Jam menunjukkan pukul 7 pagi, aku bergegas ke kantor karena takut kesiangan, sarapan yang aku buat sedikitpun nggak sempet aku sentuh. Suamiku yang berdiri di cermin melihatku krasak krusuk “kamu nggak sarapan dulu yank?”. Aku hanya menggelengkan kepala, aku fokus dengan perlengkapan yang hendak aku bawa ke kantor. “aku jalan dulu yank”, sambil bersalaman dengannya.
Aku seorang istri yang sangat beruntung, karena mempunyai seorang suami yang baik, sabar dan penyayang. Dia bekerja di perusahaan swasta, dia seorang marketing, kalau dia ada janji dengan kliennya pagi, ya dia jalan pagi kalau dia janji dengan klientnya siang ya dia jalan siang. Kalau dia harus keluar kota ya dia keluar kota dan kalau dia keluar kota tidak cukup sehari dua hari, bisa saja sampe dua minggu. Apalagi kalau sudah sampe keluar pulau bisa sampai sebulan.
Komitmenku dengan suami, jika sudah sampai rumah kita tidak sibuk dengan handphone masing-masing. Di rumah waktunya untuk keluarga, di kantor waktunya untuk bekerja, so kalau sudah di rumah kemudian handphone mati barulah dicas pagi harinya.
Trilling… trilling… agaknya banyak sekali pesan singkat (sms) yang masuk “waduh, baru buka hp sudah ada 6 pesan aja yang masuk”. Yang pertama dari bos, yang kedua dari teman yang biasa menawari dagangan, yang ketiga dari vendor-vendor yang nanyain tagihan, tapi… “kok, ini ada nomor baru?” pas aku bukan “triana…”, pesan yang sangat singkat, hanya manggil doang? Aku tersenyum sinis “orang iseng”. Aku mulai fokus bekerja.
Tiba-tiba, trilling, trilling, aku lirik hpku yang berada persis di sampingku. Awalnya aku nggak peduli dengan pesan singkat itu, tapi lama kelamaan aku penasaran. Aku buka pesan sms itu “sudah tidak kenal?”. Aku menggerutu “siapa sih orang yang sudah iseng dan berani kirim sms singkat seperti ini?”. aku balas dengan singkat “maaf ini siapa?”. Tidak lama setelah aku membalasnya, trilling… trilling… “aku mantan terindahmu”. Deg, mantan?, aku semakin penasaran “mantanku? Siapa?” … dia membalasnya lagi, “memangnya kamu punya berapa mantan?”. aku berhenti membalasnya, malas rasanya menanggapi sms-sms yang nggak penting seperti itu.
Pagi ini aku ada rapat di kantor, tapi kali ini aku sempatkan untuk sarapan bareng suami. “hari ini kamu mau kemana yank?”, seperti biasanya aku selalu menanyakan hal serupa kepadanya. “aku mau ke kebayoran, janjian dengan klient siang”. “owh, ok, itu artinya kamu sampai rumah nggak sampai malam kan?”. Dia tersenyum “tidak sayang, paling sore aku dah balik”. Aku tersenyum, “okelah aku berangkat dulu, takut bigbos marah, kalau kesiangan”. Aku ambil tasku yang ada di atas meja, aku salaman seperti biasanya.
Trilling, trilling, tepat jam 8 pagi, aku sampai di kantor, aku mulai bekerja, “perasaan tadi handphoneku bergetar?”. “ah, baca sms setelah pekerjaan selesai”. Aku lirik handphone yang saat itu aku taruh di hadapanku. “bukannya ini nomor yang kemarin sms ya?”. Kali ini aku kalah, rasa penasaran ini rupanya lebih besar dari prinsip yang aku pegang. “selamat pagi mantan terindahku”. Sialan… siapa sih yang kirim sms kayak gini, “kamu ini siapa?”. Tidak lama dari aku membalasnya hpku kembali bergetar, “aku iman tri”, deg, aku jadi ingat jaman SMA dulu, iman itu pacar sewaktu aku masih SMA. Dia berkali-kali mengatakan cinta kepadaku, sampai akhirnya tembakan ke tiga aku terima karena kasihan, aku hargai perjuangannya yang pantang menyerah. “owh, kamu, kok tau nomorku?” dengan cepat membalasnya “maaf, aku tau dari tami, tri”. Awalnya aku malas untuk membalasnya, tapi ada pertanyaan yang belum terjawab sampai saat ini. Dia kembali mengirimi sms “triana, kamu sudah menikah?” . aku baca smsnya, kenapa dia menanyakan itu memangnya apa urusannya, “iya, aku sudah nikah”. Dia membalasnya “kamu dengan orang mana?”. Aku sangat malas membalasnya.
“Hari ini aku ke sukabumi, mungkin besok jumat baru pulang”. Aku terdiam, aku tidak nyimak apa yang dikatakan suamiku. Kenapa tiba-tiba iman sms?, “sayang, kamu dengar kan apa yang aku bilang tadi” dia menyium keningku. “hah… iya aku dengar kok”, “ok, kali ini aku yang jalan dulu, kamu jaga diri, besok jumat kita baru ketemu lagi”. Mataku melirik ke arah suamiku yang saat itu berdiri di sampingku, “kamu mau kemana?”, suamiku tersenyum lirih, “sayang, aku mau ke sukabumi, mungkin besok jumat aku baru pulang, kamu jaga diri ya”. Aku menganggukkan kepala, “kamu hati-hati ya”. “iya…” dia kembali mencium keningku.
Aku belum beranjak dari meja makan, aku liat jam tanganku, jam 8 pagi, aku tengok handphoneku yang ada di atas meja makan, aku bergumam “tumben, dia belum sms”. Tidak lama dari itu hpku bergetar, dengan cepatnya aku membuka sms, betul saja dia yang kirim “pagi mantanku yang cantik…” aku tersenyum tersipu malu “eh… kamu man” “pertanyaanku yang kemarin belum kamu jawab?”. Aku coba scroll isi percakapanku dengannya. “owh, itu, ya, aku sama orang jogja”.
Sekitar 5 menit dia membalas smsku “kalau ingat dulu aku sering merasa bersalah”. “bersalah? Untuk apa?”, “kamu mau kan tri memaafkan aku?”. “ya, dari dulu memang aku sudah memaafkan kamu kan?”. “bagaimana kabar istri dan anakmu?”, “begitulah tri, istri dan anakku sehat dan baik”. Hubunganku dengan iman bubar gara-gara widi, dia itu teman satu SMA ku, nggak tau dari mana mereka kenal yang pastinya mereka pernah selingkuh di hadapanku. Dan itu membuat aku masih sakit hati dengan mereka. “padahal dulu kamu tulus ya tri cinta sama aku”, aku tersenyum sinis membaca smsnya. “kan kamu sendiri yang membuat semuanya berubah”, “iya, aku menyesal, aku ninggalin kamu tapi akhirnya aku putus juga dengan widi”. Aku kembali tersenyum sinis membaca smsnya. “padahal saat itu aku sudah mulai suka sama kamu, tapi kamu malah nuduh aku yang selingkuh”, “maafin aku ya tri”.
Trilling… trilling… “…”, apa maksudnya dia kirim pesan hanya titik-titk… “eh, ada mantannya widi”, dia membalas sms ku dengan cepat “kamu lagi ngapain sayang?”. Deg … sayang? Dia nggak lagi salah kirim sms kan?. “sayang?… yang bener sayang?”, dia membalasnya “memangnya nggak bener?, aku seriuslah”. Semenjak iman sering sms, aku jadi sering buka hp, sedikit-sedikit buka hp, perasaanku senang dan deg-degan. Aku lagi nggak CLBK kan sama dia, aku tersenyum setiap kali membaca smsnya.
Pagi ini aku buru-buru ke bank, karena ada beberapa tagihan vendor yang harus aku bayar. Aku buka hp jam 8 pagi tepat, tapi nggak ada sms, setiap menit aku buka hp tetap nggak ada sms dari dia yang masuk. “dia kemana sih, bukannya biasanya jam segini dia kirim sms ya?”. Sepuluh menit kemudian hpku bergetar, “selamat pagi cantik”, aku tersipu malu, kenapa aku jadi deg-degan gini sih. “kangen kamu tri…”. kangen?, “kangen?, gak salah tuh?”. Dia membalasnya “i love you”. Tanganku bergetar membaca sms darinya. Ya ampun, ini aku nggak lagi mimpi kan. Kenapa tiba-tiba aku penasaran dengannya, aku coba buka sosmednya, dia pernah berteman denganku, tapi entah kenapa dia mendelete aku dari pertemanannya dan itu juga aku tidak mengerti sampai saat ini. Sampai pada akhirnya dia menghubungi aku lagi, dengan alasan yang nggak jelas dia bilang i love you. Aku buka semua galeri fotonya, sampai pada akhirnya aku menemukan wajah gadis polos yang cantik dan imut. Aku tersenyum, hatiku bergumam “ini anak kamu man?”, cantik seperti ibunya…
“seandainya waktu bisa diulang, aku tidak akan melakukan hal yang bodoh yang menyebabkan hubungan kita kandas”. Aku baca sms darinya, aku hanya tersenyum. “kamu kenapa?”, “entahlah,”. “kamu lagi ngapain?”, dibalasnya dengan singkat “duduk”, aku membalasnya “kamu marah?” dia menjawab dengan singkat “iya, aku melihat kamu mesra dengan dia”. Aku terdiam dan tidak membalasnya.
Handphoneku berdering… “sayang, kamu lagi ngapain?”, “lagi nonton tv”, “udah mandi kan”, “udah dong”… kali ini suamiku meneleponku, dia bercerita tentang pekerjaanya. Yang harusnya pulang jumat dia undur hari minggu. Katanya klientnya itu susah untuk ditemui, sampai-sampai dia harus menunggu sampai sore. Dia nanya disitu hujan? Aku jawab tidak. Dia melanjutkan ceritanya, tadi disini hujan deras. Beberapa bulan yang lalu aku sempat berantem dengan suamiku gara-gara masalah dia yang harus keluar pulau sampai satu bulan lamanya.
“triana,” widiyanti, seketika aku membalasnya “kamu masih suka sama widi?”, dia dengan cepatnya membalas “tidak”, “aku ingin sama kamu”. “sama aku?” dia membalasnya “kamu tidak ingin?”. “ingin kalau aku masih cinta? Gitu?”… dia membalasnya “tapi kita sudah menemukan masing-masing cinta sejati”. Aku tersenyum membacanya “itu kamu tahu”. Hpku kembali bergetar “tri, kamu tidak mau membagi hati denganku?”. Awalnya aku memang senang dia mengirimi sms setiap jam 8 pagi, walaupun pas jam 12 siang dia tidak lagi membalas smsku atau mengirimi sms. Aku senang dia menaruh perhatian terhadapku lagi, sampai hatiku ini berbunga-bunga dan selalu deg-degan setiap membaca sms darinya. Kalau dia tidak sms aku galau, “iman, aku senang kamu sms, tapi dulu dan sekarang itu kita beda, dulu kita memang pernah pacaran tapi itu hanya status, yang seharusnya sudah tidak ada cerita”, “maaf iman, aku tidak bisa”. Dia meneleponku, dia meminta maaf, dia bilang jangan dianggap serius, itu hanya gurauan belaka… aku hanya tersenyum.
Setelah itu dan tepat di 7 hari terakhir dia menghubungiku, dia memblokir semua kontakku. Dan sosmedku… aku sadar kalau cintaku ini lebih besar untuk suamiku, dengan iman aku hanya dendam, karena dia pernah menyakitiku. Aku selalu melihat wajah gadis yang polos tersenyum ke arahku dan aku selalu mendengar betapa kerja kerasnya suamiku untuk menghidupiku, saat ini aku masih menjadi seorang istri yang beruntung, pada saat suamiku pulang dari luar kota, aku peluk erat dan enggan melepaskannya.
Cerpen Karangan: Triana Novantika Blog / Facebook: Triana Novantika