“bun aku menang dalam olimpiade kabupaten loh bun, bunda harus lihat ini” dengan penuh semangat dan senyum yang mengembang di pipinya dan menyodorkan piagam ke bundanya. “bunda sibuk kamu keluar dulu ya, ntar bunda lihat” jawab bunda yang sedang sibuk berkas yang Fahri tidak tau berkas apa itu. Dan Fahri langsung berlalu dari hadapan bundanya dengan wajah kecewa. “kenapa sih bunda sibuk dengan pekerjaannya terus, apa bunda udah nggak peduli dengan aku. Ayah kemana?, aku kangen sama ayah. Ayah wajahnya kaya giman ya?” batin lirih Fahri yang sedang memandang langit di balkon rumahnya.
“ciee yang abis menang lomba, congrats ya bro. kenapa wajah lu murung gitu?” tanya seseorang yang langsung menepuk bahu Fahri yang sedang melamun. “thanks ya no, nggak papa kok gua lagi nggak enak badan aja” tersenyum “udah ah jangan murung, lu kan menang lomba seharusnya bahagia, kalo ada apa-apa cerita aja” memberi semangat. “iya pasti”. Dino sahabat Fahri di SMA, baik, bersahabat. Tapi ia belum tahu masalah keluarga Fahri, karena Fahri tertutup. Menurutnya itu urusan keluarganya jadi nggak perlu cerita ke orang lain.
Dan saat pulang sekolah Fahri menyeberang tetapi ia tidak melihat kanan kiri, Fahri memang orangnya ceroboh, jutek tetapi ia sangat pintar. “lu pasti mau modus ya ke gua, jangan deket gua. Segala nolongin lagi” dengan marah-marah membersihkan baju yang kotor kena aspal jalanan “ih apaan sih. Gua mau nolongin lu, kan sesama manusia harus saling tolong menolong” ucap seseorang yang sudah ia kenal. Dia Alisha sekelas dengan Fahri dia baik, murah senyum, suka menolong. “ya deh terserah” Fahri yang langsung pargi meninggalkan Alisha yang belum berdiri abis nolongin Fahri yang hampir tertabrak mobil.
“lu kenapa kok bisa kaya gini ri?, ini juga kaki lu kenapa?” tanya dino dengan wajah khawatir melihat Fahri yang terbaring di rumah sakit. “gua nggak papa kok no, lu nggak usah khawatir. Untuk sementara kaki gua nggak bisa jalan, tapi nggak tau sampai kapan” jawab Fahri tersenyum miris “oiya bunda lu mana?, kok dia nggak kesini?” tanya dino yang dari tadi tadi tidak melihat bundanya Fahri “tau tuh, gua udah kabarin tapi dia katanya ada meeting. Biarin lah mungkin dia lebih sayang sama pekerjaannya dibanding gua, apa gua anak pungut kali ya makanya dia ngga peduli sama gua?” dengan nada kecewa “ih nggak boleh ngomong gitu, dia sayang pastilah, peduli sama lu. Mungkin dia bener-bener sibuk untuk sekarang” menenangkan hati Fahri, dan Fahri hanya mengangguk mengerti.
Saat sekolah istirahat Fahri ingin ke kantin tetapi ia sendiri karena Dino sedang melakukan tugas yang diberikan guru. “ih lu mau modus lagi ya ke gua, jangan deket-deket. Jauh-jauh dari gua” menjauh dari Alisha yang ingin menolong Fahri saat ia ingin terjatuh dari kruk ketiak yang ia pakai untuk menompang badannya. “ih apaan sih lu geer banget, kepedean tau nggak? gua mau nolongin lu juga lu mau jatoh tadi. Sesama manusia harus saling tolong menolong. Udah ah gua mau ke kelas, hati-hati ntar jatoh lagi” Alisha berlalu meninggalkan Fahri yang sendiri di lorong kelas. Dan saat pulang sekolah Alisha melihat Fahri yang susah buat membuka pintu taksi. “lu mau gua bantu nggak, kasihan banget nggak tega gua liat lu kaya gini?” membantu Fahri saat ingin membuka pintu taksinya yang tak bisa membukanya “lu ngga usah sok baik deh” Fahri langsung masuk ke mobil taksi.
“Fahri bunda besok mau pergi ke luar kota kamu jaga diri baik-baik ya, bunda belum pasti kapan balik. Kamu disini ada 2 pembantu yang menjaga kamu” ucap bunda yang sedang sibuk dengan berkasnya. “bunda bisa nggak sih, sehari aja tinggal di rumah sama Fahri. Nggak usah pergi-pergi lagi. Bunda udah nggak peduli sama Fahri, bunda liat kan sekarang Fahri kaya gimana? Fahri udah nggak tau sampai kapan Fahri harus berjalan tanpa benda ini. Fahri udah cape bun dari lahir Fahri jarang liat bunda di rumah, bunda selalu pergi. Fahri pengen bunda disini temenin Fahri, sampai Fahri sembuh lagi. Bunda tau nggak makanan kesukaan Fahri? minuman? Benda kesukaan Fahri? baju kesukaan? gimana Fahri di sekolah? gimana sehari-hari Fahri? bunda nggak tau kan? Dan bunda juga nggak peduli saat Fahri kecelakaan motor? Karena bunda nggak ada buat Fahri saat itu?” Fahri sudah menitihkan air dari pelupuk matanya. “nggak begitu maksud bunda, bunda sayang sama kamu. Makanya bunda harus kerja buat kita agar kamu nggak kesusahan, kepanasan, kehujanan, kedinginan. Bunda lakuin ini semua buat kamu” dengan nada yang terisak menahan air matanyadan memeluk anaknya. “tapi bunda Fahri ngga mau semua itu, kita udah lebih dari cukup bun, Fahri mau bunda selalu di sini buat Fahri” memohon dengan memeluk bundanya erat. “tapi bunda nggak bisa, bunda udah janji dengan klien di sana” ucap bunda yang masih memeluk Fahri. “ya udah terserah bunda” dengan nada sedikit memarah dan lepas memeluk bundanya
“lu kenapa ri keliatan sedih banget? Tanya Alisha yang sedang duduk di samping Fahri. “nggak papa, ngapain lu peduliin gua” dengan nada ketus “ih malah kaya gitu, gua peduli lah. lu kan temen gua, cerita aja ke gua” tersenyum tulus “nggak papa” jawab dengan nada datarnya. “kalo mau cerita ke gua nggak papa kok, menurut orang kalau kita berbagi kesedihan atau masalah akan sedikit berkurang masalahnya. Udah lu ngga usah murung. tapi lu setiap hari selalu murung si?” Alisha tetawa “udah gua ke kelas ya, udah ayo ke kelas waktu istirahat abis, sini gua bantuin” timpal Alisha mengulurkan tangannya untuk membantu Fahri. “ngga usah gua bisa sendiri” berjalan melewati Alisha. “ya udah”.
Saat Fahri lagi mencoba berjalan tanpa memakai alat bantu tiba-tiba ia terjatuh untung saja Alisha menolongnya “lu nggak papa kan? Ucap Alisha yang mengkhawatirkan Fahri dan masih memegang tangan Fahri, membantu Fahri berjalan menuju ruang tunggu rumah sakit “nggak papa, lu ngapain disini? Lu buntutin gua sampe sini ya? Lu mau modus lagi ke gua?” dengan datarnya. “ih apaan si, ngaco lagi dah, gua tuh kesini mau jenguk saudara gua” ucap Alisha. “ya udah gua mau pergi, hati-hati lu. Awas ke jatoh lagi, gua ngga bisa nolongin lu kalo jatoh lagi” dan berlalu meninggalkan Fahri. “terima kasih” batin Fahri.
Setelah kejadian kemari Fahri sudah tidak pernah bertemu dengan Alisha lagi. Entah kemana Alisha sekarang. Katanya wali kelas mereka, Alisha pergi ke luar negeri. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun sampai Fahri lulus dari sekolah SMA nya dan kakinya sudah sembuh seperti sedia kala tetapi Fahri tidak pernah menemukan Alisha. “dia kemana sih?” tanyanya dalam hari yang tengah melihat bintang di balkon rumahnya “gua belom ngucapin terima kasih ke lu, bales semua kebaikan lu, kenapa lu pergi bertahun tahun lis? Gua kangen” tanya lagi dalam hati.
“kamu udah bangun? Alhamdulilllah” ucap bunda yang sudah berdiri di samping ranjang Fahri, karena Fahri kecelakaan saat ingin bertemu Dino yang baru saja pulang dari luar negeri dan juga kepikiran dengan Alisha yang sampai kini hilang entah kemana. Lebih dari sebulan Fahri koma, dan untunglah bundanya ada saat Fahri membutuhkannya saat ini. “bentar ya gua panggil dokter dulu” Dino langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Fahri. Setelah lebih dari seminggu dan Fahri di bolehkan pulang dari rumah sakit.
“Fahri bunda mau ngomong sama kamu?” ucap bunda tegang “ngomong aja bun” balas Fahri dengan nada juteknya. “sebenarnya kamu udah meninggal dari sebulan yang lalu” kata bunda yang menunduk “hah?” ucap Fahri tidak percaya “iya hati kamu udah rusak saat kecelakaan itu, tapi ada orang yang baik hati ingin menolong kamu dengan ikhlas. Kebetulan dia di rawat rumah sakit itu juga” ucap bunda menjelaskan “terus siapa yang donorin hatinya buat aku bun?, Aku mau ngasih ucapan terima kasih dan membalas budi” timpal Fahri. “dia kasih surat ini buat kamu” memberikan surat ke Fahri
Dear Fahri kesayanganku,
Selamat ulang tahun Fahri yang ke 21 tahun ini kado dari aku buat kamu, Pasti sekarang kamu bahagia. Aku juga ikut bahagia kok, aku ingin banget meluk kamu. Menumpahkan rasa rinduku, Ayah udah cerita semuanya tentang kamu, Kalau aku punya kembaran laki-laki, aku seneng banget. Pasti sekarang kamu kaget kan. Sama, awalnya aku juga kaget tapi aku bahagia. Kamu yang selalu jadi motivasi aku saat aku sudah cape dengan penyakitku. Saat kita dipertemukan untuk pertama dan terakhir kalinya, tetapi kamu lagi koma dan aku juga sudah sampai batas akhir ku dan aku kasih yang terpenting dalam hidupku buat kamu, aku ingin kamu ingat aku. Aku merindukanmu. Aku harap kau merindukanku juga… Adik kembarmu, Fanessa
“dia mirip banget sama kamu” dengan tersenyum lirih menitihkan air matanya. “ini nggak mungkin, aku punya kembaran perempuan?” tanyanya. “iya Fahri, bunda belum sempat cerita ke kamu, maaf kan bunda” menyesal dan memeluk Fahri “kenapa bunda baru bilang saat saudaraku sudah tiada” nada terisak “maafkan bunda sayang” yang masih memeluk Fahri “maafkan ayah Fahri sudah memisahkan kamu dan Fanessa” ucap seseorang di depan pintu rumah dan seseorang itu adalah Ayahnya. Mereka membawa satu-satu anaknya saat mereka bercerai hari itu. Fahri menyesal kenapa ia belum sempat melihat adik kembarnya, tetapi tuhan akan selalu memberikan takdir yang terbaik buat hambanya.
“semoga kamu bahagia disana ya Fanessa kakak selalu merindukanmu, dan Alisha kamu kemana aku belum sempat berterima kasih dan meminta maaf atas perbuatan burukku” duduk memandang ke arah langit yang cerah dan berteduh di bawah pohon yang rindang sambil memejamkan mata menikmati udara hangat pagi hari “cie yang udah ngomong aku kamu” tersenyum “aku ada disini kok, kamu sekarang boleh berterima kasih dan meminta maaf kepadaku “ucap seseorang di hadapan Fahri “kamu?”.
*Selalu bersyukur, karena tuhan selalu memberikan kebahagiaan lebih dari apa yang kita inginkan…
Cerpen Karangan: Fitri Dwiyanti Blog / Facebook: Fitri Dwi Yanti