Aku berjalan keluar dari kelasku, aku menjinjing tas sekolahku, hari ini aku pulang lebih awal. Aku menuju halte untuk menunggu jemputanku. Hari ini sangat melelahkan aku ingin segera menyelesaikan hari ini.
“Non gilda, ayo kita pulang” ajak supir ayahku yang tiba-tiba ada di hadapanku “Aah iya pak, saya kaget bapak tiba-tiba di depan saya” “Hehe maafkan saya non” “Sudah tidak apa, ayo kita pulang, ayah menyuruhku tiba di rumah lebih awal” Aku masuk ke mobil dan pergi menuju rumahku yang berada di sebuah komplek yang cukup ternama di kota ini.
“Assalamualaikum gil pulang” ucapku saat tiba di rumah “Waalaikumsalam, eh anak bunda pulang” “Iya bunda, sekolah hari ini selesai lebih awal, dan ayah juga memintaku untuk pulang cepat” “Ya sudah kalau begitu, kamu istirahat jangan lupa makan, nanti bunda panggil kalau ayah sudah pulang” “Iya bunda, gil pamit ke kamar”
Aku Zafanya Gilda Humaira, seorang gadis disabilitas yang memmpunyai segudang impian. Ya aku seorang anak Tunarungu, aku tidak bisa mendengar jika tidak menggunakan alat bantu dengar. Aku anak dari pasangan Bara Ganendra dan Bhanu Radha, ayahku seorang pengusaha kaya dan terkenal di kota ini. Dia sekalipun tak pernah malu memiliki anak seperti diriku.
Ayahku pernah berkata, “jangan pernah malu jika kamu memiliki kekurangan fisik, malulah jika kamu kekurangan akhlak”. Kata-kata itu selalu kujadikan motivasi hidupku. Akupun tak pernah malu akan diriku, aku punya banyak prestasi. Aku sering juara lomba olimpiade debat sejarah. Aku siswa berprestasi di sekolahku.
“Gildaaa… gildaa, ayo turun ayahmu sudah pulang” panggil bhanu “Iya ibu sebentar” “Ayah sudah pulang, kenapa ayah menyuruhku pulang lebih awal” “Ada yang ingin ayah bicarakan padamu gilda” “Mengenai hal apa” “Huuft ayah akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat ayah” “Haah apa, sahabat ayah yang mana” “Om Arga, yang dulu sering kesini bersama anak laki-lakinya, saat kau masik TK” “Apa alasan ayah ingin menjodohkanku, di usiaku yang baru menginjak 17 tahun” “Ayah ingin kau ada yang menjaga nak” “Emangnya ayah dan bunda mau kemana, sampai ayah berfikir aku tidak ada yang menjaga” “Tidak kemana-kemana sayang, ayah hanya ingin kau mendapat laki-laki yang siap menerima setiap kekurangan dan kelebihan dirimu” “Apa ayah yakin anak sahabat ayah itu bisa menerimaku yang tunarungu ini” “Ayah yakin sekali”
Aku terdiam sejenak, memejamkan mataku dan mencoba berfikir jernih dan mencerna setiap perkataan ayah tadi. Perjodohan sebuah ikatan yang dibuat dengan paksaan, ikatan yang dibuat hanya semata-mata untuk penjaga.
“Baiklah ayah, gil mau dijodohkan” “Terima kasih sayang sudah mewujudkan keinginan kami” “Gil permisi ke kamar” “Iya nanti malam calom suamimu akan datang, bersiaplah sebelum azan isya, bunda akan panggil kalau mereka sudah datang” “Iya bunda” aku berlalu menuju ke kamar untuk menenangkan hati dan fikiran, sekaligus memkikirkan resiko dari keputusan yang telah kubuat.
Sore berlalu bergantikan malam, aku bersiap untuk bertemu dengan calon suami pilihan ayahku. Aku memakai dres dengan panjang hingga betis, dres polos berwarna lilac itu sangat pas di tubuhku. Aku memakai make up simpel yang memmbuat diriku terkesan kalem dan natural, rambut panjang bergelombanngku di biarkan tergerai hingga ke pinggang. Aku sudah siap.
“Gilda, ayo keluar calon suamimu dan orangtuanya sudah datang” “Iya bunda, ayo kita turun”
“Naah ini dia anak gadis kami” ucap ayah ketika melihatku berjalan menuju ruang tamu “Wah wah cantik sekali, aku tak salah pilih menantu” “Ayo gilda sini duduk dekat tante” ucap salsa istri dari om Arga “Iya tante” “Eh ini mana anak kalian” “Ah itu bara anakku masih di jalan, sebentar lagi dia sampai”
Saat semuanya sedang berbincang-bincang, tiba-tiba masuk seorang pemuda yang cukup tampan, tubuhnya tinggi, kulitnya putih dan matanya yang menatap tajam “Assalamualikum, maaf saya terlambat” “Waalaikumsalam, nah bara ini anakku” “Malam om, perkenalkan saya Aksa Reynald” “Wah anak yang sopan, tampan, dan berpendidikan, tak salah juga aku memilihmu jadi menantu” “Eeh sudah dilanjut nanti ngobrolnya, kita makan malam dulu sekarang” “Iya iya ayo arga, nanti kita lanjut pembicaraannya”
Semua orang makan dengan tenang. Aku dari tadi hanya diam, aku sekarang merasa canggung. Aku ingin berbicara tapi tidak tahu mau bicara apa dan kepada siapa. Jadi aku hanya diam mendengarkan setiap pembicaraan orang-orang di hadapanku ini.
“Ehem baiklah bara tujuan kami kesini bukan hanya ingin berkujung, tapi ingin meminang putrimu untuk menjadi istri dari anakku” ucap om Arga memecah keheningan. “Ya aku sudah membicarakan hal ini pada putriku, dan dia menerima perjodohan ini” “Baguslah kalau begitu, kita akan mengatur pernikahan ini, kami sudah dapat tanggal yang pas untuk pernikahan ini” “Kapan pernikahannya akan dilaksanakan” “Satu minggu lagi, jadi satu minggu ini kita akan mengurus semua keperluan pernikahan” “Om maaf saya menyela, saya izin mau ngobrol dengan putri om” “Oh iya silahkan nak aksa”
Aku beranjak dari tempak duduku. Dan menuju taman samping rumah, aku duduk di ayunan dekat kolam yang ada di taman. Kulihat pemuda yang bernama aksa itu ikut duduk di gazebo.
“Mau bicara apa” tanyaku “Eh bisa ngomong juga lo, diem aja abisnya dari tadi” “Ck to the pint saja, mau membahas apa” “Ya, gue mau bahas tentang perjodohan konyol dan gila ini” “Apanya yang mau dibahas” “Gue udah lulus SMA dan gak kulian, gue kerja di kantor ayah, disana sebagai direktur mengganntikan ayah” “Ya lalu apa urusannya denganku” “Ya ini penting lah, lo sebagai calon istri gue berhak tau apa pekerjaan dan kehidupan gue, dan gue juga berhak tau apa aja tentang hidup lo” “Baiklah, aku gilda, Zafanya Gilda Humaira, aku masih kelas duabelas SMA jurusan IPS, aku gadis tun-” Perkataanku terpotong karena terikan bunda dari dalam rumah. Bunda memanggilku jadi hal penting yang harus diketahui aksa terpotong dan tak tersampaikan.
“Iya bunda ada apa” “Ini calon mertuamu mau pulang” “Gilda sayang, mama pamit pulang dulu ya” “Iya tante” “Eh panggil mama aja biar sama kayak aksa” “Eh iya ta- mama” Mereka semua pulang dan kini hanya ada aku, bunda, dan ayah. Ayah meminta kami berkumpul di ruang keluarga.
“Ada apa mas kok nyuruh kumpul di sini” “Gilda, kamu sebentar lagi menikah, sekolah kamu akan tetap lanjut, nanggung kamu sudah mau ujian, tapi kamu home scholling” “Iya ayah, keputusan apapun aku terima dan aku jalani”
Cerpen Karangan: Nanda Zahra Rasyiffah Blog / Facebook: N Zahra Rasyiffah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 April 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com