Hari ini cuacanya panas sekali, dan aku juga sangat haus, jadi aku memutuskan untuk membeli minuman di mini market dekat sekolahku.
“Yuraaaa!!!” Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namaku, ternyata itu adalah sepupuku, namanya Sena. Dia sekelas denganku, dari kecil kita selalu bersama. Walaupun dia agak ngeselin, cerewet, suka marah-marah, tetapi dia sangat pengertian, dia selalu mendengarkan curhatanku.
Oh iya, aku belum memperkenalkan diri, namaku adalah Yura, siswi kelas 11. Aku tinggal di Seoul, Korea Selatan. Sebenarnya aku orang blasteran, ayah ku asal Korea, dan ibuku asal Jepang. Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang sedang kuliah di Jepang dan seorang adik laki-laki berumur 10 tahun.
“Yura, kenapa tadi ninggalin aku?”, tanya Sena dengan nafas yang terengah-engah karena tadi mengejarku. “Lagian kamu lama banget ke toiletnya, aku cape nunggu.” “Ya harusnya kamu sabar dong, tadi aku cuma sebentar doang”
Saat Sena sedang berbicara panjang lebar, aku langsung saja masuk ke mini market, lagi pula daripada mendengarkan omongan dia, lebih baik aku beli minuman saja. Setelah aku selesai membeli minuman, ternyata Sena masih menunggu di luar, tampak wajahnya sangat kesal, mungkin karena kejadian tadi.
“Nih, aku beliin minuman buat kamu, jangan marah lagi dong”, kataku kepada Sena. Setelah itu kami pun pulang ke rumah dengan berjalan kaki, kebetulan rumahku dan Sena dekat dari sekolah, jadi setiap ke sekolah kami berjalan kaki saja.
“Eh Yura, kamu tau ga? Sebentar lagi kan akan diadakan perlombaan detektif nasional, tetapi ini hanya untuk yang berumur 16 sampai 19 tahun saja. Setiap kota di Korea harus ikut berpartisipasi, mereka harus mengirimkan 3 orang sebagai perwakilan untuk mengikuti lomba itu. Semoga kita dipilih untuk mengikuti lomba itu. Kita kan sudah sering memecahkan masalah, bahkan teman-teman saja sudah menganggap kita sebagai detektif. Kalau kita menang dalam lomba ini, kita akan menjadi detektif profesional. Itu adalah impian kita sejak kecil kan? Jadi kamu mau kan ikut lomba itu?”, kata Sena dengan panjang lebar. “Ya sudah, aku ikut. Tetapi belum tentu kita dipilih untuk mewakilkan Seoul kan?” “Tidak usah pikirkan hal itu, yang penting kita usaha saja dulu. Nanti aku cari info lagi mengenai lomba itu.” “Oke, aku masuk ke rumah dulu ya. Besok kita bahas lagi tentang itu.” “Iya” Lalu aku pun masuk ke dalam rumah dan makan siang bersama ibu dan adikku.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa bersama dengan Sena. Tetapi sesampainya di sekolah, aku melihat di parkiran ada sebuah mobil yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Mungkin saja ada seseorang yang sedang berkunjung ke sekolah ini. Saat masuk ke kelas, ada seorang temanku berbicara kepadaku dan Sena.
“Kalian tau ga siapa yang datang berkunjung ke sekolah kita?”, ucapnya. Aku dan Sena secara bersamaan menggelengkan kepala, tanda bahwa kita tidak tau.
“Ternyata yang datang ke sekolah kita adalah seorang detektif profesional, dia datang kesini untuk mencari orang yang nantinya akan dijadikan perwakilan kota Seoul dalam lomba detektif nasional. Dan bisa jadi kalian terpilih sebagai perwakilan, itu karena nama kalian sudah terkenal di kota ini. Semua orang mengenal kalian sebagai seorang detektif yang sudah menyelesaikan ribuan kasus, jadi peluang kalian sangatlah besar. Aku doakan semoga kalian terpilih ya!.”
Setelah itu, guruku masuk ke kelas. Sepertinya dia membawa informasi yang penting. Lalu dia berbicara kepada semua murid. “Anak-anak, ibu akan memberitahukan sebuah informasi yang penting. Tadi, ibu sudah membicarakan tentang siapa yang akan mewakilkan kota Seoul di lomba detektif nasional. Dan ternyata ada dua murid yang terpilih, yaitu Yura dan Sena. Nanti satu orang lagi akan dicari. Untuk Yura dan Sena, ibu mengucapkan selamat atas terpilihnya kalian sebagai perwakilan kota Seoul, semoga kalian bisa menang ya.”
Aku dan Sena sangat terkejut mendengar hal itu. Ternyata aku terpilih untuk mewakilkan kota Seoul. Ini adalah langkah pertamaku untuk menjadi detektif profesional, tapi aku penasaran siapa satu orang yang akan menemani aku dan Sena dalam lomba itu. Aku berharap dia adalah perempuan, agar kita bisa lebih kompak untuk memenangkan perlombaan itu.
Tiga hari telah berlalu semenjak pengumuman dari guruku itu, sepertinya mereka sudah menemukan orang yang pantas untuk menemani aku dan Sena, aku sangat penasaran sekali. Di tengah-tengah lamunanku, tiba-tiba ada orang yang menabrakku sampai aku terjatuh. Semua orang yang ada di koridor sekolah melihat ke arahku, aku sangat malu dan kesal. Setelah menabrakku, orang itu langsung pergi meninggalkanku, ternyata dia adalah seorang pria yang tinggi, kulitnya putih, lumayan ganteng si, tapi sepertinya dia tipe orang yang cuek. karena aku merasa kesal, jadi aku memanggilnya. Aku berharap dia akan meminta maaf karena tadi sudah menabrakku.
“Heh, kenapa langsung pergi begitu saja. Tadi kamu sudah menabrakku sampai aku jatuh, ga mau minta maaf gitu?”, kataku. “Buat apa minta maaf, lagian salah sendiri jalan ga liat-liat.” Setelah itu dia langsung pergi. Aku sangat kesal mendengar ucapannya tadi.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku. “Hai Yura, ada apa? Kok muka kamu kaya kesal gitu?”, Sena bertanya kepadaku. “Tadi tuh ada orang yang menabrakku, tapi habis itu dia langsung pergi begitu saja.” “Sabar sabar, memang orangnya siapa si?” “Tidak tau, aku ga pernah lihat dia sebelumnya. Sepertinya dia murid baru.” “Atau jangan-jangan dia adalah orang yang akan mengikuti lomba itu bersama kita. Yeay, aku tidak sabar bertemu dengan orang itu”, kata Sena dengan wajah yang gembira. “Aku ga setuju kalau dia jadi partner kita, dia tuh orangnya cuek, sombong, sok ganteng lagi. Pokoknya aku ga setuju, semoga aja bukan dia yang menjadi partner kita.” “Ya sudah sekarang kita masuk ke kelas saja.”
Saat pelajaran pertama, aku dan Sena di panggil ke ruang guru. Ternyata disana sudah ada seorang pria yang menurutku dia adalah detektif profesional yang kemarin di beritahukan temanku, disana juga ada guruku, pak kepala sekolah, dan pria yang tadi menabrakku. Mungkin mereka ingin membicarakan tentang lomba itu. Tapi apakah pria itu akan menjadi partner untukku dan Sena? Semoga saja itu tidak terjadi.
“Yura, Sena silakan masuk dan duduk disini”, ucap guruku.
Setelah aku masuk dan duduk, lalu pak kepala sekolah mengizinkan detektif profesional itu untuk berbicara. “Perkenalkan nama saya Kim. Kita disini ingin membicarakan tentang lomba detektif nasional, yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Dan saya sudah menemukan orang yang akan menemani Yura dan Sena, dia adalah Lee. Silakan kamu memperkenalkan diri terlebih dahulu”, kata detektif Kim kepada pria yang tadi menabrakku.
“Perkenalkan nama saya Lee, saya sudah lama menjadi detektif dan saya sudah memecahkan kurang lebih 5.000 kasus. Disini saya ingin mengucapkan terimakasih karena sudah memilih saya untuk mengikuti lomba.”
Setelah cukup lama kami membicarakan tentang lomba, akhirnya selesai juga. Dan semuanya sudah setuju kalau yang mewakilkan kota Seoul adalah aku, Sena, dan Lee. Sebenarnya aku tidak setuju jika pria itu menjadi partner aku dan Sena, tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa menolaknya. Lagi pula bukan hal yang mudah untuk menemukan seseorang yang benar-benar berpengalaman dalam hal ini. Jadi, ya sudah lah aku terima saja semua ini.
“Eh Yura, kenapa kamu tidak bilang ke aku kalau yang menabrakmu tadi adalah Lee?”, kata Sena saat kami sedang di kantin. “Ya aku kan tidak kenal dia.” “Kamu ga kenal dia? Dia itu kan terkenal karena sudah lama menjadi detektif, ya walaupun penggemarnya kebanyakan perempuan. Semua perempuan suka sama dia karena dia ganteng, tinggi, kulitnya putih, blasteran lagi, pokoknya cool abis. Aku jadi ga sabar deh pengen ngobrol sama dia”, ucap Sena. Tampak wajahnya sangat senang, mungkin dia sedang tergila-gila oleh pria itu. “Buat apa aku tau tentang dia? Ga penting!”, kataku dengan wajah yang kesal.
Setelah makan siang di kantin, guruku menyuruh aku dan Sena ke ruang guru lagi. “Sena, Yura, kalian bisa tidak menemani Lee untuk berkeliling di sekolah ini? Agar kalian lebih akrab.” “Bisa bu, saya dan Yura akan menemaninya”, kata Sena kepada bu guru.
Selama menemani Lee berkeliling sekolah, yang paling banyak bicara tentu saja Sena, sementara aku hanya diam saja. Aku paling malas kalau bicara ke orang yang cuek dan sombong seperti Lee itu, jadi lebih baik aku diam.
Seminggu telah berlalu, akhirnya lomba pun akan segera dimulai. Aku, Sena, dan Lee datang ke cafe untuk menemui detektif Kim.
“Silakan kalian duduk disini. Sekarang kita akan membicarakan tentang lomba. Jadi, kemarin saya sudah datang ke pusat pemerintahan untuk mengetahui apa saja syarat perlombaan tersebut. Syaratnya adalah setiap perwakilan harus pergi ke suatu negara, dan disana dia harus memecahkan masalah sebanyak-banyaknya dalam waktu satu bulan. Jadi kalian mau ke negara apa?”, kata detektif Kim.
Lalu Lee memberikan saran agar kita pergi ke Jepang saja. Akhirnya setelah lama berunding, kami memutuskan untuk ke Jepang. Kami memilih ke Jepang, karena kami semua mempunyai orang tua yang berasal dari Jepang. Jadi, kami tidak perlu repot-repot mempelajari bahasanya. Dan karena kami ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang urban legend di Jepang.
Dua hari setelah perundingan itu, kami langsung pergi ke Jepang. Aku ke bandara bersama orangtuaku. Sebelum masuk ke pesawat, aku melihat Lee sedang berbicara dengan orangtuaku, entah apa yang mereka bicarakan. Setelah beberapa menit, akhirnya pesawat pun terbang. Kami ke Jepang hanya bertiga, detektif Kim tidak boleh ikut karena itu memang peraturannya. Dan semua biaya ditanggung oleh pemerintah.
Dan ini adalah langkah yang membawaku kepada pengalaman yang tak akan pernah kulupakan, dimana aku akan mengalami kejadian-kejadian yang tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. It is a choice between life and death.
~ BERSAMBUNG ~
Cerpen Karangan: Halimah Sadiah Blog / Facebook: @halimahsadiah_10