Tim ronda dan warga yang bangun dari tidur hendak membantu untuk mengamankan daerah tersebut dari rampok, dibuatnya berdecak kagum, jantung mereka seakan dibuat hampir copot oleh aksi heroik yang dilakukan oleh Ayahku. Setelah itu polisi pun datang dan segera menangkap kedua perampok tersebut, Ayah diminta ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi pada kesokan harinya. Sementara itu pemilik rumah itu turun dan pergi menemui Ayah, mereka sangat berterima kasih kepada Ayah karena Ayah telah menyelamatkan harta dan rumah mereka “Terimakasih Bapak atas bantuan Bapak, Ini ada sedikit oleh-oleh tolong diterima dan dibuka di rumah saja jangan sekarang, bila perlu saya panggilakan taksi untuk mengantarkan Bapak pulang, boleh Saya tahu alamat Bapak di mana ya?” Jawab Ayahku dengan menerima bingkisan dan hati yang sangat gembira “Terimakasih Bapak, Saya tadi hanya kebetulan lewat hendak mencari pekerjaan dan menenangkan hati karena begitu banyak masalah yang Saya hadapi, tidak sengaja tadi saya meliha rumah Bapak dibobol sama maling, jadi saya keceplosan deh melempar batu ke jendela rumah Bapak, rumah saya di desa tetapi sekarang saya sedang bersama keluarga berada di rumah sakit Bugar di Jl. Delima no 10, karena Istri sedang sakit. Bapak namanya siapa ya?” Jawab pemilik rumah itu “Nama saya Robi Sulaiman, Besok Bapak akan Saya jemput sekitar jam 10 pagi, mohon Bapak menunggu di pintu gerbang rumah sakit, Saya bersama Istri akan menggunakan mobil di sebelah kanan Bapak besok. Oh, ya nama Bapak siapa?” Jawab Ayah “Nama Saya Supratman bin Ronie, terimakasih Pak, ini merupakan kewajiban saya sesama manusia kan harus saling tolong menolong kan Pak?” Jawab pemilik rumah itu “Benar Pak Ronie, itu taksinya sudah datang!” Jawab Ayahku dengan membawa bingkisan dan hati yang gembira melambaikan tangan kepada Pak Robi serta meminta agar sepeda tuanya dinaikan di atas atap taksi dan ditali supaya tidak jatuh dan segera membuka pintu taksi “Terimakasih Pak Robi, Terimakasih banyak!”
Sopir taksi bertanya kepada Ayah “Pak alamat yang akan Saya tuju di mana ya?” Jawab Ayahku “Jalan delima no 10 tepat di rumah sakit Bugar” Jawab sopir taksi dengan menyetir “Baik Pak, terimakasih telah memesan layanan kami.”
Setelah sampai Ayah memberikan uang dari dalam dompetnya untungnya uangnya tidak basah “Ini Pak ongkosnya!” Jawab Sopir taksi dengan menggelengkan kepalanya “Tidak perlu repot-repot Bapak sudah dibayar sama teman Bapak tadi!” Jawab Ayah dengan memasukkan uang kembali ke dalam dompetnya “Baik Pak terimakasih!” Sopir taksi itu membuka pintu dan segera melonggarkan ikatan untuk mengikat sepeda tua milik Ayah. “Sampai jumpa Pak!” Jawab Ayah “Terimakasih banyak Bapak mau membawa serta sepeda Saya!” Jawab Sopir taksi dari dalam mobil serta melambaikan tangan dan tersenyum “Sama-sama Pak!”
Ayah segera memakirkan sepedanya dan segera masuk ke rumah sakit untuk pergi menuju tempat Ibu di rawat. Saat Ayah telah sampai ke kamar melati nomor 22 lantai 3 Ayah merasa bingung karena di kamar tidak ada seorangpun yang berada di dalam kamar tersebut “Kemana semua Istri dan Anakku, baru di tinggal 8 jam sudah hilang sekalian tempat tidurnya?” Ayah kebingungan dan segera turun menemui Suster penjaga lobby “Permisi suster pasien di kamar melati nomor 22 lantai 3, sekarang di pindahkan dimana ya?” Jawab Suster jaga “Ya, pasien di kamar melati nomor 22 lantai 3 di pindah di ruang ICU karena pasien sedang dalam keadaan koma, ruang ICU nya berada di lantai 3 tepat pada nomor 10, Pak.” Jawab Ayah dengan wajah sangat cemas dan sedih karen keadaan Ibu saat ini “Terimakasih Suster” Jawab Suster Jaga “Ya Pak, yang sabar ya!”
Ayah segera menaiki elevator dan segera pergi menuju ruang ICU pada lantai 3 nomor kamar 10. Aku melihat Ayah dengan wajah yang pucat dan baju yang setengah kering dan badan yang setengah bengkak serta membawa bingkisan dari pemilik rumah yang dirampok “Ayah….! Ayah….! Ayah dari mana saja, Aku mencemaskan keadaan Ayah.” Ayah menjawab dengan memberikan bingkisan itu kepada Yusuf Anaknya itu “Ini Nak! Ayah tadi bermaksud untuk pergi pulang kembali ke Desa, tetapi saat Ayah sedang melewati perumahan ada 2 orang perampok yang sedang merampok rumah orang kaya yang bernama Pak Robi sekeluarga. Ayah berteriak dengan keras rampok…! Rampok…! dan Ayah melihat ada segerombolan orang yang sedang meronda malam, mereka segera membunyikan kentongan dan memberitau warga yang lain. Pak Robi mengetahui hal tersebut dan segera melaporkan ke pihak yang berwenang. Ayah berpikir cepat di samping Ayah ada batu bata berukurang sedang Ayah langsung melemparkan batu bata itu, tetapi meleset dan mengenai jendela lantai 2 rumah Bapak Robi, setelah beberapa menit polisi datang dan segera menangkap perampok itu, dan Pak Robi segera turun dan menemui Ayah. Ayah hampir saja di sandera dan ditodong pistol, tetapi Ayah berhasil membalikkan serangan dan segera menodongkan pistol itu kembali ke perampok yang menodongkan pistol kepada Ayah. Besok Ayah diminta untuk datang ke kantor polisi untuk menjadi saksi peristiwa tersebut.” Jawab Aku dengan sangat bahagia karena Ayah adalah seorang pahlawan dan melihat isi bingkisan itu serta memeluk Ayah “Ayah hebat, Ayahku seorang pahlawan. Ayah ini isinya 5 batang emas dan uang sebesar 10 juta Ayah!” Ayah menjawab dalam pelukan Yusuf Anaknya “Ini untuk biaya perawatan Ibumu Nak serta untuk kehidupanmu dimasa yang akan datang. Lalu bagaimana keadaan Ibumu Suf?” Jawab Ayahku dengan cemas “Ibu sedang kritis sekarang Ibu koma Yah, itu Suster dan Dokter sedang memeriksa keadaan Ibu dan berusaha untuk menyadarkan Ibu kembali dengan beberapa kali suntikan obat.”
Setelah Dokter Doni dan Suster Rita selesai memeriksa keadaan Ibu mereka keluar dari ruangan dengan sangat cemas dan Dokter Doni berkata “Jika keadaan Ibu Yirum tidak cepat siuman terpaksan janin bayi yang berada di dalam kandungan pasien akan meninggal dengan sendirinya, tetapi kami tidak mengetahui jalan pikiran sang Maha Kuasa, jadi Bapak dan Dek Yusuf harus tetap berharap dan meminta kepada-Nya!” Ayahku sangat kaget dan terpukul setelah apa yang dikatakan oleh Dokter Doni sehingga raut muka Ayah yang semula sukacita menjadi letih lesu dan tidak bersemangat. Ibuku sudah mengandung calon Adikku kelak selama 6 setengah bulan, Aku merasa sedih jika calon Adikku nanti akan meninggalkan Aku serta keluargaku semua.
Keesokan harinya setelah bangun tidur tepat jam 05:00 Ayah langsung bergegas doa pagi dan segera membeli sarapan di kantin rumah sakit untuk Aku dan Ayah. Ayah menceritakan kisah cintanya semenjak lulus SMA, dan akhirnya bertemu dengan pujaan hatinya, belahan jiwanya serta apa yang menjadi hidupnya, Ayah begitu mengasihi Ibu sehingga tidak kuat menahan tangis ketika Ayah melihat Ibu menderita. Pada pukul 09:49 Ayah segera bergegas turun dan sebelum turun Ayah memeluk Ibu yang terbaring di tempat tidur dan Ayah mencium kening Ibu serta berkata dengan meneteskan air matanya “Bu, Ayah berangkat dulu!” Seperti yang biasa Ayah lakukan sebelum berangkat bekerja di sawah.
Ayah segera turun dan menunggu jemputan dari Pak Robi di gerbang rumah sakit Bugar. Setelah 11 menit Ayah menunggu akhirnya mobil Pak Robi datang juga dan Ayah segera menaiki mobilnya dan mengucapkan selamat pagi kepada Pak Robi beserta Istrinya. Ayah dan Pak Robi beserta Istri saling bersendagurau saat di mobil menceritakan masa SMA ternyata mereka pernah bersekolah di SMA yang sama, tetapi berbeda kelas Ayah kelas 11 dan Pak Robi berada di kelas 10.
Sambil menyetir Pak Robi bertanya kepada Ayah “Sekarang Bapak bekerja apa?” Jawab Ayah dengan sedikit malu “Saya hanya seorang petani, lha Bapak?” Jawab Pak Robi sambil menyetir “Saya anggota Interpol yang ditugaskan ke daerah ini kebetulan itu rumah dinas, sebenarnya itu bukan rumah kami sendiri, mungkin Bapak tidak membaca plang atau tanda yang terpasang di belakang pagar rumah itu, Emas dan uang 10 juta itu baru asli milik kami sekeluarga, Saya ada misi penting yaitu membuka kedok penggelapan serta penyuapan dana yang merugikan negara sebesar 10 triliun, bahkan dokumen-dokumen rahasia negara RI akan di jual ke luar negeri untuk mengetahui segala yang tidak mereka ketahui, jika dokumen rahasia itu jatuh ke tangan mereka, Indonesia akan gawat dan menjadi terpecah belah karena berita HOAX yang akan mereka sebar, karena dokumen rahasia itu adalah dokumen-dokumen yang telah disita dari peredaran masyarkat, dan semua dokumen-dokumen itu palsu sehingga kami menyitanya. Tetapi ada pihak yang tidak suka dan ingin menggulingkan kursi kepresidenan sehingga saya bersama kedua teman saya ditugaskan ke daerah ini untuk menyelidiki khasus tersebut, dan kebetulan ini adalah tempat kelahiran saya dan Istri sehingga kami sekalian pulang kampung, begitu Pak ceritanya!” Jawab Ayahku dengan sangat kagum “O, Begitu ya Pak berarti Bapak bukan sembarangan orang, seperti orang biasa atau orang awam.”
Mobil Pak Robi berjalan tidak jauh dari rumah sakit dan menemui lampu merah di pertigaan jalan, tiba-tiba ban depan dan belakang mobil Pak Robi kempes, tetapi untunglah ada tambal ban di sebelah lampu merah. Ayah berkata kepada Pak Robi “Pak Robi saya mohon pamit untuk mengambil sepeda di rumah sakit supaya cepat sampai ke kantor polisi.” Jawab Pak Robi “Baik, Pak Ronie silahkan!”
Ayah kembali ke rumah sakit untunglah jarak lampu merah dengan rumah sakit sangatlah dekat, Ayah segera mengambil sepedanya dan bergegas untuk kembali ke lampu merah tersebut. Saat Ayah telah dekat dengan tambal ban di samping lampu merah Ayah melihat ada seorang bertopeng hendak menembak Pak Robi, Ayah segera mengayuh sepedanya dengan kencang hendak menggagalkan orang bertopeng itu. Dorr…! Dorr…! Untunglah tembakan itu meleset dan mengenai jantung Pak Robi, Orang bertopeng itu langsung lari dan Istri Pak Robi meminta bantuan tukang ojek untuk mengantar Pak Robi ke rumah sakit bugar dekat dengan tambal ban itu sementara Istrinya menjaga mobil yang sedang ditambal bannya itu.
Ayah langsung mengayuh pedal sepedanya dengan sangat kencang dan cepat untuk mendapatkan sang penembak yaitu orang bertopeng. Ayah mengejarnya dan orang bertopeng itu bersembunyi dan melakukan perlawanan dengan menembakkan senjatanya, untunglah tembakan itu meleset dan tidak mengenai Ayahku ataupun orang lain.
Setelah 10 menit Ayah mengejar penjahat itu Ayah tiba pada sebuah lahan kosong di mana penjahat bertopeng tersebut bersembunyi. Ayah segera memakirkan sepedanya dengan sembunyi untunglah Ayah membawa Handphone milik Pak Robi yang dipinjamkan oleh Istri Pak Robi dan Istri Pak Robi telah memberi tahu cara menggunakan dan cara merekam, memotret video ataupun gambar supaya tidak diketahui oleh seseorangpun, karena memang Handphone itu di esain untuk memata-matai seseorang.
Ada sebuah jalan rahasia dan sebuah ruangan bawah tanah, Ayahku mengikuti penjahat bertopeng dari belakang seperti aksi-aksi di televisi, serta mengambil video saat Ayah menemukan jalan tersebut, tidak lupa Ayah memotret tempat atau lokasi persembunyian, jantung Ayah berdegub dengan sangat kencang karena hal ini baru-baru Ayah alami. Ayah mengikuti orang bertopeng tersebut seperti detektif-detektif profesional, setelah Ayah mengetahui spesifikasi tempat tersebut Ayah melihat ke handphone itu dalam mode GPS dan mengirim sinyal kepada kedua teman Pak Robi, dengan segera kedua teman Pak Robi menggerakkan Polisi dan segera datang ke tempat yang Ayah kirimkan melalu sinya GPS.
Beberapa menit kemudian kedua teman Pak Robi datang dan pasukan Polisi, untuk mengetahui di mana markas atau tempat persembunyian rahasia para musuh negara. Ayah menjadi komandan pasukan dalam menjalankan misi ini, Ayah hanya bermodal sepeda tuanya yang diwariskan oleh Kakek buyutnya. Bakat Ayahku dalam bidang intelegent baru terlihat dan sangat cekatan dalam menghadapi halang rintang yang muncul saat penyerbuan di markas persembunyiaan bawah tanah tersebut, walaupun hanya dengan bermodal handphone dan sepeda Ayah sangat pintar dalam menyusun strategi katanya kepadaku “Menyusun strategi seperti halnya menanam padi, jika tidak urut, runtut dan dipikirkan dengan matang maka semua padinya akan gagal dalam pemanenan, seperti itulah menyusun sebuah strategi, strategi harus disusun dengan cepat tetapi sangat tepat sasaran dalam menghadapi sebuah peramasalahan.”
“Angkat tangan…!” Ayah menodongkan handphone milik Pak Robi dan di di sekelilingnya adalah polisi dan kedua temannya menjadi benteng untuk Ayah, tembakan pertama dilayangkan karena ada salah satu musuh yang kabur dan tertangkap, Ayah mengambil semua bukti dan harddisk dalam komputer yang berjumblah 500 GB, serta mempotret dan merekam video maupun suara, sebagai bukti yang kuat dalam persidangan nanti. Ternyata bukan hanya penyuapan pencurian dokumen, penggelapan, Korupsi, pelanggaran IT, dan juga pelanggaran HAM berat seperti mengeksploitasi atau menjual manusia beserta organ-organnya ke luar negeri.
Ayahku sangat berjasa kepada pemerintah Indonesia dan Ayah diangkat sebagai agen mata-mata rahasia, ekspresi Ayah sangat kaget dan bingung saat semua masalah telah terpecahkan. Hanya dengan bermodal Sepeda dan handphone milik Pak Robi masalah yang begitu besarpun dapat ditangani dengan sangat mudah. Akhir cerita Pak Robi sembuh dan menjadi sahabat karib dengan Ayah serta kembali bertugas, dan Ibuku sadar tepat pada bulan yang ke-9 dan calon Adikku lahir, Ayah memberi nama kepada Addiku Yabes Imanuel Hartanto bin Ronie yang berarti Yabes adalah kesengsaraan Imanuel adalah Allah menyertai umatnya serta Hartanto berarti berlimpah harta. Mulai saat itu hidup kami bermula dari rumah yang reot menjadi rumah yang mewah dan Ayah mulai membangun desa tempat Ayah dan Ibu dilahirkan dengan menjadi Pak Kades atau kepala desa, desa yang di bangun Ayah dari kumuh menjadi desa yang sangat maju dalam bidang pertanian, kerajinan, kebudayaan, sosial, dan lain lain. Hidup kami sekeluarga sangat terjamin dan bahagia.
Cerpen Karangan: Antony Victorio Suwondo Facebook: facebook.com/tony.suwondo.3 Nama: Antony Victorio Suwondo Umur: 16 th