Tokoh utama bermonolog…!. Matahari senja mulai meninggalkan sorenya yang indah, saat aku berjalan menyusuri jalan menuju rumah kulihat orang-orang mulai memasuki ruangan rumah mereka masing-masing, tanpa sadar aku sampai di depan rumah, kubuka pintu rumahku sambil kuucapkan salam dan bersalaman ke mama “assalamualaikum” kulihat mamaku yang setia menungguku pulang berada di ruang tamu kemudian menghampiriku dan memelukku dengan erat dan menjawab salamku “waalaikumsalam Tya” sambil mengangkat tangannya bersalaman denganku, “kok lama pulangnya Nak..kenapa” menatap mata Tya dengan penuh pertanyaan. “ini loh ma tadi itu seharusnya aku pulang jam 16.15, tapi karena tadi ada kegiatan di sekolah yang harus dihadiri oleh semua siswa, jadi semua waktunya diundur 1,5 jam lebih lama, ya mau enggak mau harus mau dan pulangnya sore jam 17.20 capek lagi” berbicara di depan mamanya dengan wajah yang sedikit suram karena kelelahan. “hmm..kasihan sekali anak mama..! ya udah sana bersih-bersih diri dulu, ganti baju, terus makan, lalu sholat magrib habis ini, nanti kamu sholat sendiri ya Tya mama lagi ada halangan jadi enggak bisa sholat berjamaah?” “ohh…! iya ma enggak apa-apa kok, ohh..! iya ma, yang lain mana ma kok sepi di rumah?”. Melihat ke sekitar rumah. “yang lain belum pada pulang, papa masih kerja, kak Lista dan kak Arkha masih di kampus masih ada tugas yang harus dikerjakan bersama temannya”. “ohh gitu mangkannya sepi ini rumah ma!, ya udah Tya mau keatas dulu ma nanti kebawah lagi mau makan?”. Mulai berjalan menaiki tangga. “Tya… Tya.. tunggu mama Nak, mama mau bilang, nanti kalau mau makan? makanannya udah mama siapin di meja makan, mama enggak bisa nemenin Tya makan yah soalnya mama capek mau istirahat dulu!”. Memanggil Tya dengan berteriak ke arahnya. “okeh..! makasih udah disiapin ma, “hmm.. iya.. ma enggak apa-apa kok silahkan mamaku tercinta istirahatlah”. Mulai memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arah bawah mendengarkan mamanya.
Mamaku mulai memasuki kamarnya dan beristirahat sejenak, ku mulai melangkahkan kembali kakiku hingga aku tiba di kamar. Aku mulai membersihkan badanku dengan mandi dengan sabun wangi kesukaanku, lalu aku mulai berganti pakaian dengan mengenakan baju piama(baju tidur) milikku. Kemudian turunlah aku kebawah untuk makan setelah perutku sudah terkuras karena mengisi tenagaku untuk aktifitas hari ini.
Saat aku makan dengan suapan terakhir tiba-tiba suara adzan magrib mulai terdengar di gendang telinga ini, diriku diam sejenak mendengarkan suara adzan yang bekumandang ku cepat-cepat membereskan piring bekas makan dan mencucinya. Ku pergi ke kamar mandi dan kuhidupkan kran air, kuambil air wudhu untuk menyucikan tubuhku, kulanjutkan dengan beribadah sholat magrib sendiran di kamarku.
Sholat magrib sudah aku lakukan, sekilas kudengar suara klakson mobil yang berbunyi, ternyata itu mobil papa. Papa sudah pulang dari kerjanya dan bebarengan dengan itu kak Lista serta kak Arkha juga mulai datang dari kampus menuju ke rumah, aku terdiam di dalam kamar dengan tatapan kosong, dan menghiraukan kedatangan mereka semua.
Suasana sore hari mulai pudar berganti menjadi gelapnya malam, lampu-lampu di setiap tempat mulai menyala menggantikan cerahnya matahari, yang terang di kegelapan malam. Suasana hening mulai muncul menghiasi kesepian malam, yang selalu datang hanya untuk menyapa kegelapan.
Raga ini yang mendekap di dalam kamar membuat pikiranku bosan, entah apa yang akan kulakukan, aku hanya bisa menatap cahaya lampu yang menyinari kamar ini, dinding-dinding yang dihiasi foto-foto kenangan yang sangat berkesan bagi hidupku, ranjang empuk yang selalu setia menemani istirahatku setelah badan ini dipaksa bekerja keras demi mencapai cita-cita, suara detakan jarum jam mulai terdengar di gendang telingaku, menandakan kesepian malam mulai terasa. Kulihat hembusan angin membuat gorden ikut terbang menari-nari mengikuti angin, ku berniat menghampiri jendela untuk menutupnya, kuturunkan kakiku dari kasur empukku yang menyentuh dinginnya lantai, dan 3 langkahan kaki yang mulai berjalan perlahan hingga diriku tiba di depan jendela. Tiba-tiba tiupan angin begitu kencang menampar keras wajahku dan menghempas rambut panjangku, hingga angin mendinginkan setiap lamunan yang mengharap dekapan dalam bayang-bayang kerinduan.
Flashback on…!
Saat mataku menatap langit luas, terpancar akan cahaya bulan yang sedang sendiri ditemani bintang-bintang yang berhamburan berkelap-kelip di luas gelapnya langit. Kuingat sesuatu hal yang tak kulupakan, bayang-bayang menyedihkan itu muncul kedalam diriku dengan berbagai kisah kehidupan yang penuh harapan.
Kuingat saat diriku terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit, rasa sakit mulai terasa di seluruh tubuhku terutama bagian perutku, pikiranku hanya terisi dengan kata-kata “Aduuuhh..! sakit sekali, kenapa aku ini, penyakit apa yang aku derita”. Kedua tangan memegang bagian perut dan berguling-guling. “sabar ya Nak” ujar mama pada Tya, mama terdiam dan berdoa meminta pertolongan kepada Allah swt. Para dokter mulai berdatangan mengerumuni tempat tidur rumah sakit yang kutempati, salah satu dokter mengecek keadaanku sepenuhnya, dokter berkata “apa yang sakit?, sebelah mana?, apakah terasa sakit sekali?” tanya dokter itu. “perutku dok, seluruhnya terutama bagian kiri perutku, sangat-sangat sakit dan tak tekendali” jawabku dengan suara lirih.
Ringikanku mulai muncul saat rasa sakit ini tiba, dokter tak pikir panjang ia memutuskan agar aku secepatnya ditangani, kasurku berjalan roda mulai berputar-putar, para perawat mulai mendorong kasurku membawaku memasuki ruangan yang penuh dengan harapan dengan alat-alat operasi yang memenuhi ruangan itu.
Entah kenapa di pikiranku hanya ada kata “AKU INGIN SEMBUH”. Aku tak takut akan operasi dan alat-alatnya yang sangat mengerikan itu. Para dokter dan perawat mulai datang ke ruangan operasi menyiapkan semua kebutuhan untuk mengoperasiku, dokter bilang padaku “Jangan takut dan banyak-banyaklah berdoa Tya”. Berbicara sambil mengenakan sarung tangan. “Iyaa dok, memang banyak-banyak berdoa agar operasi berjalan lancar ammiinn…!” jawabku di dalam hati. Dalam hatiku aku juga berkata “Cepat dong dok perut ini sudah terpontang-panting tak terkendali, sakiitt sekali ini loh..!”
Baju operasi berwarna putih sudah kukenakan, bulatan saluran detak jantung menempel sudah di seluruh dadaku, saluran tabung oksigen sudah terpasang erat di hidungku, saluran infus mulai tertancap di tanganku. Obat bius mulai masuk mempengaruhi seluruh tubuhku, membuat tubuh ini lelah dan mata ini terpejam tanpa sadar, operasi mulai berjalan.
Selang 8 jam berlalu operasi sudah berakhir mataku masih terpejam dengan sangat lelap, menikmati mimpi-mimpi baruku, hingga akupun tak terasa opersi telah usai, ku meringik memanggil “papa” dengan suara lirihku berulang-ulang kali ku sebut nama itu, mengapa aku tidak memanggil “mama” karena aku tahu perasaan mama saat melihat kondisiku begini, mama tidak tega melihatku seperti itu, saat kusebut nama papa berulangkali dan akhirnya papaku datang menghampiriku untuk menenangkanku dan memberi semangat. Dokter tiba-tiba datang menghampiriku dan mengabarkan agar aku dipindahkan di ruangan pasien, para perawat datang dan mulai mendorong kasurku, tubuhku masih terasa sangat lelah, mataku sulit terbuka inginku terus terlelap saja. Saat mataku terbuka sesaat, aku melihat semua keluargaku setia menunggu operasiku usai, mereka mengikuti aku menuju ruanganku. Saat diriku terbangun dari tidur lelapku, kubuka mataku melihat kondisi di sekitarku, kulihat mentari pagi mulai bersinar menembus jendela kaca yang begitu cerah. Dinding-dinding ruangan yang dipenuhi cat berwarna hijau menghidupkan suasana di ruangan itu, kulihat saluran infus masih terpasang kuat di tangan manisku. Sampai kulihat mamaku yang berada di sampingku dan setia menungguku terbangun dari tidur lelapku, mamaku berkata “gimana rasanya sekarang Tya apakah masih terasa sakit..?”. “tidak terlalu sakit Ma… agak mendingan”. Jawabku dengan nada lirih.
Kulihat jam menunjukan pukul 08.15 pagi, derap langkah kaki mulai kudengar sampai kulihat perawat datang ke ruanganku membawa keranjang kecil berisi obat-obat cair. Perawat berkata kepadaku “Dek dimasukkin dulu obat antibiotiknya ya agar menghilangkan rasa sakitnya?”. Jawabku “iya Kak”.
Tanganku mulai diangkat oleh perawat itu, obat antibiotiknya mulai memasuki tubuhku melalui saluran infus yang terpasang kuat di tanganku, terasa sakit sekali saat cairan itu masuk secara terpaksa kedalam nadiku. Aku hanya bisa meringik kesakitan dan mamaku mendekat dan memelukku menenangkanku saat itu, dalam hati ini air mata mulai deras merasakan kasih sayang seorang ibu yang begitu tulus kepada anaknya.
Jam menunjukkan pukul 19.35 malam, seluruh keluarag kecilku mulai datang menjenguk dan menemaniku di ruangan kosong itu. Meraka semua menghiburku agar aku tidak jenuh dan bosan di tempat itu, segala cara keluargaku lakukan untuk membuatku tersenyum.
Tak terasa keheningan malam mulai terasa saat pukul 21.30 malam, semua keluargaku bermalam di ruanganku, di sebelah kiri tempat mereka menyiapkan kasur tipis beralaskan karpet di bawah lantai, mereka semua bersiap-siap untuk tidur melepaskan lelah setelah beraktifitas seharian, mataku mulai terlelap begitu juga dengan anggota keluargaku, mata mereka mulai terhanyut dalam mimpinya.
Selang beberapa waktu, menunjukkan pukul 00.45 malam, mataku mulai terbuka tubuh ini mulai terjaga karena rasa sakit yang tiba-tiba muncul. Kubuka bajuku sebagian hanya untuk melihat perutku yang penuh jahitan dengan sayatan yang mulai mengering. Kututup kembali bajuku dan mulai mengelus tanganku yang terasa sakit karena suntikan demi suntikan jarum yang menusuk kedalam kulitku, bekas-bekas jarum yang menusuk tubuhku mulai terbentuk, obat-obat yang mulai bereaksi menenangkan rasa sakit ini.
Tak tega inginku membangunkan mamaku yang terlihat lelah, alih-alih membangunknnya, ku mulai teringat pengorbanan mama dan papaku demi menyembuhkanku yang rela mengeluarkan semua materi dan segalanya hanya untuk diriku yang terbaring lemah di rumah sakit. Hati ini mulai terasa menyesak saat aku teringat betapa perhatian dan pedulinya semua keluargaku kepadaku, mereka yang selalu ada di setiap aku senang maupun sedih, mereka yang selalu menghiburku saat aku terdiam dalam bayangan kosong, mereka yang selalu membangkitkan semangatku saat aku terpuruk ke dalam jurang kekecewaan. Semua itu membuat mataku meneteskan air mata yang mengalir begitu derasnya, hingga isak tangis tak henti-hentinya mengalir saat kubayangkan betapa indahnya kehidupankan bersama mereka semua.
Flashback off…!
Dan aku masih tetap memandangi langit malam, hingga pandanganku menembus jendela dan sampai pada kejahuan awan-awan berbintang, yang entah kapan berhenti menebar tangisan. Berbagai kisah sudah aku perankan dengan begituk baik, aku selalu menjadi tokoh utama dalam bayang-bayang harapan ini, yang entah kapan akan terwujud semua harapan itu.
Langit malam mulai merekah, bulan mulai lelah dan kembali keasalnya hingga berganti mentari pagi yang cerah. “Apakah hidupku bisa kembali indah seperti langit malam yang selalu cerah di mataku?”. Tapi aku yakin, jika semua telah ditakdirkan untukku dan rencana Tuhan yang paling indah, sudah direncanakan-Nya untukku. Aku hanya bisa menunggu waktu itu datang kepadaku dengan penuh kesabaran.
Setiap jatuh pasti akan ada waktunya kita bangkit, untuk setiap gagal pasti akan ada waktunya untuk kita berhasil. Teruslah berjalan apapun rintangannya seperti hujan yang datang begitu deras, setelah itu muncul-lah pelangi yang begitu indah. Jangan pernah mengeluh untuk menghadapinya, hidup itu bagaikan roda pedati yang berputar, kadang kita berada di bawah dan kadang kita berada di atas. Jika kita terus bersyukur atas nikmat yang sudah Tuhan berikan kepada kita, kita semua akan lebih bisa menikmati hidup yang indah ini di dunia maupun di akhirat kelak. Jika kita mengeluh kita akan sengsara dan susah untuk menerima kenyataan hidup yang Tuhan berikan. Yang perlu kita ketahui “Tuhan Maha Tahu Segalanya”.
Tak perlu sedih akan kekuranganmu, ketahuilah..! Tuhan pasti memberikan kelebihan kepada orang-orang yang memiliki kekurangan. Hidup itu tak selamanya seperti apa yang kamu inginkan, hal baik dan buruk akan selalu ada untuk menghiasi kehidupanmu. Namun, semua itu telah diatur oleh Tuhan, bersabarlah dan selalu ikhlas dalam menjalani semuannya. Insyaallah… semua akan berakhir bahagia meskipun tak semua orang seperti itu tetapi kita harus terus yakin unuk kebaikan kita sendiri maupun orang lain.
Jangan pernah menyerah kamu bahkan belum mencoba, kesuksesan tidak sejauh yang kamu kira, jika kamu tidak menyelesaikannya, orang lain yang akan melakukannya, sebelum sukses pasti ada masa-masa kegelapan,” jika kamu menyerah, lalu apa?” Kamu tidak akan pernah menyesal jika berjuang sampai akhir. Lebih baik mati karena mencoba daripada menyerah, kesalahan di masa lalu tidak akan menetapkan takdir hidupmu, selama kamu hidup, segalanya masih mungkin terjadi.
Ingatlah…! ambil sebuah hikmah dari segala sesuatu yang engkau alami di dunia ini, Perbaikilah sikapmu dari waktu ke waktu. Janganlah terlalu larut dalam kesedihan dan kegelisahan, masih ada Tuhan yang selalu memberi petunjuk kepada para Hamba-Nya.
THE END!
Cerpen Karangan: Monica Dewi Sartika