Kring… kring… kring Telepon masuk. Nomor tidak dikenal “Halo! Ranisa,” ucapnya. “Siapa ya?” “Aku, Arif. Tadi teman aku ada yang minta nomor kamu kan?” “Ya, ada,” jawabnya, “oh! Jadi buat ini Dani minta,” gumamnya. “Jadi, aku gak mau pendam perasaan ini. Aku suka denganmu Ranisa.”
—
Sekolah menjadi salah satu tempat yang menyenangkan bagi Ranisa. Bertemu dengan banyak teman-teman. Namun, saat itu Ranisa merasa terganggu dengan kehadiran-Nya. Arif namanya. Siswa kelas IPA itu, memandang Ranisa dari kejauhan. Ranisa sadar bahwa Arif melirik dia. Tapi, Ranisa merasa terganggu dengan kehadiran Arif. Itu yang membuatnya untuk tidak menanggapi Arif.
Selama 3 tahun, ternyata Arif diam-diam suka dengan Ranisa. Ranisa mengetahui bahwa si Arif ini suka dengan-Nya. Namun, Arif tidak berani untuk mengungkapkan perasaanya kepada Ranisa. Arif yang pendiam, merasa dirinya cukup untuk mengagumi saja dan tidak mengungkapkannya.
Dani teman Arif, mengetahui hal itu. Dani mencoba untuk membantu Arif. “Rif, lo suka sama dia?” tanya Dani. “Emmm … mungkin iya,” ujar Arif dengan ragu. “Gue liat, lo sering merhatiin dia,” ungkapnya.
“Kalo lo suka, sini deh gue bantuiin lo. Gue minta nomor dia, terus lo ungkapin tuh,” kata Dani. “Eh! Jangan.” “Udah, gak papa kok. Tenang aja.”
Ranisa yang sedang ngobrol sama teman-temannya, kaget saat ada yang manggil dia. “Ran!” teriak Dani sambil melambaikan tangannya. Ranisa otomatis kaget dan heran. “Hah! Ada urusan apa? Kenal juga gak,” gumamnya. “Ya. Ada perlu apa ya?” “Gue, minta nomor telepon lo dong,” ucapnya tanpa basa basi. “Hah! Buat apa?” “Ya … gue minta aja.” “Aneh nih orang, gue gak ada masalah sama dia kok tiba-tiba minta nomor? Langsung to the point lagi,” gumamnya.
Selama ini, Ranisa tidak pernah memberikan nomornya kepada orang yang tak dikenalnya. Tapi, saat itu dia memberikan nomornya kepada Dani. Ranisa tersadar kenapa dia mau saja memberikan nomornya kepada orang yang tak dikenal. “Oh! Iya deh. 0823xxxxxxxx.” jawab Ranisa. “Oke! Makasih ya, Siapa nama lo?” tanya Dani. “Ranisa Salsabila Putri,” “Aneh banget nih orang,” gumamnya. “Gini, ya,” kata Dani sambil nunjukan hpnya. “Iya.”
Ranisa langsung cerita dengan sahabatnya Mia. “Eh, Mi! Tadi ada yang minta nomor gue. Namanya Dani.” “Hah! Oh, Dani anak ipa?” “Iya. Kok, gue baru sadar ya. Kenapa gue mau aja ngasih nomor gue. Kayaknya, gue kena hipnotis deh.” Mia tertawa. “Lo juga mau-mau aja ngasih. Kan biasanya lo gak pernah tuh ngasih nomor ke sembarang orang.” “Iya nih, nyesel gue.”
Sepulang sekolah Arif langsung menelepon nomor Ranisa dan mengungkapkan rasa sukanya. Ranisa tidak suka karena Arif menganggunya. Arif sering menelepon dirinya. Karena itu, Ranisa merasa terganggu. Setiap di sekolah Ranisa tidak mau menampakkan dirinya. Ranisa agak marah sama Dani, karena sudah jadi perantara Arif untuk minta nomor teleponnya.
Cerpen Karangan: Amalia Putri Blog: kompasiana.com/amalia65638 Halo… Aku Amalia Putri. Bisa dipanggil Amel, Putri, Amalia, Memel, dsbg wkwk. Kegiatan ku sekarang kuliah online *huhuhu*. Oh, iya jangan lupa follow twitter aku @namanyaamalia Supaya followers aku banyak hehehe (masih dikit soalnya). Selamat membaca guys!