Dahulu kala tersebutlah seorang gadis berusia 10 tahun, namanya adalah Aifah, ia adalah anak tunggal yang hidup bersama kedua orangtuanya yang merupakan pebisnis yang sukses, sebenarnya kedua orangtua Aifah sangat menyayanginya, namun mereka sendiri juga sibuk dengan urusan pekerjaan mereka. Sehingga mereka jarang punya waktu untuk Aifah, Aifah merasa kedua orangtuanya tidak menyayanginya seperti dulu, Aifah sering merenung, melamun, dan menangis karenanya, ia merasa begitu kesepian tanpa ada mereka…
Suatu hari setelah aifah dimarahi oleh sang ayah karena Aifah mengatakan sesuatu yang membuat sang ayah marah, Aifah mengemas semua barang barang miliknya dan berniat untuk meninggalkan rumahnya yang amat sangat menyimpan berjuta kenangannya yang indah, ia merasa sangat sedih dan kecewa pada orangtuanya yang kasih sayangnya lama kelamaan tak punya waktu untuknya.
Selesai mengemas ia menulis sepucuk surat dengan kertas berwarna pink keemasan berbentuk love, disana tertulis dengan bolpoin bertinta merah yang bertuliskan “Ayah, ibu Aifah minta maaf ya selalu membuat ayah sama ibu marah, selalu mengganggu waktunya selalu merepotkan. Aifah sayang sekali sama ayah ibu, Aifah tahu kalau ayah sama ibu juga sayang banget sama Aifah, tapi ayah sama ibu jarang punya waktu buat Aifah, walaupun menurut ayah sama ibu tetep sama, bagi Aifah kasih sayang ayah dan ibu jadi enggak punya waktu buat Aifah. Aifah sedih banget, Aifah kesepian banget. Tapi sekarang tidak lagi kok yah, bu maafin Aifah ya, selalu ganggu rapatnya ibu dan ayah, selalu ganggu meetingnya ayah ibu. Sekarang Aifah tidak akan mengganggu meeting dan rapat pertemuannya ayah sama ibu lagi kok. Makasih ya yah bu, Aifah sayang banget sama ayah ibu…” Setelah itu Aifah pergi entah kemana. Siang malam terus dilaluinnya tanpa mengenal lelah, ia membayangkan betapa senangnya kedua orangtuanya ketika mengetahui ia tidak akan mengganggu mereka lagi.
Tiba tiba ia sampai di lautan. ia bingung sekali, akhirnya ia beristirahat di sebuah gua dekat pantai tersebut, dan bertekad hidup sendiri dan tinggal disana selamanya, namun hal itu berubah ketika ia sedang bermain di pasir 2 orang tua berambut putih memeluknya dan membuatnya terkejut. Ia yang dulunya berusia 10 tahun, kini usianya sudah mencapai 24 tahun. Ia langsung berdiri dan bertanya baik baik “Kek, nek ada apa?” dengan lembut, kedua orangtua tersebut menangis di bawah Aifah, yang membuat Aifah tidak tega melihat mereka, Aifah pun meminta mereka agar berdiri, si nenek memeluk sambil menangis dan berkata “Aifaah, ini ibumu yang jahat nak, ibu yang kehabisan waktu untukmu naak, terkutuklah ibumu ini paah” ucapnya dengan mulut tuanya yang bergetar, sang ayah ikut meminta maaf. Aifah terkejut dan langsung menghadap ombak pantai yang selama ini ia anggap sebagai ibu, ia menatap ombak yang besar dengan tatapan kosong seakan tak dapat berpikir lagi.
Sang ibu membangunkannya dengan membuat Aifah menatapnya. Namun Aifah hanya diam, dan berkedip sambil berkata “ibu saya adalah dia” sambil menunjuk ombak yang besar, “aku tidak mengenalmu” sambil melepaskan pegangan tangan ibunya, namun Aifah benar benar sudah tidak ingat akan kejadian 12 tahun yang lalu, ia seperti hilang ingatan. Kedua orangtuanya pasrah dan pergi tanpa putrinya yang amat mereka sayangi tersebut, dan Aifah tak ingin mengerti apa yang dulu terjadi, ia bahagia dengan ibu ombaknya…
Cerpen Karangan: Aisyah Clarisa Putri Blog / Facebook: Ig : @aisyahclarissa Hai, aku Aisyah Clarissa Putri, panggil aja icha, usiaku 12 tahun lahir 20 februari 2005… Aku suka nulis cerita, seru banget ya kan? Jangan lupa follow ig ku ya @aisyahclarissa. Ketemu lain waktu yaa