Ufuk timur kulihat baskara telah memunculkan semburat cahaya. Detik, menit, jam, hari, bulan, kutau terus berlalu. Sadar tidaknya lihat saja sang baskara telah tersenyum kepadaku. Indah, hanya itu yang kupikirkan. Bagiku keindahan dunia yang nyata mungkin hanya sang baskara ufuk timur yang tidak pernah melupakanku. Tersenyumlah baskara.
Sungguh indah setiap hari kulihat semburat cahaya memercah darimu. Siapa lagi yang lebih indah darimu? Pelangi bahkan tak seindah dirinu. Kau tau kenapa si benang raja itu tidak seindah dirimu, tentu karena dia melupakanku. Cantik memang, tapi jika hanya untuk sebentar maka untuk apa. Tetap kaulah baskara. Baskara indah yang tak pernah melupakanku.
Bukankah aku nyata? Kau lihat, baskara bahkan tersenyum padaku, menandakan aku memang makhluk yang nyata. Bahkan, manusia melihatku. Mereka, orang-orang bahkan mengenalku. Aku juga pernah bersenda gurau dengan mereka. Baskara, benar aku nyata. Baskara bicaralah.
Tentu aku manusia. Mereka tahu aku ada. Mereka tahu bagaimana wajahku. Mereka kenal siapa namaku. Mereka sesekali berbicara denganku. Sungguh dalam lubukku, aku sangat menyukai mereka.
Kesalahan, tentu kuakui itu. Aku benar makhluk yang tidak sempurna. Aku biang dari kesalahan. Kesalahan terus saja menghujurku. Sedikit demi sedikit hilang semburat tawa mereka. Kesalahanku, apakah sebuah bencana?
Seperti kubilang, hari terus akan berlalu. Peduli apa? Senang, sedih, tawa, tangis, haru, apapun itu tentu akan berlalu. Ya, akan terus begitu entah sampai kapan, terus berputar, dan begitulah. Seiring berlalunya hari, tetap kulihat baskara ufuk timur. Tiada yang berubah. Senyum indahnya selalu menyapaku. Baskara tidak pernah lupa akan hal itu. Namun mereka? Aku yang tiada berubah, aku yang tetap dengan nama yang sama, wajah yang sama, tetap dengan diriku yang seperti ini, mereka telah lupa. Bagaimana bisa? Jangan tanyakan padaku. Kesalahanku, dan aku yang memang mudah dilupakan.
Entah bagaimana diriku, apa kesalahanku adalah kesalahan besar? Baskara jawab aku. Bukankah mereka juga pernah bersalah? Baskara mengapa aku dilupakan? Hanya engkau yang masih mengingatku, baskara.
Aku memang telah dilupakan. Bagi mereka, diriku telah tiada terlihat. Telah hilang dari ingatan. Iya hampa. Namun diriku tidak sendiri, masih ada baskara yang selalu tersenyum kepadaku.
Sungguh baskara, aku hanya ingin satu. Satu yang sepertimu. Satu yang membahagiakanku. Satu yang tidak pernah melupakanku. Satu yang selalu menyambut pagiku dengan senyum cerah sepertimu. Hanya ingin satu, ibuku.
Cerpen Karangan: Vatrischa Putri Blog / Facebook: Icca Vatris Putri ^^