaku buruk yang ia dapatkan dari nenek dan kakeknya. Sering kali kakek dan neneknya marah hanya karena masalah masalah kecil. Savana dan adiknya tak pernah mengatakan perlakuan kasar dan buruk itu pada siapapun termasuk ayah dan ibunya. Savana tidak ingin karena mereka keduang orangtuanya bermasalah dengan kakek neneknya.
Suatu hari saat Savana dan adiknya mencuci baju bersama datanglah kakeknya memaki makinya menghinanya memukulnya, hanya karena telah membuat telur mata sapi yang terlalu asin. Savana dan adiknya begitu tertekan dengan perlakuan kakek dan neneknya, yang begitu mudah marah hanya karena masalah kecil. Banyak sekali masalah kecil yang dibesar-besarkan oleh kakek dan neneknya. tak terhitung lagi pukulan dan cacian yang didapatkan Savana dan Sasa.
Tidak disadari perlakuan buruk yang didapatkan dari kakek dan neneknya membuat savana dan adiknya terganggu mental dan psikisnya. Itu semua tak disadari oleh ayah mereka.
Sebaik apapun orang menyimpan keburukannya pasti akan ketahuan juga, itulah pepatah yang tepat untuk kakek dan nenek Savana. Tak sengaja ayah Savana pulang cepat sebelum satu minggu karena ayah Savana saat itu sedang sakit. Tepat saat Savana dan Sasa ditampar oleh neneknya karena telah membuat kopi yang terlalu manis. Ayah Savana datang dan melihat semua perlakuan itu. Ayah Savana tidak menyangka jika kedua orangtuanya memperlakukan anak anaknya dengan kasar. Tanpa berfikir panjang ayah Savana segera membawa pergi kedua anaknya. Ayah Savana tak tau akan membawa savana dan sasa kemana karena ia pun belum punya tujuan selanjutnya.
Saat mobil berhenti di SPBU untuk mengisi bensin, Savana dan Sasa memberanikan diri untuk menceritakan semua perlakuan buruk kakek dan neneknya. Ayahnya menangis karena banyak sekali perlakuan buruk yang didapatkan kedua anaknya, tetapi ia hanya dapat menangis tanpa berbuat apa apa. Ayah Savana memeluk kedua anaknya sambil mengucapkan maaf karena telah lalai sebagai orangtua.
Savana dan Sasa akhirnya tinggal bersama ibu mereka kembali, tetapi kini ibu Savana tidak perlu banting tulang lagi karena semua kebutuhan Savana dan Sasa akan dipenuhi oleh ayahnya. Kini ayahnya tak lagi mendahulukan keinginannya untuk tinggal bersama dengan kedua anaknya, ia menyadari jika ia belum sanggup menyukupi semua kebutuhan hidup kedua anaknya.
Cerpen Karangan: Talya Firsta Blog / Facebook: Thaa Talya Fals Sejedhewe SMPN 1 Puri Kelas Viii-A Talya Firsta Huda Wijaya (28) Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur