Lonceng sekolah berbunyi panjang tepat pukul 14.30 WIB. Jam berjalan terasa begitu cepat. Ratusan manusia berseragam putih abu-abu tampak berhamburan ke luar kelas. Bertepatan dengan hari Sabtu, Pemandangan tak biasa terihat di sudut kantin yang sudah ditinggal sang pemilik, karena dagangan sudah terlanjur habis. Lima sahabat yang terdiri dari Sandra, Aira, Kayla, Angga dan Randu memang tak berniat untuk makan atau sekedar beli cemilan. Mereka hanya sedang menyusun strategi untuk mengisi acara weekend esok hari.
Hari Minggu pukul 09.45 pagi, mereka memulai perjalanan. Molor 105 menit dari rencana awal karena Sandra bangun kesiangan. Hawa dingin hutan mulai terasa ketika mereka sudah berjalan lebih kurang satu jam. Beberapa dari mereka pun mulai mengeluh terutama Sandra.
“Berhenti dulu, capek banget…” ujar Sandra seraya mengeluarkan kipas. Pada akhirnya mereka istirahat di bawah sebuah pohon rindang yang sudah terlihat tua. Mungkin saja pohon itu berpenghuni. Kesan menyeramkan jelas terasa ketika diantara mereka memilih berbaring di bawah pohon, seakan-akan ada sesosok makhluk kerdil duduk di atasnya.
“Coba kalian lihat ke atas. Sepertinya ada sesosok makhluk aneh!” “Angga, kalau bicara jangan sembarangan. Kalau pohon ini memang ada penghuninya gimana?” Sandra terlihat mulai ketakutan. Sementara itu Kayla kebelet ingin buang air kecil. “Aku mau buang air kecil dulu ya, udah gak tahan nih!” ujarnya seraya berlari ke arah semak-semak. Kayla hanya pergi sendirian tanpa ditemani siapapun, namun teman-temannya mengingatkan agar jangan jauh-jauh.
Beberapa menit kemudian terdengar suara auman harimau diikuti oleh suara teriakan histeris. Jelas sekali itu adalah teriakan Kayla. Mereka kocar-kacir berlarian dari bawah pohon tua itu. “Ehhhh tungguin woi. Si Kuntet gimana!” ujar Sandra panik. “Kita harus cari tempat yang aman San. Kayla pasti sudah dimakan oleh harimau itu!” ujar Aira panik.
Tak tahu sudah berapa jauh mereka berlari sehingga pada akhirnya mereka kembali berada di bawah sebuah pohon rindang. “Stop-stop, kita berhenti di sini aja!” ujar Randu seraya menyeka keringat yang sudah bercucuran. Mereka semua terlihat ngos-ngosan. Haus sangat jelas terasa. Mereka mengeluarkan air dari tas masing-masing. Namun aneh, air di botol Sandra berubah menjadi merah. Sontak ia langsung membuang botol tersebut dan ketakutan. Hal itu benar-benar membuatnya bingung. Ia mulai merasakan sesuatu yang tidak beres dengan hutan itu.
“Sumpahh gue pengen pulang aja sekarang!” “Kita tu udah berjalan sangat jauh. Kita nggak mungkin pulang sebelum menemukan vila itu!” ujar Randu. “Ya udah, gimana kalau sekarang kita foto-foto dulu!” ajak Angga. “Iya benar tu. Loe kan hobi foto San, entar buat posting di sosmed. Ya gak!” ujar Aira. “Oh ya, kalian benar juga. Yuk kita foto-foto dulu!” ujar Sandra semangat.
Alangkah terkejutnya Sandra ketika dilihatnya dalam foto itu ada sosok makhluk lain diantara mereka. “Ehh coba kalian liat. Ada sosok bertopeng di foto ini!” seraya melempar handphonenya ke rumput. Sandra semakin ketakutan sementara bagi ketiga temannya tidak ada masalah dengan hasil jepretan mereka barusan. Hal itu membuat Sandra menjadi semakin heran, kenapa cuma dia yang selalu diganggu.
Selang beberapa menit kemudian suara auman kembali terdengar. “Gue yakin, harimau itu masih lapar. Dia pasti pengen mangsa kita semua!” ujar Aira yang saat ini terlihat lebih panik. Mereka pun mengambil semua barang dan berlari untuk mencari vila dimaksud agar bisa berlindung di sana.
Matahari mulai tenggelam kala itu. Warna dedauanan mulai berubah. Sementara vila yang mereka cari belum juga ditemukan. Sampai pada akhirnya dari kejauhan mereka melihat sebuah gubuk tua. “Aku yakin itu adalah vila yang kita cari!” ujar Randu. “Nggak mungkin. Vila yang kita lihat di internet tu bagus, gak kayak gitu!” “Gak ada pilihan lain. Kita harus bermalam di gubuk itu, kecuali kamu mau jadi korban keganasan selanjutnya dari harimau kelaparan itu!” Randu, Angga dan Aira berjalan ke arah gubuk. Namun Sandra tetap membatu. Sampai pada akhirnya bulu romanya berdiri. Ia pun berteriak histeris dan berlari menuju gubuk mengikuti teman-temannya.
Gubuk itu sepertinya memang sudah ditinggalkan pemiliknya. Ada beberapa benda yang bisa mereka manfaatkan. Seperti lilin besar di atas meja makan. Randu mengeluarkan korek api dari tasnya seraya menyalakan lilin. Benar-benar tak pernah dibayangkan Sandra sebelumnya. Vila dalam ekspektasinya sangat berbanding terbalik dengan kondisi yang tengah mereka rasakan saat ini. Ketiga temannya sudah tampak terlelap. Merasa takut terbangun sendirian Sandra pun mencoba memejamkan matanya perlahan.
Tak lama tertidur Sandra dibangunkan oleh langkah kaki yang mulai terdengar mendekatinya. Dilihatnya sudah tak tampak lagi Randu, Angga dan Aira yang tadi tidur di sebelahnya. Rasanya ingin ia berteriak, namun mulutnya seakan terkunci ketika melihat seseorang dengan jubah serba hitam datang dan berjalan kearahnya. Semakin dekat dan dekat sampai akhirnya berhenti tepat di depan Sandra yang memilih bersandar di kaki sebuah kursi yang ada di gubuk itu.
“Tolong siapapun kamu, pergi dari sini!” Rasa takut itu membuat sekujur tubuh Sandra bermandikan keringat. “Tolong pergi dari sini. Aku mohon…” ujarnya memelas. Sosok berjubah itu justru semakin mendekat seraya menyerahkan kue kearahnya.
“Please pergi jauh-jauh. Aku memang ulang tahun hari ini. Tapi aku gak butuh kue itu. Aku gak butuh kado mewah, aku gak butuh perayaan…” tangisnya mulai terisak sementara sosok berjubah semakin mendekatinya.
“Aku mohon pergi dari sini. Aku hanya butuh teman-temanku kembali. Aku sayang sama mereka. Aku janji aku bakal berubah jadi orang yang lebih baik. So please, pergi dari sini…” tangisannya semakin menjadi dan penuh sesal. Air matanya seakan bercucuran bak hujan lebat disertai sambaran petir. Seketika tangisnya bercampur teriakan ketika sosok itu semakin mendekat dan berada tepat di depannya.
Namun tak lama kemudian terdengar suara nyanyian selamat ulang tahun. Sesaat ruangan itu penuh lampu berkelap-kelip dilengkapi aneka balon warna-warni disisi kiri dan kanannya. Tangis Sandra terhenti dan mencoba membuka matanya perlahankan. Isakannya perlahan mulai mereda.
Dilihatnya Randu, Angga dan Aira datang menghampirinya seraya membawa beberapa balon dan bungkusan kado. Ia berdiri dan matanya diarahkan ke sahabatnya satu persatu, dengan maksud untuk memastikan bahwa yang ada di depannya itu benar-benar mereka. Setelah yakin, Sandra langsung memeluk erat ketiga sahabatnya itu.
Namun Sandra masih bingung akan sosok dibalik jubah pembawa kue yang saat ini tengah berdiri di depannya itu. Hingga akhirnya ia memberanikan diri mendekat dan membuka jubah hitam itu seraya melawan rasa takutnya. Setelah dibuka ternyata sosok dibalik jubah itu adalah Kayla sahabat yang sudah ia anggap meninggal tadi siang diterkam harimau. Ia langsung memeluk erat sosok sahabat yang selama ini sering dibullynya itu. Tubuhnya yang kecil serta rambutnya yang ikal membuat Sandra selalu menjadikan Kayla sebagai bahan santapan untuk ledekannya. Ia juga sering memanggil Kayla dengan sebutan kuntet yang artinya pendek alias cebol. Namun ia berjanji tak akan lagi mengulangnya. Pelukan itu benar-benar tulus. Beberapa bulir air bening jatuh dari kedua bola mata cantiknya.
Pada akhirnya Sandra mengerti, tak semua hal yang ia inginkan harus diwujudkan. Ada kalanya mendahulukan kebahagiaan orang lain. Banyak pelajaran yang ia dapatkan dari kejadian hari itu. Walaupun kali ini ia ternyata sudah dibohongi oleh keempat sahabatnya, mulai dari Kayla yang diterkam harimau, makhluk bertopeng yang ada difoto hasil jepretannya dan kejadian aneh lain yang terasa komplit dialaminya hari itu. Namun semua itu terasa sangat berharga, tak marah ia justru berterimakasih pada teman-temannya. Ia pun sadar tak semua momen harus diposting kemedia sosial, karena menikmati momen indah bersama sahabat tercinta lebih menyenangkan dari apapun. Apalagi jika ada seorang sahabat yang secara diam-diam kau kagumi dan diapun ternyata secara diam-diam juga mengagumimu.
Cerpen Karangan: Nani Wijaya Facebook: Nani Wijaya