Cuaca langit begitu cerah mentari pagi mulai memancarkan cahaya terangnya yang indah, sampai-sampai cahaya itu menembus ke dalam kaca jendela yang menerangi ruangan kamar yang belum terpancar akan cahaya lampu, ruangan itu terlihat suram karena warna dinding yang sedikit gelap. Di dalam sebuah ruangan itu terdapat seorang gadis remaja berumur 19 tahun, ia masih tertidur pulas di atas ranjang empuk miliknya, selimut tebal masih menutupi tubuh indahnya, guling masih terdekap erat dipelukannya, serta bantal yang selalu setia menopang kepalanya agar membuat tidurnya menjadi nyaman. Tanpa sadar cahaya matahari memancarkan sinarnya kearah kelopak mata gadis itu, membuat ia tiba-tiba menggosok-gosok kedua mata dengan tangannya, dan mulai terbangun dari tempat tidurnya, dia menatap ke arah jam yang sudah menunjukan pukul 05.45 pagi, ia juga melihat ke arah jendela terlihat matahari yang memancarkan sinarnya begitu terang, hingga suara kicauan burung-burung mulai terdengar di telinganya menandakan keramaian pagi hari mulai terasa.
Ia mulai bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian dengan seragam sekolahnya, kemudian ia mulai bersiap-siap merapiakan tubuh indahnya dengan berdiri di depan cermin, sambil membawa sebuah sisir untuk merapiakan rambut panjangnya yang tergurai indah serta rambut hitamnya yang mengkilap memberikan suasana sejuk untuk dipandang. Saat dia di depan cermin terlihat betapa lentiknya bulu mata yang ia miliki, begitu tebal alis yang mempertajam matanya, senyuman manis terpancar dari bibir merah muda dan lesung pipi yang ia perlihatkan pada cermin itu yang akan menarik perhatian, serta kuning langsat kulitnya menambah pesona tubuhnya. Membuat dirinya terkesan seperti wanita yang anggun dan kalem, berkaca di depan cermin untuk mempersiapkan diri sudah ia lakukan, ia bergegas keluar kamar dengan membawa tas hitam bermotif garis putih kesayangannya, tas itu terlihat berat dan terisi barang-barang yang entah apa yang ia bawa.
“Hehehe…..!! seperti tas berisi bom saja, bila nanti kalau tas itu ditaruh di atas kursi yang ia duduki mungkin akan meledak dan membuat keramaian seisi kelasnya, hehehe… sudahlah, lupakan..!”
Dia mulai menuruni anak tangga yang begitu banyak, langkah demi langkahan ia lewati, kaki yang ia langkahkan mulai terasa berat, tanpa disadari dia sudah di dasar anak tangga dan berada di lantai bawah. Di lantai ini ia sudah ditunggu semua keluarganya di meja makan, semua makanan sudah tertata rapi di atas meja makan yang telah disiapkan mama tercintanya, waktunya untuk dia dan keluarganya sarapan pagi mengisi perutnya yang kosong karena sudah terlalu lama terkuras untuk kebutuhan energinya.
Oh…!!! iya hampir lupa gadis yang terlihat anggun dan manis itu bernama Destya Amora Adibah T’sani, sebut saja namanya Tya seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang tergolong mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Dibalik keangguanannya terdapat sifat yang tak terduga dari Tya ini, dia masih seorang pelajar yang duduk di bangku SMA di salah satu sekolah tepatnya di daerah Jakarta timur dia berada di kelas XII IPA 2, sekolah itu lumayan dekat dari tempat tinggalnya.
Tya memiliki seorang ayah bernama Gunawan Anggara Putra yang sering ia sebut “Papa”, papanya bekerja sebagai pengusaha sukses di daerah Bogor, Jawa Barat, papanya memiliki sifat yang penyayang, perhatian, peduli terhadap keluarganya, seorang ayah yang bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Tya memiliki ibu bernama Fairuz Hasna Ilmadiningrat, dia adalah ibu kesayangannya yang selalu ia teladani dan selalu mendengarkan nasihat yang sering ia lantunkan kepada Tya, Tya sering memanggil ibunya dengan sebutan “Mama”. Sosok mama inilah yang membuat Tya menjadi gadis yang mandiri, mamanya bukan seorang pekerja kantoran, ia lebih memilih sebagai ibu rumah tangga yang selalu merawat dan melayani suami dan anaknya dengan penuh kasih sayang. Tya adalah anak terakhir dari 3 bersaudara, ada satu kakak perempuan yang bernama Chalista Dewi Anggraini sesosok kakak yang baik hati, dan perhatian kepada adik-adiknya, serta dapat menjadi kakak yang dapat dipercaya untuk menampung segala keluh kesah adik-adiknya, Chalista sudah menempuh pendidikan perguruan tinggi di Universitas Indonesia (UI), ia memilih jurusan ekonomi bisnis disana. Tya juga memiliki kakak laki-laki yang bernama Arkha Dewa Mahesa seorang kakak laki-laki yang ber-kepribadian humoris yang tinggi, jika pertama kali bertemu Arkha kalian akan menjadi orang yang “SKSD”, “Pasti.!! paham dong apa itu SKSD kepanjangan dari Sok Kenal Sok Deket, iyah.. kan!!, karena sifat Arkha yang humoris membuat ia orang yang mudah bergaul dengan semua orang di sekitarnya, meskipun tergolong orang humoris Arkha adalah laki-laki tangguh dan pemberani yang selalu membela keluarganya, tubuh tinggi dan besar membuat orang ketakutan jika dia tidak terima dengan seusatu hal yang membuatnya marah. Di balik kemarahannya dia seorang laki-laki yang penyayang dan perhatian akan keluarga dan orang yang dia sayangi.
Tya dan keluarganya masih menikmati hidangan yang lezat itu, jarum jam menunjukan pukul 06.15. Papa Tya mulai berkata “Ayo!! cepat sedikit makannya anak-anak?” sambil berdiri mendorong kursi kebelakang dan mengambil tas kerjanya. “iya… pa ini loh udah mau habis..!” ujar Tya dan kakanya sambil memakan makanannya yang tersisa. “iyah.. tapi buruan udah jam berapa ini nanti telat loh anakku?” “kan kalau telat itu udah takdir pa namanaya?” ucap kak Arkha. “ya allah kamu ini anaknya siapa sih coba?” jawab papa sambil menghela nafas dan menegelus dada. “ya anaknya papa lah masa anaknya tetangga papa?” ujar arkha sambil memikirkan jawaban papanya. “oh… iya papa lupa hehehe…, tapi mungkin sih arkha kamu anaknya tetangga papa, hahaha…!” dengan berusaha menahan tawa. “ya allah papa kok jahat yah!” arkha menoleh ke arah papa dengan tatapan tajam. Arkha menunjukan wajah kesalnya, lalu tertawa hingga Tya, kak Lista dan mamanya juga ikut tertawa bersama papa dan kak Arkha.
Tanpa sadar hidangan yang dimakan Tya, kak Lista, dan kak Arkha sudah habis mereka semua mulai membawa tasnya dan mengangkat tangan mama dan papanya lalu mencium tangannya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, mengharap doa restu untuknya belajar menuntut ilmu.
Kak Lista dan kak Arkha sudah berangkat duluan membawa sepeda motor miliknya masing-masing. “aku berangkat duluan ya pa, ma, tya adikku?” ujar kak Lista dan Arkha sambil berteriak. “iya kak hati-hati!” “Assalamualaikum?” ucap kak lista dan arkha dengan berjalan menuju pintu untuk keluar. “waalaikumsalam…!”. Dan Tya lebih memilih untuk jalan kaki daripada menaiki sepeda motor, tya mulai membuka pintu dan mengucapkan salam “assalamualaikum, ma.., pa..! Tya berangkat dulu yah?” Ta menuju kearah pintu. “waalaikumsalam Tya, hati-hati ya nak di jalan..!”. jawab mama dan papa sambil menoleh ke arah Tya. “iya ma.. pa.. sampai jumpa” sambil berteriak gembira dan mulai menarik pintu untuk menutupnya.
Tya mulai berjalan menjauhi rumahnya, kedua kaki kecilnya mulai melangkah menyusuri jalan setapak, sambil menikmati sinar mentari pagi yang cerah dan hembusan angin yang begitu sejuk menyegarkan tubuh indahnya. Tya berjalan dengan penuh semangat dan percaya diri, walaupun sinar matahari mulai terasa semakin terik hingga menyengat di kulitnya, bukan menjadi penghalang untuknya menimba ilmu. Butir-butir keringat mulai menetes di dahinya, kerongkongannya mulai terasa kering dan haus, Tya mengambil sebotol air mineral dari tas yang dibawanya dari rumah, kemudian ia minum dengan penuh kenikmatan untuk melegakan dahaganya yang sempat terhambat.
Langkah kakinya mulai melambat dan kakinya mulai terasa berat, perjalanan singkat ini terasa melelahkan baginya, lelah yang dirasakan ia lewati begitu saja. Tanpa sadar Tya sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Tya mulai menghela nafasnya yang keluar secara perlahan dari mulutnya “Huuufff…” “akhirnya sampai juga”. bicara di dalam hati.
Tya mulai berjalan ke arah kelasnya, dia harus melewati anak tangga untuk sampai disana, Tya tiba di kelasnya, saat ia akan duduk di bangkunya, beberapa teman Tya menyapa dan ingin mengajak bicara. “Haaii.! Tya…?” teman-teman Tya memnggil secara serentak. “Haii..! Guys…” menoleh ke arah temannya dan berteriak riang gembira. “Yuk kita ngobrol bareng?”. “Iya.. gue mau taruh tas dulu, sebentar yah guys?”. “Iya kita tunggu”.
Tiba-tiba terdengar suara “Gedebruuk…” “Suara apa itu?”. Teman-teman yang menunggu Tya, mencari sumber bunyi itu. “Hehehe…” tiba-tiba menoleh ke arah temannya dan tertawa malu. “Itu tadi suara tasku yang gue taruh di kursi?” “Ya allah Tya itu tas apa tas kok keliatannya berat banget sampe-sampe ada bunyi lagi, kalo ditaruh di kursi” sahut marcel salah satu teman Tya. “Ya tas lah marcel, kamu kira apa coba?”. Pandangan menuju kearah marcel “Ya aku kira kamu bawa Bom, ya masa bunyi tasnya kayak bom meledak bikin orang kaget aja kamu ini?” “Hah..! masa aku bawa bom..! ya nggak mungkin lah!, kalo aku bawa bom di tasku yah udah pada mati kalian semua” “Ga apa-apa lah tasku berat kan aku anaknya rajin ngga kayak kalian malaass..?” sambil tertawa lepas ke arah temannya “eeehh..! ya enggak gitu juga lah gini-gini kita rajin loh meski ga bawa bom kayak kamu hehehe…” “huuuhh..! sebel dehh, yah udahlah terserah kalian semua yang penting gue happy, weeekkk…!” mengeluarkan lidahnya sebagian kemudian tertawa terbahak-bahak bersama temannya.
Tya mulai menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu dari tadi, Tya duduk diatas meja dengan kaki di atas kursi dan mulai mengobrol bersama marcel serta teman yang lain, menurut kita Tya seharusnya tidak boleh melakukan hal itu karena hal tersebut tidak sopan dan tidak baik dicontoh, tetapi Tya melakukan hal itu saat berkumpul bersama temannya saja sedangkan saat ada guru Tya akan setia mendengarkan dan memahami apa maksud materi yang dijelaskan gurunya. Ternyata teman Tya dominan adalah anak laki-laki tetapi masih ada perempuannya ia tidak merasa malu akan hal itu, karena Tya adalah tipe cewek yang sedikit tomboy dan suka berteman dengan siapapun meski itu laki-laki , menurut Tya semua teman itu sama saja, ia tidak pernah memilih teman dari statusnya atau anak itu baik atau jahat kepadanya, Tya adalah wanita baik hati yang selalu membantu temannya yang sedang kesulitan.
Tya orang yang sangat disiplin dan aktif dia tak takut akan hal apapun yang menurutnya itu benar yang juga akan berdampak positif untuk dirinya dan teman-temannya. Dia orang yang selalu berani memberikan pendapat kepada gurunya, saat pembahasan tentang materi yang sedang dijelaskan oleh gurunya, Tya seorang murid yang selalu memiliki segudang pertanyaan yang selalu ditanyakan pada guru mata pelajaran yang sedang ia pelajari. Dia menjadi anak yang cerdas, pintar, dan menjadi teladan untuk teman-temannya yang lain. Menjadi seorang yang dipercaya adalah sebuah kebanggaan untuk Tya, Tya selalu mengajarkan sebagian kebaikan kepada temannya entah itu akan mengubah atau tetap saja yang terpenting terus berusaha.
Teman Tya suka sekali dengannya tetapi kita tidak tahu lagi jika luarnya baik tetapi dalamnya busuk, yah wajar saja sifat masing-masing orang kan berbeda jadi kita harus terus bersabar, hal ini tidak menghalangi Tya untuk terus mencoba membangkitkan jiwa kebaikan dan kepercayaan diri semua teman-temannya.
Tya selalu berkata “Janganlah kamu menyerah sebelum kamu bertindak, karena saat kamu mencobanya rasa untuk merasakan kembali akan muncul kedalam dirimu tanpa sadar, membuat kamu melakukannya lagi dan lagi tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun”. Perkataan ini yang selalu ia haturkan kepada teman-temannya yang kurang percaya diri untuk menghadapi suatu persoalan yang seharusnya diselesaikan tanpa ada rasa keraguan. Jika keraguan itu tidak tertanam dalam diri seseorang lagi maka ia akan lebih semangat untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa akan membuat kesalahan lagi.
Saat Tya dan temannya sedang asik mengobrol, tiba-tiba bel masuk sekolah mulai berbunyi Kriing… Kriing… Kriing…! Tya dan temannya mulai duduk di bangku mereka masing-masing. “aku tinggal dulu ya guys nanti kita bicara lagi” berdiri dan bicara sambil berjalan. “okeh Tya”. Jawab serentak sambil satu persatu anak mulai menuju bangku mereka masing-masing.
Jarum jam menunjukkan pukul 07.15 pagi guru-guru sudah mulai berdatangan ke kelas-kelas tetapi pembelajaran masih belum di mulai. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 pagi, semua guru mulai mengawali dengan ucapan “Assalamualaikum wr.wb”. “Waalaikumsalam wr.wb”. Sahut anak-anak dengan suara lantang. Proses belajar mengajar mulai diikuti Tya dan kawan-kawannya dengan penuh semangat dan penuh rasa penasaran untuk lebih mengetahui banyak hal baru. Mereka mengikuti berbagai kegiatan di sekolahnya sampai-sampai tubuh Tya mulai terasa lelah. Jam terus berputar, tanpa sadar jam sudah menunjukan pukul 17.20 sore. Bel pulang mulai berbunyi
Kriing… Kriing… Kriing…!. Waktu pembelajaran sudah berakhir sampai jumpa di lain hari. Guru mata pelajaran terakhir mengucap salam kepada anak-anak didiknya dengan penuh kelembutan. “ibu akhiri assalamualaikum wr.wb, sampai jumpa di hari Senin ya anak-anak, kita lanjut materi hari Senin. “waalaikumsalam wr.wb, terima kasih ya bu atas penjelasannya tadi?”. Sahut Tya dan kawan-kawan dengan serentak. “sama-sama anak-anakku, bu Farah juga terimakasih atas perhatian kalian semua dan maaf jika ada salah kata dan materi yang belum kalian pahami”. “iya.. bu tidak apa-apa”.
Sebelum pulang semua siswa berdoa bersama-sama agar selamat sampai tujuan. Kemudian satu persatu siswa maju ke depan dan bersalaman dengan bu Farah kemudian keluar dari kelas. Setelah Tya bersalaman dengan bu Farah, dia langsung cepat-cepat keluar dari gerbang sekolah dan menuju ke jalan pulang.
Tubuh indah Tya mulai terlihat sangat lelah saat ia mulai berjalan ke arah pulang. Mata Tya terlihat seperti orang mengantuk, pikiran Tya mulai kelelahan setelah terkuras selama 1 minggu ini. Untung saja besok hari Minggu waktunya Tya mengistirahatkan pikirannya sejenak, untuk mengembalikan kondisinya semula.
Tya masih berjalan membawa tas beratnya itu sambil melihat kondisi di sekitarnya. Kaki yang menapak pada jalan setapak mulai terasa lambat ia langkahkan. Pundak kanan dan kirinya mulai membungkuk karena menopang tas beratnya itu. Perut yang semula terisi tiba-tiba mulai kosong dan berbunyi Grruukk…
Cerpen Karangan: Monica Dewi Sartika