“Tek, Tek, Tek.” jam dindingku berdetak waktu menunjukkan pukul jam 23.45 PM. Sudah larut malam, tapi mataku masih terjaga, belum ingin tidur, hening, hanya suara tokek saja yang menemani, dua tiga kali suara jangkrik ikut terdengar, sedangkan cicak sedang sibuk mengejar nyamuk di atas sana.
Aku berusaha memejamkan mataku, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur. aku meraih handphoneku yang tergeletak di meja dekat tempat tidurku, membuka salah satu media sosial, mendapati permintaan pertemanan dari seseorang tak dikenal, dengan nama dan profil yang cukup misterius, aku mengabaikannya, membuka layar beranda beberapa temanku memposting foto dan status
“Good night, mimpi indah.” Salah satu temanku memposting status, tertera jam posting pukul 21.30 PM, aku iseng mengecek siapa saja yang masih online, aku mendapati hanya aku saja yang online, padahal biasanya mereka bisa online sampai subuh tapi tidak dengan malam ini. Aku menghembuskan nafas, keluar dari media sosialku, mematikan data, kembali menaruh handphoneku di meja. Tiba-tiba saja aku bertanya sendiri hari apa sekarang,
“Tanggal 21 selasa, eh Rabu aku ke rumah Samad, berarti sekarang hari Kamis, malam Jum’at?” seketika saja badanku menegang, suara lolongan anjing tiba-tiba saja terdengar nyaring, aku semakin mengeratkan pelukanku kepada guling yang berada di dekatku. “Bagus, kenapa harus malam Jum’at, mana aku sendirian lagi di rumah, kan jadi takut” batinku cemas.
“Krek!” bunyi suara pintu dibuka, aku terperanjat kaget, semakin ketakutan jangan-jangan ada maling atau malah setan” pikiranku semakin macam-macam. Sial, aku tiba-tiba saja ingin buang air kecil, sebisa mungkin aku berusaha menahannya, aku jadi menyesal karena tidak ikut, ini semua gara-gara ujian mid semester, kalau tidak pasti aku memilih ikut daripada di rumah sendirian.
Lima menit berselang, aku benar-benar sudah tidak tahan, aku beranjak turun dari ranjang melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 00.05 PM, sudah jam dua belas malam, Jam keramat. Masa bodo aku membuka pintu kamarku berlari menuju ke kamar mandi, namun langkahku terhenti melihat seseorang duduk di kursi sedang membaca koran, itu ayahku.
“Loh, ayah sama ibu udah pulang?” Tanyaku pada ayah yang sedang duduk, ayahku hanya mengangguk, kembali membaca koran, aku kembali berjalan menuju ke kamar mandi yang letaknya dekat dengan dapur.
“Ibu lagi ngapain? Kapan pulangnya?” Tiba-tiba saja aku menemukan ibuku di dapur, sedang masak mungkin. “Lagi manasin sayur, barusan. kamu kok belum tidur?” Tanya ibuku masih sibuk mengaduk-aduk panci di kompor. “Iya ini bangun mau kencing.” jawabku masuk ke dalam kamar mandi.
Lima menit kemudian aku keluar dari kamar mandi, ibu sudah tidak ada lagi di dapur, aku berjalan ke menuju ke kamarku, kulihat ayah juga tidak ada di sofa, mungkin mereka sudah masuk ke kamar dan tidur.
Aku langsung masuk ke kamarku, naik ke ranjang, suara kokok ayam terdengar bersahutan aku sedikit lega, kata orang dulu kalau ada ayam berkokok malam-malam begini artinya dia melihat malaikat, lain halnya kalau anjing yang menggonggong. Aku menutup mataku perlahan, membaca doa tidur di dalam hati, tidur.
Suara ayam berkokok terdengar nyaring di telingaku, aku mengucek mataku, melihat jam, baru pukul 7 pagi, aku masuk sekolah jam 7.30 Pm, aku segera bergegas turun dari ranjangku mengambil handuk dan bergegas mandi, ‘tapi aneh keadaan rumah seperti kosong, ibu dan ayah kemana?’ Batinku. Aku segera mandi dan membersihkan tubuhku. Masuk ke kamar berganti baju, memasukkan buku, handphone dan mengambil uang saku di laci lemariku.
Melangkah ke luar rumah, keadaan di luar sepi, tidak ada mobil, mungkin ayah dan ibuku sedang pergi, aku berjalan mendekati sepedaku, mengayuhnya kencang menuju ke sekolah. Lima menit kemudian aku sampai, keadaan sekolah sudah ramai.
“Tur, baru berangkat?” Sapa seseorang di belakangku, aku menoleh ke arah suara mendapati bahwa Andi teman sekolahku berjalan mendekatiku. “Iya, masuk kelas yuk!” ajakku pada Andi.
Setibanya di kelas, aku langsung duduk di kursiku, membuka handphoneku dan menyalakan data, beberapa pesan terlihat masuk, aku membuka satu persatu.
“Fathur, ibu sama ayah pulangnya besok gak jadi hari ini, kamu gapapa kan sendirian di rumah? Kalo takut nginep di rumah Andi aja.” pesan itu seketika langsung membuat wajahku pucat pasi, aku terdiam mematung, handphoneku terlepas dari genggaman, Andi yang duduk di seberang kursiku, tersentak kaget. Mendapatiku yang ketakutan setengah mati. “Fathur Lo kenapa?” Andi mengguncangkan bahuku, lidahku terasa kelu. Masih tidak dapat berpikir jernih.
“Andi, hari ini aku nginep di rumahmu ya please.” hanya kata-kata itu yang terucap. Andi hanya mengangguk dengan bingung kemudian memberikan air minumnya untukku.
10 menit berlalu aku baru bisa merasa sedikit tenang, pelan-pelan menceritakan kejadian itu pada Andi. Jadi kalau yang semalam itu bukan ibu dan ayah. Pertanyaan retoris, mereka siapa?
Cerpen Karangan: Shani.ds Blog / Facebook: Nothing