Namaku… ah! itu tidak penting. Bagi seorang pembuat masalah sepertiku, nama tidaklah penting. Aku hanya seorang tidak berguna, banyak orang yang kesal dan marah akibat perbuatanku. Contohnya, apa yang telah terjadi pada hari ini, ibu dan kakakku memarahiku karena aku terlalu lama mencuci dan BAB. Terdengar konyol memang, tetapi kalau kalian tahu ceritanya kalian pasti akan berpendapat sama sepertiku, bahwa aku memang benar-benar salah.
Malam hari sebelum kejadian hari ini, aku sangat bersemangat karena besok akan ada latihan senam di rumah temanku. Meski hanya 6 orang, aku tidak ingin mengecewakan mereka. Mereka terkenal hebat dalam hal jengkel, marah, dan ekspresi mereka saat kesal membuatku merasa, aku yang paling salah di dunia ini. Mereka seperti mengintimidasiku setiap kali aku melakukan kesalahan pada mereka, walaupun aku tidak sengaja melakukannya. Pagi harinya, aku bangun lebih awal, tiba-tiba terbesit satu keinginan di hatiku untuk tidak mengikuti latihan senam timku sendiri. Akhirnya, aku mengirim pesan melalui messenger pada salah satu temanku. Aku mengatakan kepadanya aku tidak bisa datang karena sakit gigi. Sungguh! tipu daya setan telah mempengaruhiku!. Aku kembali ke kamarku dan membuka medsos, lalu membaca manga atau komik online.
Pukul 07.45 aku mencuci pakaian di kamar mandi, tiba-tiba ibu datang dan mengatakan bahwa temanku sedang menunggu di depan rumah. Aku menduga dia tidak membaca pesan yang kukirim dan mengajak yang lainnya untuk menjemputku atau dia sudah membacanya dan tahu kalau aku berbohong. Padahal, belum ada setengah pakaianku yang selesai dicuci. Tetapi aku tidak ambil pusing dengan itu, aku melanjutkan kegiatan mencuciku dengan bersenandung pelan. Ibu datang lagi dan suaranya agak dinaikkan sedikit. “nak! cepat selesaikan cucianmu! temanmu sudah lama menunggu!” Ucapnya. Aku hanya bisa menjawab apa adanya bahwa cucianku masih ada lebih dari setengah. Ibu kemudian pergi lagi, namun ia sering mondar mandir ke tempatku dan nada suaranya semakin meninggi.
Sialnya, ember berisi pakaian yang sudah kubilas bersih terjatuh dan pakaianku kembali kotor. Terpaksa aku harus membilas ulang pakaian yang kotor. Dan kulihat, embernya sedikit pecah. Entah sudah berapa lama aku bergulat dengan cucianku ini dan aku juga tidak peduli. yah… saat itu aku lupa ada teman-temanku yang sedang menunggu. Saat aku sedang membilas pakaian terakhir, ibu datang dengan ‘sedikit’ marah, “lambat amat sih! cuman nyuci doang sampe sejam! makanya.. kalau bangun itu pagi-pagi!, jangan males-malesan! liat semua temanmu! jam segini sudah wangi, lah kamu?! ember sampe dibanting-banting! anak perempuan kok gitu. temanmu semua sudah pergi! katanya mau latihan?!” Katanya. Aku menghela nafas sebentar kemudian menjawab “terserahlah…” Aku pasrah saja, sudah sering aku dimarahi seperti ini. Ibu pergi dengan berbicara, aku hanya bisa mendengar kalimat “anak males!, bangun selalu kesiangan, sudah besar bukannya dewasa! malah tambah jadi anak kecil!” setelah itu aku mendengar suara pintu yang dibanting. Lagi, aku hanya bisa menghela nafasku.
Aku segera menjemur pakaianku di depan rumah, saat kulihat jam dinding yang menunjukan pukul 08.30, tiba-tiba aku merasa menyesal. Teman-temanku sudah menunggu selama lebih dari 30 menit, dan aku sama sekali tidak datang latihan. Mungkin besok mereka akan ngambek, memarahiku, menyuruhku pergi ke tim lain karena tidak bisa konsisten dan menepati janji, dan mungkin mereka akan menjauhiku. Aku tidak kuat memikirkannya, tetapi itu selalu muncul di kepalaku, apalagi ekspresi kesal mereka yang menakutkan (bagiku). huh… rasanya aku ingin pergi dari dunia ini, besok pasti mereka marah padaku seperti ibuku.
Ketika aku duduk di depan tv setelah menjemur pakaian dan main hp, kakakku yang juga sedang main hp tiba-tiba menyuruhku pergi ke tempat temanku dan memarahiku karena selalu main hp. Padahal dia sendiri selalu main hp kalau aku sekolah, lagipula sekarang akhir pekan, waktunya refreshing bukan?. Aku diam saja, kakak memang sering bilang seperti itu. Saat kakak pergi ke kamar mandi, dia menemukan ember yang sedikit pecah (mungkin) karena ulahku. “dik!, kamu yang banting ember di belakang ya!?” Tanya kakakku atau mungkin lebih tepat disebut sebagai menginterogasi. “pegangannya lepas tadi, jadinya jatuh deh!” Jawabku. Kakak kembali kebelakang dan aku seperti mendengar dia berkata “dasar pembuat masalah!”.
Pukul 14.30 aku merasa sakit perut, jadi aku buru buru ke toilet. Saat baru saja keluar dan belum tuntas, aku mendengar ada seseorang memanggilku. Kukira itu hanya imajinasiku saja, jadi aku tidak menyahutnya. Tapi, saat kudengar suaranya makin keras dan ada seperti geraman kemarahan dalam nadanya, aku segera menyahutnya. Sekian detik berlalu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat, dan kutahu itu adalah suara langkah kaki kakak ketika sedang marah. “adik! temanmu datang malah ngumpet disini! cepat keluar!” Ucapnya di depan pintu toilet. “kan tadi aku sudah bilang ‘sebentar’, kenapa malah marah-marah” Teriakku dari dalam toilet. Mendengar kakak sudah pergi, aku sudah bisa tenang untuk konsentrasi, eh malah ibu ikut-ikutan datang. Akhirnya, aku menyudahi kegiatanku dan pergi keluar toilet.
“kenapa gak dari tadi aja BAB-nya, tau temennya mau datang baru, cepet temuin sana!” Kata ibuku tepat saat aku membuka pintu toilet. Aku kesal dengan kakak, aku kan sakit perut bukan sembunyi. Lagipula, aku tidak tahu kalau ada temanku yang datang.
Ini hanyalah sekelumit ceritaku, mungkin masih ada cerita-cerita lain dariku, karena ini adalah curahan hatiku ketika sedang kacau dan acak-acakan (harap dimaklumi).
Cerpen Karangan: Miming Blog / Facebook: Kiera Ayako Nama asliku adalah Rochatun Chamilah. Sedangkan Miming itu nama panggilan dari teman-temanku. Bahkan ada juga yang memanggilku Ming Ming. Hobiku membaca dan menulis tentunya.