“Kenapa nggak langsung pembinanya aja sih yang ngajuin ke Bu Sar?” Ucapku sedikit kesal. Dia benar-benar mengganggu waktuku yang tengah menyantap bekal di kantin. “Kan lo OSIS, setau gue OSIS itu menaungi semua ekskul. Dan Sekbid lo bertanggung jawab atas Sekbid gue, iya kan?” Ia masih terus membantah. “Coba sini gue liat proposalnya..” Ia menyodorkan proposal itu kepadaku. “Proposal Pengajuan Kegiatan Camping SMA Angkasa 1” judul dari proposal tersebut. Perlahan kubuka setiap lembaran yang tertera. Betapa terkejutnya aku, ketika melihat susunan panitia yang tersusun.
“Apa-apa nih, kok gue yang jadi Ketua Pelaksananya!? Kenapa nggak lo aja? Lo kan Ketua Pramuka, gimana sih!” Aku semakin dibuat pusing dengan permintaan resenya. “Gini ya Fay, lo kan udah berpengalaman banget nih ngadain acara. Sedangkan gue sama sekali belum pernah, dan pembina gue juga nyaraninnya lo kok!” “Hilal, gue ngerti. Oke nggak masalah buat gue. Tapi, beberapa bulan lagi Sekbid gue juga akan ngadain acara. Jadi nggak bisa kalo lo mau ngeduluin gue, ngantri” Aku berusaha menolak semua permintaannya yang merugikanku. Lagi pula, jika camping ini benar-benar terlaksana, pasti akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Dan mungkin saja, acara Bulan Bahasaku tidak akan terjalan akibat kekurangan dana. Tidak! mau ditaruh dimana wajahku apabila bertemu dengan Kakak Senior OSIS yang dulu.
“Ini permintaan terakhir pembina gue Fay. Sebentar lagi dia mau pindah, dan dia kasian sama sekolah kita karena nggak pernah ngadain camping diluar” “Paling itu cuma alasan lo doang kan?” “Nggak, Pak Andi emang bentar lagi mau pindah. Dia udah ngajar Pramuka kurang lebih 15 tahun di sekolah ini, dan dia ngerasa kegiatan Pramuka sekolah kita itu nggak aktif, makanya please Fay bantu gue. Gue juga nggak akan santai-santai kok, gue kan wakil lo, jadi gue bakal bantu lo cari sponsor. Nah, dana buat Bulan Bahasa lo aman deh, bener nggak ide gue!?” “Lo kira nyari sponsor tu gampang, hah?” “Tenang, gue udah bilang ke Om gue. Perusahaan dia termasuk maju, dan dia mau kasih dana sponsor ke kita” “Serius lo..” “Iya, sekarang tinggal di perizinan sekolahnya aja nih. Lo bisa kan bantu gue?” “Ya mau gimana lagi, kasian gue ngeliat lo memohon-mohon gitu” “Dasar lo!”
Kebetulan, sepulang sekolah akan ada rapat OSIS. Jadi sekalian saja kusampaikan kepada semua, dan bagaimana pendapat mereka, apakah mereka setuju atau tidak. Sialnya, mereka semua malah setuju. Lokasi yang dipilih Hilal dan anggotanya, memang benar-benar luar biasa! Baiklah, aku akan ikut. Mungkin aku dapat bersenang-senang dengan sahabatku, walau itu tak mungkin. Karena, pasti aku akan kerepotan mengurusi acara yang dicampur anak kelas 12 juga.
Tibalah hari pengajuan Proposal. Hilal ikut menemaniku, dan Octa selaku Ketua OSIS juga ikut mendampingiku. Baiklah, aku harus menyiapkan energiku, karena berbicara dengan Bu Sartini pasti tidak mungkin berjalan dengan mulus.
“Yaudah, kalo udah ada sponsor, Ibu ngizinin aja. Jangan lupa bikin panitia buat guru, mereka juga akan ikut mendampingi kalian” “Tunggu, Ibu serius? Kita belum jelasin panjang lebarnya loh” Aku tercengang ketika mendengar jawabannya. Belum pernah sekalipun aku tidak berdebat dengan dia perihal perizinan acara. Dan kali ini, semulus itu? “Iya, serba salah deh kamu. Giliran Ibu larang, dibilangnya Ibu pelit. Giliran dibolehin, kamunya nggak percaya. Udah sana, Ibu banyak kerjaan. Taro proposalnya di disitu, biar Ibu cek terus tinggal Ibu sampein ke guru-guru” Bahkan, ia sama sekali belum membuka proposal itu. Namun perizinan telah ia berikan, dan sekarang kami telah diusir dari ruangannya.
Ternyata acara camping ini dipercepat oleh para guru. Mereka sudah tidak sabar, begitupun dengan teman-temankuku. “Gua makin nggak sabar deh Fay. Semoga aja gue ilang, terus dicari sama cowok ganteng, dan gue dibopong sampe tenda, kayak di sinetron-sinetron gitu” “Lo gila ya Mel, itu hutan! Yakin lo bakal lewat dari binatang buas!?” “Yang bener lo, nggak jadi deh, bisa-bisa gue digigit, terus nggak bisa ketemu kalian lagi, aaaaa enggak-enggak nggak boleh! By the way, binatangnya ada apa aja emang?” “Buaya darat!” “Kalo itu mah nggak usah jauh-jauh, banyak kok di sekolah kita. Iya nggak? Tuh kan ngangguk, berarti buaya darat lo ya! Hahaha” Ucap Amel kepada salah satu lelaki yang melintas. “Kira-kira gue harus bawa apa aja ya, yang pasti make up, piyama, guling, selimut nggak boleh ketinggalan!” Salsa memang cewek teribet di dalam genk ku. Mau camping saja, bawannya sebanyak itu! “Kita tidur di tenda Sa, nggak muat tenda kita kalo lo bawa barang sebanyak itu” “Bukan di villa? Banyak nyamuk dong!” “Ya itu resikonya. Seharian kita bakal jadi anak pramuka!” Sahutku. Setelah melihat rundown yang dibuat oleh Hilal dan anggotanya. Setelah ini, kami akan pergi ke supermarket. Berbelanja kebutuhan untuk besok, dan prepare barang-barang bersama melalui aplikasi conference.
Tibalah disaat hari yang melelahkan ini. Seluruh anggota OSIS kelas 11, dan anggota Pramuka sudah berkumpul sejak subuh tadi. Kami mempersiapkan semuanya sebelum perjalanan berlangsung. Panitia lapangan melaporkan kalau para bus sudah tiba di tempat. Sekarang, waktunya menunggu peserta datang.
Aku melihat segerombolan pria tampan menuju kearah lapangan. Aku tak merasa asing dengan mereka semua, salah satu diantaranya ada Kak Ferdin, dia adalah senior Ketua OSIS kami dulu. Dia sudah lepas jabatan, karena sudah menduduki kelas 12. Selebihnya, ada Kak Dimas, Kak Utap, Kak Randy, dan Kak Eki. Favoritku sudah jelas Kak Eki, dia begitu keren dan hebat apabila sudah berkutat dengan sepak bola. Sayangnya, ia dikabarkan sedang dekat dengan seorang wanita. Namun, aku tidak tahu siapa wanita itu, dan kuharap semoga saja berita itu tak benar.
“Boleh minta rundown nggak?” Tanya Kak Ferdin. “Boleh Kak, tapi nanti ya. Setiap regu akan kita bagikan setelah semuanya kumpul” Ucapku begitu bersemangat. “Kamu jadi ketupel Fay?” Tanya Kak Ferdin. “Iya nih Kak hehe” “Yang bener ya kerjanya” Kak Ferdin masih saja meragukanku. Mereka pun segera beranjak, menepi ke pinggir lapangan. “Semangat!” Kak Dimas melontarkan senyumnya kearahku. Manis, namun tetap saja senyum dari Kak Eki yang kuinginkan.
Seluruh peserta, baik kelas 11 dan 12 sudah berkumpul di tengah lapangan. Setelah mendapat laporan dari masing-masing Ketua regu, dan setelah mengecek kelengkapan bawaan, akhirnya kami pun dapat melangsungkan perjalanan.
Hilal memang tak ada habisnya mengerjaiku, bisa-bisanya aku dijadikan Koordinator di Bus 1, kelasnya Kak Ferdin dan juga teman-temannya tadi. Ya walaupun aku tak sendiri, bersyukur ada Octa, Hilal, dan Dini yang menemaniku di bus ini.
Ternyata keadaan di bus ini sungguh menyenangkan. Kami tidak merasa canggung berada di tengah-tengah kelas 12. Mereka asik bermain gitar, bernyanyi, dan Kak Utap yang selalu melawak dihadapan semua. Terkecuali Kak Eki, akhirnya aku mengetahui siapa perempuan yang sedang dekat dengannya. Dia duduk bersama dengan seorang perempuan di dalam bus. Ternyata Kak Indah? perempuan yang memiliki paras cantik. Ya semua sudah tahu akan parasnya itu. Sayangnya aku begitu mengidolakannya sebagai mantan Ketua Futsal. Tapi, untuk apa perasaan ini diteruskan. Lebih baik aku mundur, dan membuang perasaan ini jauh-jauh.
“Dor! Jangan ngelamun nanti kesambet!” Tunggu, sejak kapan Kak Dimas ada disamping ku? Betapa malunya aku. Tadi aku melamun? Pasti wajahku sangat jelek saat itu. “Bosen di belakang, pengen di depan biar bisa liat yang manis-manis” Sial, Octa dan Hilal malah asik bermain game. Sedangkan Dini malah tertidur pulas di sebelah ku. Siapa yang dimaksud manis oleh Kak Dimas tadi? Aku? Haha mana mungkin, dasar kepedean!
Kini telah tiba di lokasi tujuan, pihak mereka sudah menyiapkan tenda, sehingga kita tak perlu repot-repot memasang tenda seperti layaknya anak Pramuka sesungguhnya. Sayang sekali, aku harus pisah tenda dengan Amel, Salsa, dan juga Ririn. Aku harus tetap bersama anggota OSIS, karena kalau terjadi suatu hal kami harus tetap stand by sebagai panitia.
Kegiatan camping ini bukan sekedar menginap dan tertidur di alam bebas saja. Melainkan sekaligus pengambilan nilai kepramukaan, jadi sampai sore nanti kami akan melakukan semua kegiatan di luar tenda.
Setelah check-in di dalam tenda, kami kembali kumpul bersama di tempat yang telah ditentukan. Pak Andi, Kak Nizar, Kak Tama, dan Kak Caya mengambil alih, merekalah para pembina dan pengurus ekskul Pramuka. Aku dan Octa sejenak memberikan sambutan di hadapan semua. Disusul dengan doa yang dipimpin oleh Farhan.
Dilanjutkan dengan kegiatan pertama, yaitu berkumpul bersama dengan kelas masing-masing. Untuk membicarakan penampilan kelompok pada saat api unggun, serta membuat yel-yel dan slogan dari setiap kelas. Kami anggota OSIS dan Pramuka tak mau kalah, kami menyatukan kekuatan dan ikut mempersiapkan penampilan untuk nanti malam. Banyak yang merasa lelah, setelah kurang lebih tiga jam, kami pun dipersilahkan untuk beristirahat. Tidak terkecuali untuk para panitia, kami harus tetap berkoordinasi untuk kegiatan selanjutnya.
“Gimana, udah capek belum?” Tanyaku. Tentunya sebagai Ketua, aku harus menyadari setiap keadaan mereka. Spirit bersama sembari menyeduh pop mie untuk mengumpulkan energi. “Setelah ini kegiatan kita outbound, semua koordinator bersiap di regu kelas yang dipegangnya masing-masing. Kalau ada yang ingin ditanyakan, silakan. Jangan lupa jaga komunikasi, setiap panitia harus saling mengingatkan. Ingat, kalo ada peserta yang melanggar aturan, koordinator jangan lupa ditulis, dan sanksi akan diberikan saat perayaan api unggun nanti”
Akhirnya, seluruh peserta sudah siap dan membentuk lingkaran sesuai dengan regunya. Pihak outbound itu meminta kami bergandengan tangan, melakukan game sebentar. Tadi, kulihat sebelah ku ada Octa. Namun tiba-tiba berganti menjadi Kak Dimas, dimana anak itu?
Setelah bajuku kuyup akan semprotan air. Aku sedikit menepi, mengelap rambutku yang ikut basah, aku tak ingin masuk angin dan semuanya malah menjadi kacau karena keadaanku. Kulihat seseorang menyuguhkanku sebuah handuk kecil, ditambah minyak angin untuk menghangatkan tubuh. Setelah mendongak, ternyata Kak Dimas. Apa ini, jantungku kembali berdegup kencang. Mengapa diantara sekian banyak pria, hanya dia yang menghampiriku.
“Ketupel nggak boleh sakit, nih pake minyak angin” “Nggak usah, tanggung mau mandi” “Mandi? Lo masih mikirin mandi?” “Iya, kenapa? Mana bisa aku nggak mandi” “Lo yakin mau mandi di toilet terbuka itu?” “Eh iya, mikir apa si gue” Ucapku seketika.
Cerpen Karangan: Cut Riidha Blog / Facebook: cutriidha
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com