Baru Beberapa minggu sekolah menengah pertama dan kini aku melihat beberapa temanku sudah dirazia tali sepatunya. Hanya boleh menggunakan tali sepatu hitam sementara keadaannya sekarang aku memakai tali sepatu putih alhasil tali sepatuku pun digunting aku hanya bisa diam dan menatap mulyati yang juga digunting tali sepatunya disaat itu juga aku mendapat lemparan penghapus seukuran jempol kaki mendarat di jidatku, aku menatap kesal orang yang telah melempariku penghapus tersebut, dengan santainya ia bertanya padaku
“mau nitip tali sepatu ga? gua mau ke kantin nih” “ga usah!” jawabku “udah cepet mau nitip warna apaan?!” tanyanya lebih ketus dari jawabanku tadi “hitam” jawabku singkat “ehh mau nitip juga dong” kata yati, pura pura tidak mendengar atau memang tidak kedengeran ia langsung lari gitu aja ke kantin karena sekarang waktunya sedang istirahat yati menghampiri tempat dudukku dan bilang ingin sedikit curhat denganku, aku hanya mengangguk dan mendengar curhatannya aku kaget ketika ia bilang suka sama ardian yang notabenya cowok paling pecicilan di kelas iya ardian yang barusan lari ke kantin menawarkan jasa titip beli tali sepatu padaku bahkan aku lupa memberinya uang untuk membeli tali sepatu itu.
Ardiansyah namanya. Orang yang duduk di seberang kiri bangkuku bersebelahan tapi bukan teman sebangku, yang sering kena omelku setiap hari mulai dari karena ia mengobrak abrik isi tasku, mencoret coret bukuku, menukar pulpenku yang masih baru dengan pulpennya yang hampir habis, menarik novelku secara tiba tiba ketika aku sedang asik asiknya membaca, mencoret mejaku dengan tipe-x dan menulis namanya bahkan pin bbmnya, mengambil paksa prku agar bisa dicontek olehnya, orang paling pertama yang tertawa keras ketika melihat nilai matematikaku yang selalu dibawah 50 memang di pelajaran matematika ia selalu mendapat nilai unggul, dan juga orang yang memaksaku menjadi bendahara kelas berturut turut selama 3 tahun karena ia adalah ketua kelasnya dan satu kelas takut padanya ia pun disetujui teman teman sekelas dengan aku yang hanya diam pasrah karena sedang malas beradu argumen lagi dengannya dan juga entah berapa banyak ia kena jambak dariku dalam setiap minggunya karena ulah yang ia perbuat tak jarang rambutnya yang rontok menempel di telapak tanganku usai menjambak.
“nih mel” ardian melempar sepasang tali sepatu biru ke mejaku dan langsung duduk mendekati kipas angin kelas sambil mengeluh kegerahan “kok warna biru?!” tanyaku emosi. Aku pun tak tau mengapa aku mudah emosi dengannya sekalipun ia sedang diam “gua sukanya warna biru” jawabnya santai tanpa menoleh ke arahku dan lebih fokus mengotak atik kipas angin kelas “trus tadi lu nanya mau beli warna apa ngapain?! Ini sih sama aja nanti bakal kena razia lagi terus digunting!! Ck” omelku lagi “di mama ayu udah abis yang warna item!! gua kan ga tau lu maunya warna apa selain item ya udah gua beli aja warna biru!! Pake aja itu dulu buat lu pulang nanti dari pada ga pake sepatu?! Besok baru lu ganti ama warna item. Gitu aja ribet!!” omelnya balik “ishh ya udah ini jadi berapa?” tanyaku sambil merogoh uang lima ribu rupiah dari kantong bajuku “ga usah yaelah gua ikhlas” jawabnya “bwahahahah sejak kapan pi lu nolak duit? Tukang malak sana sini aja gegayaan nolak duit” sarkas ilham yang sedari tadi hanya duduk di pojokan kelas “tau ah” kata ardian dan pergi keluar kelas
Selama tiga tahun 1 sekolah dengannya hari hariku tak jauh dari mengomel dan menjambak rambutnya sampai rontok lalu melihat ia meringis kesakitan kesekian kalinya. Bahkan ketika aku jatuh di tangga dan ia tepat sedang lewat juga jangan harap ditolong olehnya karena ia justru tertawa terpingkal pingkal hingga tak sadar jadi terjungkal kebelakang dan jatuh juga miris sekali memang Dan selama tiga tahun sekolah smp hanya 1 kali tali sepatu biru itu kupakai iya 1 kali saat tali sepatu itu baru dibeli dan saat pulang ke rumah aku langsung mencucinya, menjemur, lalu kusimpan di kotak pensil yang kuperbaiki karena sebelumnya dirusak oleh ardian, lagi lagi barangku yang dirusak olehnya.
Entah rasanya aku semakin tidak rela tali sepatu biru itu kotor apalagi rusak semenjak di bus sehabis pulang dari jogja acara perpisahan smp ia berkata “masih inget ga? Tali sepatu biru dari gua pas kelas 7?” “masih. Napa emang?” aku berbalik tanya tanpa menoleh ke arahnya, aku sibuk memakan cemilanku. “itukan ngutang di mama ayu” sambil haha hihi ia berbicara di belakangku Aku refleks menoleh dan mendelik tak percaya ke belakang dimana ia memang duduk di belakang kursi bus yang aku duduki “simpen baik baik ya mel kapan lagi lu dapet barang mahal dari cogan kek gue” dengan lantang dan bangganya ia berbicara padaku sampai teman teman menoleh dan melihat ke arahnya Plakk Baru saja aku melempari kepalanya dengan charger yang kupinjam darinya hari itu.
Sampai kini aku kelas xi smk tali sepatu biru itu kusimpan baik baik di kamarku, aku juga membuat tali sepatu biru itu menjadi berbentuk kepangan rambut. Rasanya benda itu berharga bagiku. Ardian melanjutkan pendidikan di sekolah yang berbeda denganku namun aku masih sering berpapasan dengannya di jalan dan ia tidak pernah berubah masih menjadi ardian yang pecicilan. yati? saat aku kelas x aku kehilangan teman yang semasa smp dekat denganku… yati.. Ia sudah tenang disisi tuhan dan kini aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Selamat menempuh jalan masing masing teman temanku… Aku akan selalu mendoakan yang terbaik disini untukmu.
Cerpen Karangan: Amelia Sahara Blog / Facebook: Amelia s