Hari-hari sudah berlalu, selama seminggu terakhir ini aku sekolah diantar dan dijemput aksa atas perintah ayahnya. Aku sudah mengurus surat untuk home schollingku. Dan tepat hari ini aku akan dipersunting oleh laki-laki yang tidak aku cintai. Aku sudah siap dengan balutan balutan kebaya bermodel gaun berwarna ungu, rambutku diikat ke atas sehingga mengekspos leher jenjangku.
“Gilda cantik sekali kamu nak” ujar bunda saat melihat penampilanku “Terimakasih bunda, bun gil mau minta maaf kalo gil banyak salah, hari ini gil menikah sesuai keinginan ayah dan bunda, gil harap kalian bahagia karena gil udah nurutin keinginan kalian” “Iya sayang, kamu gak pernah ada salah, kamu anak yang baik, bunda dan ayah bahagia sekali kami bisa menikahkan kamu dengan laki-laki yang baik”
Sementara itu di aula rumah gilda seorang pemuda sedang menghafalkan ijab kobul. Ini sulit baginya, dia gugup dan gelisah. Dia akan meminang seorang gadis pilhan oirangtuanya.
“Baikalah saudara aksa apa anda siap” ucap penghulu “Iya pak saya siap” “Baiklah, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan…” “Saya terima nikah dan kawinny…” “Bagaimana para saksi?” “SAAH”
Sah sekarang aku sudah menjadi istri dari Aksa. Aku bukan gadis yang bisa bebas lagi. Aku sudah punya tanggung jawab sebagai seorang istri.
“Gilda kamu udah sah menjadi seorang istri, patuhi suamimu dan berikan semua hak yang seharusnya dia miliki” “Iya bunda, gil pasti ingat nasihat bund” “Ayo turun suamimu sudah menunggu”
Aku turun dari tangga bersama bunda. Disana aku melihat aksa duduk dengan tegap menggunakan jas putih dia terlihat sangat tampan. Aku duduk di sampingnya.
“Sekarang aksa pasangkan cincin ini di jari istrimu, begitupun dengan gilda pasangkan di jari aksa” “Lalu gilda cium tangan suamimu dan aksa cium kening istrimu” Kami hanya diam dan mengikuti semua perkataan si penghulu.
Semuanya sudah selsai, hari ini juga aku akan pindah ke rumah milik aksa, rumah yang dibelinya dengan uangnya sendiri. Aku sudah menyiapkan semua barang yang akan kubawa.
“Bunda, ayah gil pamit, jaga kesehatan, nanti gil sering-sering kesini dan kasih kabar” “Iya sayang ingat nasihat bunda tadi ya” “Aksa titip anak ayah, jaga dia, sayangi, dan bimbing dia” “Iya ayah, saya tidak berjanji tapi saya akan berikan bukti” “Bagus kalau begitu” “Ayah, bunda kami pamit, assalamualaikum”
Di perjalanan aku hanya diam memainkan ponsel.Begitupun aksa yang hanya fokus menyetir. Aku tidak tau dimana rumah aksa, aku hanya tau nama kompleknya “Angkasa Jaya”, itu saja.
Beberapa saat di perjalanan, akhirnya kami sampai di sebuah rumah dengan desain kuno, rumah ini unik, rumahnya dibangun bermodelkan rumah belanda kuno, cat rumahnya berwarna putih bercampur abu-abu, jendanya terbuat dari kayu. Rumah ini sempurna.
“Rumahnya bagus, aku suka desainnya” “Baguslah kalo lo suka, ayo masuk”
Kami masuk ke rumah, saat masuk mataku langsung terpanah, atap rumah ini tinggi sekali, dan bannyak ornamen-ornamen antik, seperti guci keramik, lukisan, dan pajangan unik lainnya.
“Kamar lu di lantai dua, pintu putih, yang di sebrangnya kamar gue pintu yang abu-abu” “Iya, aku permisi ke atas”
Malam tiba dan aku bersiap untuk memasak makan malam. Aku akan memasak, ayam goreng, tumis kangkung, dan sambal.
“Aksa… aksa, ayo makan aku sudah selesai masaknya” “Iyaaa bentar” “Lo bisa masak?” “Iya aku sering masak di rumah”
Kami makan dengan tenang, aksa terlihat menikmati makanan yang kumasak. Aku senang jika dia menikmati masakan yang ku buat.
“Masakan lo enak, gue ke atas bentr ambil handphone” “Iya aku mau beresin ini”
Aku melepas alat bantu dengarku dan menaruhnya di atas nakas dekat meja makan. Dan aku membereskan piring-piring dan mencucinya.
“Gildaaa… gil.. gildaa” “Gildaaaa…” “Lo kemana sih”
“Lah nyuci piring ternyata” “Gil, gilda besok lo udah mulai home scholling, ayah udah ngabarin gue” “Gurunya bakal datang jam 9 pagi, lo belajar dari jam 9 sampe jam 2” Hening gilda tak menyahut sama sekali semua perkataan aksa.
“Gil lo dengerin gue gak sih” Aksa manghampiri gilda, dia berdiri di belakang gilda. Dia memannggil gilda berulang-ulang. Tetap tak ada respon.
“GILDA…” teriak aksa dan membalikan tubuh gilda ke hadapannya “Gil lo gak denger gue hah” “Aksa kenapa kok ngagetin” “Lo kenapa hah dari tadi gue bicara teriak-teriak, dan lo gak respon” “Kamu bicara apa” “Gil lo gak denger, sumpah lo kenapa” Gilda diam, dan ya dia ingat. Dia tidak memakai alat bantu dengarnya. Dia berlari mengambil alat bantu mendengarnya.
“Gil lo make apa” “Eem ini ee anu” “Apa sih lo gagu” Aksa melepas paksa alat bantu dengar milik gilda. “Gildaa” panggil aksa “Hiks… hiks aku gak denger apa-apa aksa, aku gak bisa denger, aku gak tau kamu tadi bicara apa, aku gak bise denger” “Astaga gilda lo”
Aksa langsung buru-buru memasangkan alat bantu pendengaran itu ke telinga gilda, dan menuntunnya untuk duduk di sofa depan tv.
“Oke sekarang lo jelasib ke gue, biar gue paham” “Aku gak bisa mendengar kalo gak pake alat ini, aku-aku tunarungu sejak lahir, malam saat kamu datang ke rumahku itu, aku sudah mau menjelaskan hal ini, tapi keburu dipanggil bunda waktu itu.” “Jadi lo tunarungu sejak lahir? dan lo gak bisa denger apa-apa tanpa alat itu? ini sebabnya lo gak jawab ocehan gue tadi?” “Iya, aku tadi melepas alatnya, dan aku gak denger apapun yang kamu omongin ke aku, aku udah jujur ke kamu, aku pasrah sama keputusan kamu, kalo mau meceraikan aku silahkan. Aku gak mau kamu malu karena punya istri disabilitas seperti aku”
“Sttt apaan sih, gue gak bakal ninggalin lo hanya karena hal ini, ini semua anugerah tuhan, gue bangga kok jadi suami lo, lo bisa denger walau pakai alat bantu ini, tenang aja gue gak bakal ninggalin lo. Dalam prinsip hidup gue pernikahan itu suci hanya bisa gua lakukan satu kali, gue gak akan pernah pergi ninggalin lo kecuali tuhan dan waktu yang nyuruh gue pergi”
“Terimakasih Aksa sudah nerima aku apa adanya, aku beruntung jadi istri kamu, terimakasih” lalu Aksa merengkuh tubuh kecil Gilda ke dalam dekapannya.
Setelah malam itu hubungan kami semakin dekat. Aksa sudah menerimaku sepenuhnya sebagai istrinya. Hari-hari kami dijalani dengaan baik, walau ada sesekali percekcokan kecil dan itu hal yang wajar saja. Aku bahagia bisa mendapatkan laki-laki yang menerimaku apa adanya, menerima kekurangan maupun kelebihan yang ada dalam diriku.
Yakinlah pada tuhan, banggalah pada dirimu sendiri, love your self, jangan pernah ragu menunujakan kekuranganmu dengan cara itu kau akan tau dan bisa melihat mana orang yang benar-benar tulus dan yang bukan.
Cerpen Karangan: Nanda Zahra Rasyiffah Blog / Facebook: N Zahra Rasyiffah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 April 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com