Di sore yang mendung ini dan langit siap menumpahkan isinya. Alam seakan sangat mendukung perasaanku. Saat ini hatiku sedang kacau, sedih, marah, kecewa semua tercampur menjadi satu. Hari dimana seharusnya aku mendapatkan scan barcode dan ucapan selamat, tapi yang kudapatkan hanyalah kata maaf.
Aku termenung di meja cafe yang aku pesan, hari ini aku berencana bertemu dengan Andre salah satu teman seperjuanganku, dan sekaligus teman curhatku, hari ini rasanya aku hanya ingin menangis meratapi kegagalanku yang ke sekian kalinya, aku hanya bisa merebahkan kepalaku di meja. Mataku sudah sembab seperti tersengat lebah.
Tidak lama ada yang menarik kursi di depanku, dan kepalaku mendongak. Aku sudah tau itu pasti Andre, dan benar saja. “Sorry lin aku telat ya?” “It’s okay aku juga baru aja nyampe, pesen dulu sana” “Oke, kamu juga belum pesen kan? Aku pesenin sekalian”
Sambil menunggu Andre memesan minuman aku melihat sekeliling cafe yang sempat aku abaikan sendari tadi, ternyata cafe cukup sepi padahal biasannya di sore begini ramai pengunjung. Tapi baguslah jadi tidak ada yang sadar kalau sendari tadi aku menangis.
Aku melihat Andre menghampiriku membawakan 2 minuman hangat satu untuknya dan untukku dan sepiring French fries, aku tadi memang belum sempat memesan karena terlalu banyak pikiran bersarang di kepalaku, dan untungnya Andre tau apa yang aku suka karena dia memang teman terbaikku.
“Thanks ndre” ucapku sambil menerima minuman yang diberikan Andre. “Kenapa mata kamu merah? Abis nangis ya, ketolak lagi? It’s okay aku juga ketolak lagi, mungkin emang bukan rezeki kita lin, aku tau kamu pasti sedih apalagi ini kesempatan terakhir kamu, tapi emang gamau coba di ujian mandiri dulu?” kata Andre sambil melihatku dan memakan French fries dan sesekali menyuapiku. “Enggak ndre, sistemnya sama pake nilai rapor, jadikan sama aja kaya ikut snmptn. Cuma beda kalau ini bayar. Jujur aku gak enak sama orangtuaku kalau harus ngeluarin uang yang ujungnya gak pasti aku bakal ketrima atau enggak” kataku sambil menghela nafas lesu dan menerima suapan dari Andre. “Terus kamu sekarang mau gimana lin, kerja? Tapi umur kamu aja baru aja 17 tahun. Ck kecepeten si kamu sekolahnya. Pake acara 5 tahun masuk SD, mana gak masuk TK dulu lagi” “Yakan dulu di desa aku belum ada TK kali, ya jadi langsung SD lah, gini-gini aku juga pinter!” kataku sambil cemberut.
“Emang kita senasib ya ndre. Aku kayaknya bakal ambil pts deh, kemarin aku ditawarin sama temenku, berhubung ada jurusan yang aku pengen pertama kali sebelum dulu ambil pendidikan, dan Ibu juga setuju kemungkinan aku bakal ambil” “Eh dimana?” kata Andre sambil menapku menuntut jawaban. “Di Semarang, aku bakal ambil prodi manajemen, menurut kamu gimana?” “Emmm, oke kok selagi kamu mampu dan bisa, ambil aja apa yang kamu pengen aku pasti dukung” kata Andre sambil mengusap kepalaku dan tersenyum. Aku balas tersenyum dan mengangguk.
Setelah keheningan yang cukup lama dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Andre tiba-tiba berdiri. “Pulang yuk lin udah sore nih, apa mau jalan-jalan bentar, udah lama gak jalan nih tapi muter-muter aja ya” kata Andre sambil tersenyum dan menuntun tanganku sambil keluar cafe.
Di sore ini, di atas motor aku dan Andre menikmati udara kota yang lumayan segar karena tadi habis gerimis, meskipun banyak kendaraan yang lalu lalang dan menimbulkan kemacetan tapi tidak mengurangi senyumku.
Hari ini memang hari yang berat bagi aku dan Andre karena kita sama-sama ditolak PTN impian kita, tapi untungnya Andre adalah teman yang paling baik dan pengertian dia selalu bisa menempatkan posisi yang pas untuk menghiburku meskipun aku tau dia juga sedih. Meskipun Andre hanya membawaku berkeliling kota sambil menikmati senja dan menghirup udara rasanya sudah cukup untuk menghilangkan beban.
Aku senang Tuhan menitipkan teman seperti Andre. Aku berharap setelah ini aku dan Andre akan mendapatkan apa yang kita impikan dengan cara yang lebih baik menurut versi Tuhan.
Bener kata orang, tidak selamanya kita akan bersedih pasti akan ada waktunya kita seneng dan dapat menikmati hidup. Seperti tadi aku hanya bisa menangis setelah Andre datang perasaanku sedikit lebih baik setelah menceritakan semua beban yang menyesakkan di hatiku. Sekarang di atas motor, Andre memintaku untuk berteriak agar beban yang menyesakkan itu hilang. Benar kata Andre setelah berteriak suasana hatiku lebih baik dan bahkan mungkin sudah baik. Untungnya kita sudah berada di jalan yang lumayan sepi jadi teriakanku tadi tidak begitu mengganggu para pengguna jalan.
Tapi itulah hidup, semua hanya dapat direncanakan selebihnya hanya Tuhan yang dapat menentukan kita akan seperti apa. Dan bagaimana kita bisa menerima semua keadaan.
Aku berbaring di kamarku sambil melihat jam dinding yang sedang berputar. Setelah Andre mengantarku tadi aku sudah mengatakan kepada orangtuaku. Aku akan mengambil PTS di Semarang.
Tepat pukul 9 malam mataku terasa sangat berat dan perih. Ya mungkin ini efek setelah aku menangis tadi. Hari ini cukup melelahkan setelah selesai makan malam aku tidak lagi keluar kamar. Aku hanya berbaring dan melihat jam yang berputar dengan pikiran yang entah kemana.
Sudah waktunya untuk tidur. Aku butuh istirahat dan ragaku juga butuh ketenangan.
—
“Kamu tahu apa yang membuat hidup itu bermakna? BERSYUKUR jadi apapun yang terjadi kita harus bersyukur meskipun itu berat.”
“Tuhan tidak menciptakan manusia untuk gagal, manusia itu makhluk paling beruntung yang diberikan akal untuk berpikir. Sayangnya kita sering tidak sadar dengan kemampuan kita sendiri. Kita tidak pernah tahu potensi apa yang kita miliki sehingga apa yang kita rencanakan tidak maksimal dan berakhir dengan kegagalan.”
Cerpen Karangan: Vidyana Ani Rahmawati Blog / Facebook: Vidyana