Hai namaku lisa aisyah zahra. Kalian bisa memanggilku lisa. Oke lanjut saja ke cerita.
“Lisa sini bentar dong” kata temanku vivi. “Iya kenapa vi?” Jawabku, “ini katanya ada lomba yang akan diadakan saat hari ibu. Ada lomba bernyanyi, puisi dan pentas seni.” Kata vivi dengan penuh semangat. “Oh, makasih ya vi atas info nya.” “Sama-sama” kata vivi dan langsung pergi. ‘Hmmmm… aku ingin ikut lomba puisi ah! Tapi enggak aku kasih tau ke ibu lah biar jadi surprise yang besar’ kataku dalam hati. Bel sekolah pun berbunyi waktunya aku pulang.
Sampai di rumah… “Assalamualikum bu” “walaikumsalam” jawab ibuku. “Bu aku ke kamar dulu ya bye” “gak makan dulu?” Tanya ibuku yang setengah teriak “nanti aja ya bu” jawabku. Dari kejauhan aku bisa melihat ibuku geleng geleng kepala hihihihi.
Saat aku sampai kamar aku langsung mengganti bajuku dengan kaos warna ungu dengan tulisan “girl” berwarna pink di tengahnya. Eits aku tidak bermain HP, aku langsung mengambil pensil dan selembar kertas HVS dan menaruhnya di meja belajarku. “Hmmmmm… puisinya mulai dari mana ya?” Gumamku. “Aha aku tau judulnya…”
Hampir setengah jam aku mengerjakan puisinya, “SELESAI” tak terasa ternyata sudah jam 3 lebih aku mengerjakan puisinya. “Allahu akbar allahhu akbar” aku pun segera mengambil air wudhu dan shalat ashar. ‘Semoga aku dapat menang lomba puisi’ itulah doaku, setiap hari aku dibantu kakakku berlatih. Namanya kak aldo, kak aldo juga berjanji untuk merahasiakan lomba puisi dari ibu.
Hari perlombaan Aku sangat takut jika aku salah membaca puisi atau lupa untuk mengekspresikan puisinya. Bagaimana jika aku tak menang? Ibu pasti kecewa. Tapi kak aldo terus menyemangatiku dan juga ayahku “jangan takut salah yang penting kamu sudah mencoba” itulah kata-kata bijak dari kak aldo. Satu-persatu nomor peserta dibacakan, sekarang giliranku “nomor urut 19 segera naik ke panggung” kata MC nya. Aku naik dan membaca satu persatu kalimat di dalamnya.
Ibuku Adalah Malaikat Hidupku
Ibu, kau adalah malaikat hidupku. Kau telah merawatku dengan penuh kasih sayang, senyumu selalu terukir di bibirmu Saat aku berada di sampingmu, aku merasakan kasih sayang yang sangat besar. Bagai sungai yang terus mengalir tanpa henti. Oh ibu, tetaplah engkau berada di sampingku selalu.
Setelah aku mengakhiri puisi itu aku disambut dengan suara tepukan yang sangat bergemuruh. Aku bisa melihat ibuku menangis bahagia, aku langsung turun dari panggung dan memeluk ibuku “puisi yang sangat bagus” “terima kasih bu”.
Lalu kami menunggu 2 jam untuk pengumuman para pemenang. Tibalah waktu pengumuman juara “juara ke tiga diraih oleh jessica putri” aku tak sabar menunggu pengumuman berikutnya “juara ke dua diraih oleh muhammad dodo” aku sudah putus asa karena namaku belum disebut juga “dan juara pertama adalah… LISA AISYAH ZAHRA” teriak MC. Aku kaget mendengar namaku dipanggil apakah ini mimpi? Aku mencubit pipiku “auwww” rasanya sakit berarti ini nyata.
Lalu aku dipersilahkan naik ke panggung. Aku diberi piala dan uang sebesar 1 juta rupiah, saat aku turun ke panggung ibuku langsung memeluku sangat erat “selamat ya!!” Tiba tiba kak aldo langsung menyenggol bahuku “eh sorry ya, ngomong-ngomong pelatih puisinya dibayar enggak tuh?” Kami pun langsung tertawa cekikikan bisa bisa aja tuh kak aldo.
Tamat
Cerpen Karangan: Afra Fazila Abdul Kadir Hai semua aku membuat karangan cerpen ini agar kita semua dapat menghormati menghargai dan menyayangi orangtua kita semua. Semua kalian suka ya. Mohon kritik dan saran!!