Namaku Lala. Aku hidup di keluarga yang sederhana dan cukup harmonis. Saat aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama hidupku berjalan sesuai dengan kemauanku. Dimana semua temanku selalu ada untukku dan tak pernah khawatir dengan nilai mata pelajaranku di Sekolah. Aku dikenal anak yang baik. Semua suka dengan kebaikan yang kuberikan pada mereka. Tetapi semua kehidupanku yang sempurna telah hilang setelah aku masuk Sekolah Menengah Atas. Aku telah kehilangan kehdupanku yang berharga saat SMP.
Awal dari permasalahan ini adalah aku mengenal perempuan yang berkulit eksotis seperti kulit di Indonesia pada umunya bernama Yulia. Aku berkenalan dengan dia karena saat itu aku tidak punya teman satu pun yang sama dari asal sekolahku sebelumnya. Aku memang anak yang pendiam saat aku belum mengenal satu dengan yang lain di lingkungan baruku seperti hari pertama masuk di Sekolah Menengah Atas Ini. Yulia mendatangiku dahulu ke bangku sebelahku yang kebetulan kosong.
“Hai, kenalin aku yulia. Namamu siapa?” “Hai, aku Lala”
Semenjak hari itu aku berteman baik dengan dia dan duduk di bangku yang sama setiap harinya. Aku sangat senang bisa berteman dengan dia, iya dia sahabatku Yulia. Dia selalu mendengarkan kisah senang dan sedihku. Apapun akan kuceritakan padanya jika keesokan harinya aku bertemu dengan dia di pagi hari saat sekolah. Hari-hariku terisi dengan kehadirannya setiap harinya, sangat senang jika harus melakukan hal-hal yang tidak penting sekalipun dengannya.
Lalu semester baru dimulai. Aku bertemu dengan Rifqi. Sebenarnya Rifqi adalah teman satu kelas denganku sejak awal masuk sekolah menengah Atas ini. tetapi aku baru menyadari keberadaannya saat dia mulai menjauh dari kehidupanku. Jadi bisa dibilang cinta datang terlambat seperti lagunya Maudy Ayunda.
Tapi saat semuanya berubah Kau jauh dariku Pergi tinggalkanku
Mungkin memang kucinta Mungkin memang kusesali Pernah tak hiraukan rasamu dulu Aku hanya ingkari kata hatiku saja Tapi mengapa kini cinta datang terlambat
Saat itu Rifqi memang suka menghubungiku setiap harinya, tapi aku tak pernah mempedulikannya. Aku sibuk dengan duniaku sendiri tanpa melihat dia sedikit pun. Saat itu masih zaman memakai BBM (Blackberry Massanger), jadi kita tau seseorang sudah membaca atau belum pesan kita maupun sudah terkirim atau belum.
Pagi itu sebelum pelajaran dimulai Rifqi mendatangi tempat dudukku. “Lala, kemarin aku ngeBBM kamu tapi gak kamu baca sih?” “Oh iya, udah aku baca kok, liat aja hehe” “ih baru kamu lihat barusan”
Aku memang sebegitu tidak inginnya berurusan dengan Rifqi, laki-laki jago olahraga ini selalu membuat orang disekitarnya merasa jengkel, karena tingkah tengilnya yang bikin orang kesal sekaligus tertawa. Siapa yang tidak kenal dengan dia. Dia ini salah satu murid yang membanggakan sekolah dengan prestasi Olahraga yang dia tekuni sampai saat ini. dia bisa kapan saja izin untuk tidak masuk sekolah karena lomba yang tidak ada habisnya. Sampai sekolah pun sempat ingin memindahkannya ke sekolah lain karena absen yang selalu kosong hingga beberapa hari bahkan sampai minggu-an. Jadi aku tidak mau dia mengganggu kehidupaku yang indah ini. aku menjauhinya dan bilang kepada teman-temanku, bahwa aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan lelaki ini. “Aku gak bakalan suka sama kamu, ih gak akan pernah, jangan mimpi“.
Tuhan berkehendak lain atas segala ucapanku yang telah menyakiti hatinya, iya hati Rifqi. Aku tak sengaja berkata sangat kasar kepadanya di depan sahabatku. Yulia pun mendukung apapun yang menjadi pilihanku saat itu. Semenjak hari itu Rifqi sudah tidak pernah memperhatikanku apalagi sekedar tanya kabar lewat BBM. Ya Awalnya aku biasa saja. Aku tidak menyesal mengatakan semua itu kepadanya. Tetapi lambat laun aku menyadari ada sesuatu yang hilang. Rifqi sudah tidak pernah lagi mampir untuk melihatku dan menggodaku di bangkuku. Dia lebih banyak diam dan bermain handphone-nya saat itu.
Setelah terjadi beberapa hari aku mencoba mendekatinya, agar aku tidak merasa ada yang hilang dari diriku. Ternyata dia mendekati teman sekelasku bernama Berli. Dia sangat baik dengan semua orang termasuk denganku dan juga Julia. Saat itu aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Aku merasa aku telah kehilangan sesuatu yang selama ini telah mengisi hari-hariku. Aku tidak lagi mengganggu atau menanyakan kabarnya saat di sekolah. Aku menyerah saja, karena temanku Berli sangat baik padaku.
Keajaiban datang padaku. Tiba-tiba saat aku melihat handphoneku bergetar dan berbunyi “kling”, aku langsung membukanya karena malam itu aku sedang bersantai dengan membaca novel. Ternyata yang memberiku pesan itu adalah Rifqi. Aku berpikir ada apa dia memberiku pesan jika dia sudah dengan yang lain, iya teman kelasku sendiri. Tetapi saat itu aku langsung membalas pesannya dan aku senang dia menghubungiku lagi. Pikirku dia sudah tidak lagi dengan Berlin. BBM itu berlanjut hingga pagi hari dimana aku harus berangkat ke Sekolah. Aku sangat senang akan bertemu dia dan ingin menanyakan banyak hal yang ingin kuketahui.
“Lala tuh terlalu bucin sama pacarnya”. “iya kemana-mana selalu sama pacarnya, udah kayak bodyguard sama tuan putri haha”. Aku sudah terbiasa mendengarkan omongan seperti itu bahkan dari temanku sendiri. Bahkan Sabahat baikku dari kelas satu SMA sudah meninggalkanku dan mencari sahabat yang baru. Aku merasa ada yang aneh sebelumnya apa yang terjadi padanya sebelum meninggalkanku. Itu semua terjadi dikarenakan Aku tak pernah bisa pergi nongkrong dengan teman-temanku termasuk Yulia. Aku tak pernah ada waktu untuk teman dan juga sahabatku ini. Ya karena pada akhirnya aku berpacaran dengan Rifqi.
Hari-hari yang kulewati sudah tak seindah sebelum aku memutuskan untuk Bersama dengan Rifqi. Rifqi memang laki-laki yang posesif, tapi aku yakin dia tak seburuk yang dipikirkan oleh tema-temanku termasuk Yulia. Ada sedikit rasa kecewa dan sedih karena sahabat yang kupercaya pergi meninggalkanku begitu saja. Rasanya sagat berat setelah kehilangannya begitu saja. Meskipun sebenarnya Yulia masih ada di sampingku, tetapi aku merasa bukan Yulia yang aku kenal dulu.
Setiap waktu aku selalu Bersama dengan Rifqi. Ya karena aku sudah tidak percaya dengan siapapun kecuali Rifqi. Rasa trauma yang aku rasakan setelah ditinggal oleh orang yang aku percaya selama ini membuat hari-hariku tidak seceria dulu. Aku menjadi orang yang tidak baik, aku tidak akan bicara jika tidak diajak bicara dahulu. Jika tidak ada Rifqi aku akan menyendiri, tidak akan berbicara dengan siapapun di kelas. Aku akan bicara sepentingnya saja. Selama masa-masa Sekolah Menengah Atasku aku bersikap dingin dengan semua orang. Dan aku membenci masa SMA-ku. Karena menurutku tidak ada yang indah saat orang yang aku percaya meninggalkanku dengan yang lain.
Setelah masa SMAku berakhir. Aku memutuskan untuk kuliah. Di kehidupan perkuliahan, aku bertemu dengan teman baru tentunya. Aku memutuskan untuk memaafkan semua orang yang telah menyakitiku saat itu dan memaafkan diri sendiri untuk mecoba bersosialisasi dengan yang lain. Dan saat ini aku cukup Bahagia ditemani oleh pacar setiaku Rifqi dan menjalani hidup baruku dengan lingkungan yang baru tentunya.
Jangan mudah percaya dengan seseorang, meskipun itu adalah orang yang sudah lama kau kenal.
Cerpen Karangan: Dara Agata Penta Novela Hanya Penulis Amatir