Ini adalah kisah tentang cinta sejati. Cinta yang telah membawa mereka ke setiap lorong-lorong hati. Cinta yang telah mendorong mereka untuk berjuang membesarkan kami, putri-putrinya. Cinta yang telah mengiringi hari-hari kami dengan setia. Cinta yang telah mengajari kami arti rasa syukur dan hormat. Kebersamaan, kesetiaan, kesabaran, kesederhanaan, pengorbanan, dan kasih yang membawa mereka menua bersama.
Jika ada yang mengatakan “cinta sejati itu, ada ya?” atau “ah, manalah ada cinta sejati”, artinya mereka adalah orang bodoh yang tak melihat ketulusan cinta yang ada pada diri dua tokoh yang setia memerhatikan tumbuh kembangnya. Atau bahkan mereka tidak pernah melihat perasaan sayang yang nyata tercurahkan dari kedua orangtuanya salam bentuk perhatian dan keikhlasan.
Bagi kami, cinta sejati itu sangat terlihat dalam diri orangtua kami. Aku ingin seperti mereka, berbagi keluh kesah dalam segala hal yang mereka lalui, yang mereka alami, dan mereka rasakan. Ayah selalu mengatakan “jangan pernah mengeluhkan hari-harimu nak, jangan pernah bosan berbuat kebajikan!! Ayah selalu di samping kalian”. Yaa, itu yang selalu ayah katakan.
Ayah, adalah lelaki hebat. Lelaki hebat yang tak pernah mengeluhkan harinya dengan kata “LELAH”. Lelaki hebat yang tak pernah membiarkan istri dan putri-putrinya hidup sengsara. Lelaki hebat yang selalu siap siaga kala keluarganya membutuhkannya. Lelaki hebat yang dengan setia mengajari apa arti hidup sederhana. Ayah, adalah sosok pahlawan yang bahkan sebagian orang tak menyadarinya. Itu karena yang mereka utamakan adalah ego. Ayah, kami menyayangimu.
Ibu, juga tak kalah hebat dengan ayah. Perempuan kuat yang tak pernah mengeluh “ah, berat” saat mengandung putri-putrinya selama 9 bulan. Perempuan kuat yang tak pernah mengeluh “sakit” saat melahirkan kami Perempuan kuat yang rela hatinya terluka saat putri-putrinya menyakiti perasaannya. Perempuan kuat yang masih mampu mengukir senyum disela isak tangisnya. Perempuan kuat yang masih bisa melukis tawa saat ia benar-benar dalam keadaan rapuh. Ibu, kami sangat-sangat mencintaimu.
Tanpa kedua manusia mulia ini, mungkin kami tak akan merasakan sejuknya hembusan angin senja, atau bernapas dengan lega. Bahkan kami mungkin saja tak melihat wajah dua pahlawan luar biasa yang bersimpuh keringat untuk memperjuangkan hidup kami.
Ayah, Ibu terimakasih atas kasih sayangmu. Terimakasih atas perjuanganmu. Terimakasih atas pengorbananmu. Terimakasih untuk kehidupan yang kalian usahakan untuk kami. Terimakasih atas segala hal yang kalian lakukan untuk kami. Kami semua menyayangimu.
Cerpen Karangan: Mar’atus Sholikhah Blog / Facebook: Mar’atussholikhah