Namaku Musdhawiyah, panggil saja Dhawii. Aku baru lulus SMK tahun 2017 dengan jurusan TKJ Tekhnik Komputer Jaringan. Saat lulusan telah berlalu Mama membawaku pergi kekalimantan untuk merantau, keinginanku sebenarnya kuliah. Tapi aku menyadari keadaan Mamaku yang sekarang bekerja keras sendiri mencari nafkah sendiri untuk Aku dan Adikku yang masih duduk di bangku SD. Aku ingin seperti temanku yang lain, bisa meneruskan Kuliah, aku ingin menggapai cita citaku. Tapi aku menyadari keterbatasan keluarga ini semenjak kepergian ayah.
Saat aku duduk dengan mama di teras “Ma, seandainya aku disini kerja dulu 1 tahun dan membantu mama di rumah setelah itu aku melanjutkan kuliah bagaimana?” Tanyaku. “Nak, mama tau betul kalau kamu sangat ingin kuliah, orangtua mana yang tidak ingin melihat anaknya sukses dan bahagia. Tapi kamu harus menyadari keadaan kita saat ini, mama sudah tua mama tidak mau kamu meninggalkan mama. Jadi mama mohon tetaplah disini bekerja membantu mama dan menjaga adikmu”. Aku langsung terdiam dan menangis masuk ke dalam kamar.
Tuhan, apa rencanamu untuk keluargaku? Ma, kita memang bukan keluarga yang berada, kita memang tidak seperti mereka yang ingin apa bisa terlaksanakan. Tapi apa salahnya kalau aku kuliah? Aku kuliah untuk mengangkat derajatmu juga ma, aku ingin sukses aku ingin mama melihat putrimu yang manja ini membahagiakanmu. Ucapku dalam hati..
Singkat cerita, 1 tahun sudah kami masih berada di perantauan, “Nak, mama mau bicara”.. “Iya ma, ngomong aja”.. mama mendekat “kamu tau kan dulu almarhum ayahmu pernah bilang kalau kamu akan dijodohkan dengan keponakannya” aku langsung kaget “memangnya kenapa ma?” “maksud mama kamu mau atau tidak menerima perjodohan itu? Mau aja ya?” aku bingung harus jawab apa lalu mama bilang lagi “kamu kan juga nggak punya pacar, emangnya mau nikah sama siapa?” “ma, aku memang harus menikah tapi tidak sekarang, umurku baru 18 tahun ma, aku masih terlalu muda untuk itu, lagipula keinginanku untuk kuliah belum terlaksana”. seketika mama langsung berbicara tegas “Kamu itu sudah dewasa, tahun depan mama sudah merencanakan pernikahan kalian, kita pulang ke jawa tahun depan untuk pernikahan itu” “tapi maa, aku belum siap Masih banyak keinginan yang belum terwujud” “Apalagi?, seharusnya kamu sadar mama sudah tua, kamu sudah besar seharusnya kamu menikah. Mama ingin memomong cucu”. Aku menangis “ma, aku punya pacar ma, aku sudah mendapat yang lebih baik, aku menyayanginya dan aku cuma mau dia bukan yang lain” “tapi nak, itu adalah amanah dari almarhum ayah kamu, apa kamu mau ayahmu tidak tenang karena kamu menikah dengan orang lain?” Aku masuk ke kamar, berhari hari aku diam dan tidak nafsu makan, mama tetap keras mempertahankan perjodohan itu, sampai pada akhirnya mama menyuruhku untuk memutuskan pria yang selalu kuperjuangkan selama ini, pria yang menemaniku selama ini.
“Kamu harus putus dengan pacarmu, percuma kalian pacaran karena nantinya kamu akan menikah dengan keponakan ayahmu” aku tegas menjawab “nggak ma, aku sayang sama dia aku gak akan mutusin hubunganku sama dia” “kalau kamu nggak mau mutusin dia, jangan salahkan mama kalau mama menikah lagi” aku langsung melihat ke arah mama dengan perasaan kaget “maksud mama apa?” “sekarang cuma ada 2 pilihan, kamu menikah dengan keponakan ayahmu atau kamu menikah dengan pacarmu itu tapi mama menikah dan mencari ayah baru untuk kalian” mama tau kalau aku sangat menyayangi almarhum ayah dan aku tidak suka mempunyai ayah baru lagi. Itu adalah senjata mama untuk melumpuhkanku, saat itu pun aku langsung menuruti kemauan mama.
Aku sangat terpaksa melakukannya, aku memutuskan hubungan dengan pacarku, biarkan kami mencari jalan sendiri sendiri, kuikhlaskan dia bersama orang lain yang lebih baik dariku. Aku melakukannya bukan karena kemauanku tapi karena orangtua.
Oh tuhan kenapa semuanya tidak adil terhadapku, keinginanku untuk kuliah tidak terwujud, dan sekarang keinginanku untuk bersama dengan dia putus di tengah jalan.
Cerpen Karangan: Musdhawiyah Facebook: Dhawii Musdhawiyah Instagram: Dhawii0327