“Orang-orang yang jatuh cinta terkadang lupa akan satu hal yang penting, yaitu KEPERCAYAAN. mungkin tanpa kepercayaan, cinta itu akan hancur.” ~ pejuang cinta ~
Aku Andre, pemuda 17 tahun yang sudah 4 tahun tidak pacaran alias SINGLE. Terakhir kali aku kenal cinta di bangku SMP. Sejak saat itu, aku jadi single sampai sekarang di SMA. Entah kenapa aku udah mulai bosen dengan kehidupan single ini. Akhirnya memutuskan untuk mulai mencari pasangan karena aku takut nanti lupa bagaimana caranya jatuh cinta.
Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini berangkat sekolah dengan penuh semangat padahal dalam hati udah bosen hidup gini gini aja. “Kenapa hidupku sepi gini ya..? Apa aku butuh menghilangkan ke-single-an ini ya?” gumamku di hati. Sebenarnya aku nggak ganteng-ganteng banget sih.. bisa dibilang sesuai standar. Tapi nggak sedikit juga cewek yang deketin aku, entah itu cuma mau temenan, mau minta contekan, yah begitulah kalo jadi murid pinter hehe.
Sesampainya di sekolah, aku disapa sama temenku yang paling baik sekaligus ketua osis di sekolah ini, Dimas namanya. “Woy dre, ada PR nggak hari ini?” teriak dia dari kejauhan. ”Yaelah.. pagi-pagi udah nanyain PR! Emang kenapa kalo ada? Belum ngerjain ya..? Mau nyontek?” balasku menyombongkan diri. “Nah… Itu kamu tau! Boleh kan?” memohon padaku. “Ya udah, nih..!” mengulurkan tangan sambil memberikan bukuku padanya.
Bel istirahat pun berbunyi, kita berdua beranjak dari kelas untuk pergi ke kantin. Pada saat di kantin, aku melihat adik kelas yang datang juga ke kantin. Tiba-tiba ada satu orang yang mengalihkan pandanganku seorang perempuan yang bisa dilihat kalo dia orang pemalu. Sebenarnya dia bukan termasuk kriteriaku, tapi di saat dia malu, manisnya bikin diabetes xixixi. Perempuan itu bernama Putri. Dia sederhana, bukan perempuan yang mengejar popularitas, apa adanya, dan satu lagi sifat yang paling menonjol darinya yaitu pemalu.
“Apa kudekati saja ya si Putri? Sekaligus mencoba bagaimana rasanya jatuh cinta lagi.” bicara dalam hati. Untungnya dia anak IPA hanya saja beda kelas denganku, aku kelas A sedangkan dia kelas B. Padahal udah hampir 3 tahun tapi aku nggak pernah kenal sama dia. Wahh parah banget sihh.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, setelah keluar dari kelas, ada putri yang sedang menunggu di depan gerbang. Entah kenapa aku belum berani untuk kenalan lebih jauh dengannya. Seketika lamunanku pecah karena Dimas mengajakku pulang bersamanya. “Dre.. Ayo pulang bareng! Sebagai rasa terima kasih karena udah dikasih contekan.” kata Dimas. “Oke.” jawabku singkat.
Sesampainya di rumah… “Thanks ya Dim, nggak mau mampir dulu?” ucapku “Sama sama, langsung pulang aja, lagian udah siang banget. Balik dulu ya!” kata Dimas sambil memutar motornya. Dengan rasa lelah karena banyak tugas, aku langsung masuk ke kamar, ganti baju lalu rebahan di lantai sambil main hp. Tanpa waktu yang lama gue ketiduran.
Keesokan harinya, mengawali hari dengan mendengarkan sebuah lagu dari Bruno Mars membuat pagiku menjadi good vibes. Tak terasa sudah jam 07:05, “Astaga udah jam 7! Cepet amat. Kukira masih setengah 7 tadi..!” celotehku sambil meng-off kan musik yang kuputar tadi. Kayak biasanya gue jalan kaki ke sekolah, karena lumayan deket dari rumah aku. Ketika sampai, kulihat di sekolah masih sepi, hanya beberapa dari adik kelasku, akhirnya aku memutuskan buat nunggu seseorang di depan gerbang. 15 menit aku menunggu, seseorang yang kutunggu datang. Aku mencoba buat menyapanya
“Hai, aku andre!” ucapku dengan mengangkat tangan. “Putri.” balasnya sambil menjabat tanganku. “Eh… Kamu anak IPA kelas B, kan?” tanyaku terbata-bata. “Iya, kamu kelas A, kan?” tanyanya balik. “Iya.. btw, nanti kamu ke perpus nggak?!” “Iya” jawabnya singkat. “Mau bareng?” “Boleh” katanya dengan memperlihatkan senyuman manisnya. “Ya udah, bye” “Bye”
Saat bel istirahat berbunyi, aku segera pergi dari kelas, “Dre..! Mau kemana?” seru Dimas. “Sorry, ada urusan penting dim!” kataku sambil bergegas meninggalkan kelas. Ketika sampai di kelasnya, aku lihat dia sedang duduk menungguku (mungkin). Kudekati lalu berkata “Udah lama nunggunya?” tanyaku. “Enggak, cuma bentar kok. Baru 3 menit!” “Ya udah, yuk!” “Yuk” Tanpa berlama-lama kita berdua meninggalkan kelas kita masing-masing.
Sesampainya di perpustakaan, kita sibuk memilih buku yang ingin dibaca. Ketika sudah dapat bukunya, kita berdua duduk bersandingan sambil membaca buku. “Kamu baca buku apa?” tanyaku. “Novel romance. Kamu?” “Sama, novel romance juga.” Entah kenapa dia denganku bisa satu server suka sama genre romance.
“Kok cowok baca buku romance?” tanyanya penasaran. “Emang nggak boleh apa kalo cowok baca buku romance! Kan biar lebih sensitif, lebih romantis. Kamu kenapa suka romance?“ jawabku sambil menanyakan balik. “Aku suka buku romance karena ngeliat orangtuaku pas masih muda romantis gitu. Bahkan sampai sekarang. Aku pengen juga kayak gitu.” jawabnya terlihat sedih dari raut wajahnya. Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Kita berdua kembali ke kelas kita masing-masing.
Hari-hari selanjutnya, kita berdua semakin dekat. Kalo pulang sekolah selalu bareng. Ke perpus, kantin, bahkan kemana pun selalu bareng. Hampir 1 bulan kita berhubungan dekat sebagai teman, kali ini aku bakalan nyatain perasaanku ke dia. Dengan keraguan yang menyelimuti, entah apapun jawaban dari dia, aku bakal terima. Dimulai dari aku ngajak dia ketemuan di taman.
“Hai, put! Nanti sore ada waktu nggak? Ketemuan yuk! Aku mau ngomong penting sama kamu.” pesanku melalui WA. “Hai.. ada kok. Mau ngomong apa? Dimana?” balasnya. “Rahasia! Nanti kutunggu di taman deket rumah kamu. Dateng ya! Bye.” “Ok, aku siap-siap dulu. Bye.”
Karena di taman itu ramai sekali, aku memilih tempat yang strategis buat nembak dia. Ketika aku sampai duluan daripada dia, aku mempersiapkan diri, menyiapkan kata-kata yang pas, dan terlebih lagi harus siap mental.
Tak lama kemudian, orang yang kutunggu datang, dia memakai gamis warna hitam yang dipadukan dengan hijab hitam, dengan make up yang tipis membuatnya terlihat begitu mempesona.
“Hai, kamu keliatan cantik lo hari ini.” sapaku sambil memujinya. “Bisa aja kamu ndre.” jawabnya yang terlihat pipinya merah merona. “Disini aja ya, soalnya ramai banget disana!” kataku.
Kita duduk di bawah pepohonan yang asri, bak sepasang merpati yang sedang hinggap di pohon tersebut mencari tempat untuk bertengger.
“Jadi, kamu mau ngomong apa?” tanyanya sambil menoleh menghadapku. “Jadi gini… Semenjak aku kenal kamu, aku jadi punya perasaan yang lebih dari sekedar teman.” jawabku dengan tegang. “Maksudnya?” tanyanya penasaran. “Ya gitu.. terus, aku juga lagi suka sama seseorang, tapi aku nggak tau dia suka sama aku apa nggak? Dia itu orangnya baik, simple, nggak pecicilan kayak cewek yang lain. Gimana menurutmu?” tanyaku tentang pendapatnya. “Menurutku, kalo emang dia baik sama kamu. Ya jadiin aja! Asalkan dia masih sendiri.” pendapatnya. “Masih sendiri sih…” jawabku. “Emang sama siapa sih?” tanyanya penasaran lagi. Aku menghela nafas panjang lalu berkata “Kamu… Kamu yang selalu ada bersamaku, kamu yang selalu ada di saat aku membutuhkanmu, dan kamu yang selalu menggangguku di saat aku ingin tidur.” kataku dengan tegas.
Tiba-tiba lingkungan di sekitar hening, burung-burung yang tadi berkicauan sekarang terbang ke atas langit yang luas. Aku jadi takut karena dia belum memberikan jawabannya. Aku terkejut, saat putri tiba-tiba memelukku lalu berkata “Sama.. aku juga suka sama kamu, tapi aku nggak tau gimana mau ngungkapinya!” Katanya sambil memelukku erat. Aku masih terdiam seribu bahasa, tak disangka kalo dia ngomong begitu.
So, selama hampir 3 tahun dia menyembunyikan semua perasaan itu. Aku sendiri nggak tau kalo dia juga suka sama aku. Akhirnya, kita resmi berpacaran sampai lulus bahkan hingga ke bangku kuliah. Dia adalah cinta keduaku sekaligus yang terakhir untukku. Kita.. dipertemukan oleh takdir atas nama CINTA yang membuat dua jiwa bisa berhubungan dan membangun kepercayaan antara satu sama lain.
Cerpen Karangan: Sella Andre Fateha Blog / Facebook: Andrye D’garaz II