Kupandangi sebuah langit malam yang cerah mengandung rembulan dengan balutan sinar keemasan. Tak mau kalah, jutaan bintang yang gemerlap pun tersebar luas bagai hamparan cahaya. Aku memiliki latar belakang dari keluarga ekonomi rendah. Namun hal tersebut bukan masalah bagiku, dan tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk terus belajar dan bersekolah setinggi mungkin supaya semua impianku dapat menjadi nyata.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya saat aku hendak mamasuki jenjang pendidikan sekolah, aku dan kedua orangtuaku kembali dipusingkan oleh masalah ekonomi yang semakin sulit.. Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk bekerja dan berusaha mencari peluang beasiswa agar aku bisa belajar di bangku Sekolah. Berjuang dan berusaha adalah sebuah kata motivasi hidupku yang tidak akan pernah usang dikikis masa. Tuhan memang maha adil, dibalik kesulitan selalu ada kemudahan.
Suatu hari, tiba-tiba ibu memanggilku, “Bagas, apakah kamu ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi?” Kata Ibu masih sibuk dengan gorengan yang dibikinnya. Lalu aku menjawab pertanyaan Ibu, “Iya bu, Bagas berharap dapat beasiswa agar nanti bisa lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi”. Lalu Bapak berkata, “Halah Mas, Bapak rasa mimpi. Jangan berharap terlalu tinggi, siapa yang bisa bayar kuliahmu nanti?” Kalimat terakhir dari bapak benar-benar menjadi anak panah yang dengan cepat bersarang di hatiku. Kalau dipikir dengan logika memang ucapan bapak benar. Namun, akankah aku meyerah begitu saja pada kalkulasi takdir.
Lagi-lagi Tuhan memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Berkat usaha dan kerja keras, akhirnya aku berhasil duduk di bangku salah satu Sekolah ternama di Jakarta. Kini aku kembali berhasil mengalahkan kemustahilan dari kalkulasi takdir yang bersarang di kehidupanku. Namun tak lama setelah aku sekolah di tempat itu, bapak pergi meninggalkan aku, ibu dan adikku untuk selamanya. Sungguh, aku tidak ingin kehilangan bapak untuk selamanya. Aku tidak sanggup menatap apa yang akan terjadi nantinya.
Pagi datang menjelang. Aku pun harus kembali ke sekolah dan kembali kepada keseharianku yang melelahkan. Tak terasa sudah hampir dua tahun aku menimba ilmu di sekolah ini. Aku bertekad untuk lulus dengan nilai terbaik supaya aku dapat dengan mudah meraih beasiswa. Perjalananku ketika menimba ilmu di sini tidak semudah yang ada dipikiranku. Mereka selalu beranggapan bagaimana seorang anak yang menggantungkan hidupnya dari tumpukan sampah bisa bersekolah?. Namun sekali lagi, aku selalu berusaha mengokohkan kembali mimpi-mimpi yang hampir tumbang itu. Tak pernah kudengarkan cemoohan mereka, apalagi meladeninya. Kuanggap cacian yang bertubi-tubi dari bibir mereka semua adalah do’a yang akan mengantarkanku kepada kesuksesan.
Suatu saat guru memanggilku dan aku segera menghampirinya, “Bagas, Mengapa belakangan ini prestasi belajarmu menurun?” Aku hanya menunduk, menggurat-gurat lantai keramik dengan sepatu dekilku. “Kalau prestasimu menurun seperti ini terus sepertinya saya terpaksa harus mencabut beasiswa pendidikanmu!” Tukas guru dengan nada agak tinggi. “Tap.. tapi bu.. Saya mohon jangan cabut beasiswa saya. Saya baru saja kehilangan ayah saya.” Tak tega melihat rona hujan kesedihan di wajahku, akhirnya guru tersebut memberikanku satu kesempatan untuk memperbaiki prestasi belajarku yang menurun.
Lagi-lagi, cobaan itu datang menyerang tanpa kenal ampun. Menghantam tanpa kenal padam. Perlakuan kurang menyenangkan itu hadir lagi ketika aku hendak berusaha memperbaiki prestasi belajarku. Aku mendapat kecurangan dari teman dan guru yang tidak menyukai keberadaanku dan benar saja karena kecurangan itu, kini beasiswaku dicabut oleh pihak sekolah.
Jarum jam dinding menunjukkan sepertiga malam. Beralaskan sajadah aku menghadap sang Illahi demi memohon curahan kasih sayang dan anugerah-Nya. Air mata yang jatuh sudah tak terhitung lagi kucurahkan segala keluh kesah yang menjadi beban terberatku..
Suatu pagi, entah sebuah keajaiban atau jawaban dari Tuhan atas do’aku malam itu, hari ini aku kembali dipanggil oleh guru. Dan ternyata beliau memberikan kembali beasiswa itu kepadaku. “Bagas, saya berikan kembali kepadamu beasiswa pendidikan di sekolah ini. Memang prestasi belajarmu sempat menurun, namun kini kamu telah membuktikan prestasi yang baik. Selamat!”
Hingga tiba saatnya hari kelulusan. Dengan perjuangan yang keras yang kuhasilkan aku lulus dengan nilai terbaik dan tak hanya itu, impianku untuk melanjutkan ke jenjang Universitas pun berhasil kuraih. Satu lagi mimpiku yang dapat menjadi nyata.. Kabar duka kembali menghampiri hidupku, ternyata Tuhan lebih menyayangi keluargaku. Kini ibu dan adikku yang harus pergi menyusul bapak untuk menghadap sang Illahi.
Suatu hening malam di sebuah kamar menembus kesedihan yang tertuang. Aku hanya seorang diri. Kini aku telah berhasil melewati serangkaian tikungan, turunan dan tanjakan yang Tuhan persembahkan untuk kehidupanku. Perjuanganku kembali dimulai saat aku mulai merintis “Sekolah Perjuangan”. Sekolah ini kudirikan bersama segenap rekanku sebagai dedikasi untuk Negeri. Seuntai layanan untuk anak pinggiran yang haus akan pendidikan. Ya, itulah harapanku dalam langkah perjuangan.
Hari-hari yang berlalu kian pasti. Langkah demi langkah untuk menaiki anak tangga kehidupan. Akhirnya aku berhasil mewujudkan mimpiku menjadi kenyataan.
Cerpen Karangan: Muhammad Azmi Adliandi Blog / Facebook: Muhammad Azmi Assalammu’alaikum Wararahmatullahi Wabarakatuh Perkenalkan nama saya Muhammad Azmi Adliandi yang biasa dipanggil dengan sebutan Azmi. Saya lahir di sebuah ibukota ternama yang berlogo monas yaitu kota Jakarta. Sekarang saya sedang menempuh kuliah semester 5 di salah satu Universitas Swasta di Jakarta yaitu UHAMKA. Hobi saya yaitu mulai dari membaca, menulis, sepak bola dan bola basket.
Apabila pembaca ingin lebih jauh mengetahui tentang penulis,pembaca dapat mengunjungi penulis melalui akun Instagram yang tertera, IG : @azmiadliandi_20. Sekian dan terima kasih, salam hangat dari penulis.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 2 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com